Mata

267 67 15
                                    

Samuel benar-benar bingung sekarang. Gege yang semalam lemah letih kedinginan di balik selimut tebal, sekarang malah hanya memakai kaos oblong hitam miliknya dan kolor bermotif Doraemon. Berani sekali gadis itu mengobrak abrik lemari Samuel tanpa permisi.

"GE, INI APA-APAAN SIH?!" gerutu Samuel sembari menarik-narik ikatan di lengannya. Bukan hanya itu, ternyata kakinya juga diikat di bawah sana.

BRAK!

Samuel cukup terkejut saat Gege menggebrak meja dapur di dekatnya. Gadis tersebut menatap Samuel tajam, rahangnya bahkan mengeras. Jujur, Samuel sedikit merasa terintimidasi di sini.

Dalam sekejap, Gege malah kembali tersenyum ramah. "Akhirnya udah bangun, gue udah nyiapin sarapan nih."

Samuel yakin dia pasti bukan Gege. Gadis itu tak pernah menggunakan lo-gue sebelumnya.

Mendekati meja dapur, selanjutnya Gege mengambil sepiring berisikan omelet dan selembar steak daging kemasan yang sudah masak. Samuel bahkan tak sadar ternyata sejak tadi sudah ada makanan enak di dekatnya.

Aroma sedap dari makanan tersebut kian menguar tatkala Gege membuat potongan-potongan kecil dengan pisau yang sejak tadi digenggamnya. Gege kembali menengok sebentar pada Samuel sembari tersenyum ramah. "Pasti lo suka masakan gue."

"Lepasin ikatan gue dulu, Ge," pinta Samuel frustasi.

Namun Gege tak nenghiraukan ucapan pemuda tersebut. "Nih, aaaaa." Gadis itu malah menyodorkan potongan kecil steak-nya, menyuapi Samuel dengan pisau yang masih menancap pada potongan daging tersebut.

Samuel menelan salivanya sekejap. Pisau dengan potongan steak tersebut tepat berada di hadapan bibirnya sekarang. Jika Samuel menurut untuk membuka mulutnya, bisa saja Gege akan tak sengaja menyuapinya terlalu dalam.

"Ayo, aaa. Lo laper, 'kan? Sekarang udah lewat jam sembilan loh. Ga baik kalo jam segini belum sarapan juga." Gege menaikkan satu alisnya, sementara bibirnya masih tersenyum ramah yang mulai terlihat creepy bagi Samuel.

Masih tak mau membuka mulutnya, Samuel hanya menjawab dengan menggelengkan kepalanya.

Melihat itu, Gege melunturkan senyumannya. Berganti dengan helaan napas kasar. "Anak sekarang susah banget disuruh makan."

Detik selanjutnya Samuel cukup terkejut saat Gege tiba-tiba mencengkeram rahangnya cukup kuat. Samuel segera memberontak, namun tenaga Gege tak bisa disepelekan juga. Apalagi kondisi dirinya sekarang yang masih terikat.

"Lepas—"

"Pinter." Gege tersenyum puas saat potongan steak tersebut berakhir masuk ke mulut Samuel. Namun Gege tak langsung menarik keluar pisau tersebut, masih membiarkannya terperangkap dalam mulut Samuel. Sengaja mempermainkan pemuda tersebut.

"Rasain dulu bumbunya, enak, hm?" Gege kembali tersenyum ramah yang mengerikan. Gadis tersebut sedikit memajukan pisaunya ke dalam mulut Samuel.

Sementara Samuel benar-benar tak bisa berkutik sekarang. Hanya bisa menelan salivanya merasakan bumbu sedap dari steak tersebut. Gege yang di hadapannya sekarang benar-benar tak ia kenali. Apa mungkin ini wujud asli siluman anjing tersebut?

"Gue tanya ke lo, bukan ke angin." Gege menajamkan tatapannya. Kini ia memajukan pisaunya lagi. Samuel bisa merasakan ujung steak tersebut hampir menyentuh pangkal tenggorokannya.

Dengan hati-hati Samuel mengangguk. Hal itu menimbulkan senyuman puas lagi pada wajah pucat Gege. "Bagus."

Gege menarik pisaunya keluar. "Mau lagi—"

PLANG!

"GEGE!" Samuel cukup terkejut saat tiba-tiba kepala gadis tersebut kena tempelengan tongkat bisbol cukup keras. Mata Samuel melirik pada pelaku penempelengan tersebut, tak lain adalah Weni—sepupunya.

My Puppy GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang