Anjing

444 99 23
                                    

Samuel mengerjapkan matanya. Ini seperti terbangun dari mimpi buruk. Kilas balik ingatan kobaran api yang melalap habis rumah beserta isinya itu kembali berputar. Padahal kejadian itu sudah terlewati dua malam, tetap saja Samuel memimpikan mimpi buruk tersebut dalam tidurnya.

Bahkan kemarin malam ia sudah diajak Azka—sahabatnya—untuk refreshing mengelilingi pasar malam yang gemerlap. Tetap saja tidak mengalihkan Samuel pada peristiwa mengerikan tempo hari tersebut.

"Kau akan segera menemukan keajaiban, Anak Muda."

Saat berjalan-jalan di pasar malam tersebut Samuel menghentikan langkahnya begitu sosok nenek tua seperti membicarakannya. Langkah Azka pun ikut terhenti, bingung kenapa Samuel tiba-tiba berjalan mendekati nenek tua di stan 'Ramalan Madam'. Melihat stan ramalan yang sepi itu saja Azka sudah tidak percaya. Peramal macam ini biasanya cuman mau menipu dengan bualannya.

"Benar. Salah satu keajaiban sedang berjalan mendekatimu," jelas nenek tua itu dengan nada berusaha meyakinkan.

"Panggil aku madam, kau bisa bertanya apa saja yang kau inginkan."

Samuel mengernyit. "Madam? Beneran?"

Azka segera menyikut sobatnya itu. "Lo kenapa si, ini udah jelas nipu lah. Yok, balik aja!" gerutu Azka, tentu saja dengan berbisik, sengaja agar tidak menyinggung 'Madam' peramal tersebut.

Namun bukannya mendengarkan, Samuel seolah terhipnotis, malah semakin larut oleh aura meyakinkan dari nenek tua tersebut. "Keajaiban apa yang akan menghampiri saya, Madam?"

Dari tas kulitnya yang usang, nenek tua itu nampak mengeluarkan kotak kayu dengan ukiran estetik berbentuk matahari yang dipangku bulan sabit. Nenek itu mengeluarkan sebuah gelang sederhana dengan mata berbentuk bulat dari kotak tersebut. Meski sederhana, namun terlihat elegan. Manik bulat tersebut terlihat mengkilau seperti terbuat dari kristal. Entah itu asli atau imitasi, Samuel tak ahli membedakannya.

"Pakai gelang ini untuk melihat keajaibanmu," pesan nenek tua itu.

Dan berakhirlah sampai kini Samuel masih menggunakan gelang yang diberikan oleh nenek tua misterius tersebut. Ah, bukan diberikan, tepatnya Samuel membayarnya dengan 5 lembar uang merah pada nenek tersebut untuk satu gelang aneh ini. Samuel tidak peduli saat Azka terus mengejeknya bodoh dan mau saja ditipu nenek-nenek. Entah kenapa aura dan sugesti peramal itu begitu kuat. Atau mungkin karena pikiran Samuel saja yang sedang kacau, menjadikannya sulit mencerna apa yang sedang ia lakukan ini hal bodoh atau tidak?

*****

Waktu seakan mengalir begitu saja. Sudah sembilan hari sejak tragedi kebakaran hari itu. Samuel ikut merasakan sesak saat keesokan harinya—setelah ia terbangun dari pingsan—menyadari bahwa bocah yang berusaha ia selamatkan sudah merenggang nyawa saat masih dalam gendongannya. Apakah ini keajaiban yang nenek tua itu maksud? Sialan.

Ah, andai saja Samuel bergerak lebih cepat, anak itu pasti masih bisa diselamatkan.

Ting tong!

Bel apartemen Samuel bunyi, tanda ada tamu yang datang. Dengan cepat Samuel melangkah ke arah pintu dan membukanya. Kedua alis Samuel sedikit bertautan. Menyapu pandangnya ke kanan dan kiri.

Tidak ada siapa-siapa.

Samuel mendengus. Bisa-bisanya ada orang iseng di sekitaran apartemennya.

"GUG GUG!"

My Puppy GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang