Lagi

184 36 15
                                    

"Pelan-pelan makannya, entar otak beku."

"Gug!"

Samuel tersenyum gemas menyaksikan bagaimana semangatnya lidah mungil Gege menjilati es krim rasa stroberi yang barusan dibelinya dengan porsi kecil. Ekor kecil anjing tersebut terus bergoyang ke kanan dan ke kiri menikmati es krim yang tinggal tersisa sedikit. Ya, sampai malam begini Samuel belum ada niatan untuk mengubah wujud Gege menjadi manusia lagi.

Terkadang Samuel masih tidak percaya kalau anjing kecil di hadapannya ini adalah seorang mama dari mantan kekasihnya. Membayangkannya saja Samuel tidak sanggup. Gege yang ia kenal adalah gadis yang manja, kekanakan, lugu, dan ceroboh. Meski beberapa kali Samuel bertemu dengan jiwa asli Gege yang misterius, berekspresi datar, dan berbicara sekenanya, tetap saja bagi Samuel Gege yang asli adalah Gege si anak anjing.

"Gug!" Gege masih menjulur-julurkan lidahnya meski es krim yang sedang dinikmatinya telah tandas.

"Eh, udah abis?" Samuel segera membuang stik es krim yang sudah habis tersebut ke tempat sampah. Saat melangkah, Gege terus mengikuti kakinya, sesekali Samuel khawatir akan menginjak buntelan bulu tersebut tanpa disengaja.

"Gug! Gug!"

Melihat Gege yang semakin mengeraskan suara gonggongannya, Samuel memilih berjongkok menghadap Gege. "Kenapa?"

Kaki depan Gege segera meraih lutut Samuel untuk membantunya berdiri. Anjing kecil itu terus menggonggong seperti ingin mengatakan sesuatu.

"Gue gatau lo ngomong apa. Mau es krim lagi?" tanya Samuel kebingungan.

Sebagai jawaban, Gege menggeleng cepat sembari terus menggonggong. Anjing kecil itu kini malah merayap naik ke atas paha Samuel. Kaki depannya bersandar pada dada Samuel untuk berdiri menghadap wajah pemuda tersebut. Anjing itu melanjutkan gonggongannya yang tak Samuel mengerti.

Untuk menenangkan gonggongan Gege, Samuel mengusap lembut bulu kepala anjing tersebut. "Hei, hei, lo kenapa? Mau jadi manusia lagi?"

Tanpa diduga, Gege menjilati wajah Samuel dengan antusias. Gonggongan anjing tersebut kini terdengar lebih girang. Akhirnya Samuel tahu apa yang diinginkan anjing ini.

"Tapi gue lebih suka lo jadi bentuk anjing gini," ujar Samuel sembari menggendong tubuh kecil Gege dan membawanya ke sofa.

Di atas pangkuannya, Gege terlihat memasang mata memelasnya menampilkan tampang sok imut. Reflek Samuel hampir saja menelan buntelan bulu tersebut menahan gemas. Sebagai gantinya, Samuel hanya mendekatkan hidungnya ke wajah berbulu Gege. "Kalau gini gue makin gamau ngubah lo jadi manusia lagi, ehe."

Mendengar itu, dengan entengnya kaki Gege mencakar wajah Samuel. Anjing tersebut kembali menggonggong keras menyuarakan protesnya.

"Aduh, jangan nakal!" ketus Samuel merasakan perihnya cakaran Gege di pipi kanannya.

Namun Gege tak peduli. Anjing tersebut malah makin mengeraskan gonggongannya.  Samuel khawatir tetangga sebelah bisa terganggu akan gonggongan Gege. Belum lagi kaki depan anjing tersebut menggapai-gapai wajah Samuel untuk sasaran cakarannya lagi. Namun Samuel tentu saja berhasil menahan tubuh mungil itu.

"Iya, iya, gue ubah jadi manusia lagi. Tapi yang anteng, oke?!"

Seperti terkena mantra, dalam sekejap tingkah Gege menjadi lebih tenang. Anjing tersebut nampak menjulur-julurkan lidahnya antusias.

Dengan berat hati, Samuel pun mulai menyatukan mata gelang yang dipakainya dengan mata kalung Gege. Samuel sedikit gugup, ia refleks menutup matanya saat cahaya menyilaukan kembali terpancar seperti waktu itu. Untuk beberapa detik terasa hening hingga satu suara yang familiar menyapa telinganya lagi.

My Puppy GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang