Air

263 72 25
                                    

Gege menatap kedua tangannya. Jari-jarinya mengerut karena kedinginan. Ia tak sadar kalau bibirnya sudah pucat pasi, bahkan gigi-giginya terus bergemeletuk menggigil. Tentu saja, orang gila mana yang akan bermain hujan-hujanan selama dua jam lebih? Di malam hari pula!

Kini Gege sendiri tidak tau sedang berada di mana. Hujan masih gerimis, setidaknya ia sudah menemukan tempat berteduh di depan toko elektronik yang sudah tutup.

"Huft ... dingin banget ...."

Gege memeluk dirinya sendiri. Ia tidak tau kalau hujan-hujanan akan sedingin ini. Dulu saat Gege masih menjadi anak anjing, ia selalu ingin tau tentang bagaimana rasanya diguyur hujan. Gege hanya bisa berdiam diri di rumah saat hujan turun, hanya menatapnya melalui jendela. Dulu juga Gege sangat suka saat diajak Seno berendam, rasanya menyegarkan. Jadi ia pikir mandi hujan akan lebih menyegarkan karena airnya datang dari langit langsung.

"Hatcoo!" Gege mengelap ingusnya yang keluar.

Ya ... mungkin menyegarkan dan menyenangkan untuk satu jam pertama. Gege bahkan berlarian menyusuri jalanan tanpa peduli tatapan aneh dari orang lain. Gadis tersebut meloncat-loncat di tengah hujan sembari menengadahkan mulutnya ke atas, mencoba meminum air hujan yang menyegarkan tersebut. Dan kesenangan tersebut rupanya menyesatkan. Gege tidak ingat jalan. Ia tidak tahu kemana harus pulang. Gege benar-benar tidak ingat jalan pulang ke rumah Samuel maupun rumah Seno.

Sementara itu di tempat yang berbeda, Samuel masih ketar ketir. Setelah membayar makanan Gege, pemuda tersebut segera pamit pada Bosnya. Tanpa menaiki mobilnya, Samuel gerimisan menyusuri jalan-jalan terdekat. Ia hanya yakin kalau Gege belum pergi jauh dari sini.

Lila bahkan sempat menaruh atensinya melihat Samuel pergi terburu-buru di tengah gerimis.

"Lah, kenapa gue nyari dia? Kan dia yang pergi sendiri. Jadi bukan tanggung jawab gue lagi dong?" Tempo lari Samuel menurun saat memikirkan itu. Provokasi dari batinnya tersebut ada benarnya juga.

"Heh, dia berangkat sama lo. Pulang juga harus sama lo lah. Lo tega nelantarin cewek lugu malam-malam hujan begini?" Batin Samuel yang satunya lagi menyanggah. Membuat tempo Samuel meningkat lagi.

Samuel menggelengkan kepalanya, berusaha kembali fokus mencari gadis anjing tersebut. "Ge! Gege, lo dimana?!"

Sesekali Samuel menanyakan keberadaan Gege pada orang-orang yang lalu lalang, namun jawaban mereka kompak mengatakan 'tidak'. Benar-benar membuatnya frustasi.

Setengah jam menyusuri jalanan kecil, jaket navy Samuel mulai basah. Bahkan rambutnya mulai lepek terkena gerimisan hujan. Pemuda tersebut hampir saja menyerah jika saja bayangan sosok gadis berambut pendek yang tengah jongkok di bawah lampu toko terlihat. Samuel menyipitkan matanya. Mulai dari pakaian dan ciri tubuhnya benar-benar sama seperti Gege yang ia cari. Namun wajah gadis tersebut tak terlihat karena tertutupi rambut saat menunduk. Hal itu membuat Samuel harus mendekat untuk memastikan.

"Gege?" Samuel menepuk pelan bahu basah gadis tersebut.

Dan benar saja, saat menolehkan wajahnya, gadis itu memang Gege. Samuel menghela napas lega. "Lo kenapa pergi nggak bilang-bilang, hm?"

Gege yang giginya masih bergemeletukan tersebut menatap Samuel sayu. "D-dingin, Samuel ...."

Melihat keadaan Gege sekarang membuat rasa ingin memarahi gadis tersebut menguap. Samuel memilih melepaskan jaketnya, dan memakaikannya pada Gege. Meski jaket tersebut basah di bagian luar, setidaknya bagian dalamnya masih kering dan hangat.

"Ayo, pulang."

Perlahan-lahan, Samuel membantu Gege berdiri. Gadis tersebut benar-benar basah kuyup dan kedinginan. Samuel bahkan tak habis pikir kenapa Gege berkeliaran di tengah hujan begini.

My Puppy GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang