24. Lynn - Kelab

22 3 0
                                    

Jika Kamu merasa tidak berguna untuk orang lain, biarkanlah. Namun, jangan sampai Kamu tidak berguna sebagai kakak untuk adiknya.

•••

Sesuai rencana, Lynn melakukan hal nekat. Ia memberanikan diri untuk mengendarai motor sendiri tanpa pengawasan orang yang ahli untuk sampai ke tempat tujuan, di mana lagi kalau bukan sekolah Avva yang merupakan salah satu sekolah swasta Islam di Kota Solok, Sumatera Barat.

Jantungnya terus berdegup kencang. Ia bahkan harus terus menampik pemikiran negatif yang merambat masuk ke dalam pikirannya. Pikiran Ia akan mengalami kecelakaan karena ketidakmahirannya dalam mengendarai motor membuatnya tak bisa berpikir jernih.

Untung saja semua pemikiran negatif tersebut tak terjadi dalam perjalanan yang menegangkan untuknya. Ia mengukir senyuman saat sampai di samping sekolah sang adik.

Pandangannya menguar ke segala arah, mencari sosok kecil yang hanya menyamai bagian pinggangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pandangannya menguar ke segala arah, mencari sosok kecil yang hanya menyamai bagian pinggangnya. Dan benar saja, Avva ada di sana. Tepatnya di luar gerbang kedua bersama teman-temannya yang didominasi laki-laki. Raut wajah Lynn berubah saat menyadari jika teman perempuan adik satu-satunya hanya ada satu saja.

"Serius? Cuma satu?" Ia bermonolog, keningnya mengerut kemudian salah satu alisnya terangkat. "Ternyata bener kata Mama."

Avva tersenyum senang sembari membawa tas biru di punggungnya saat menyadari jika di pinggir sekolah sudah ada kakak perempuannya yang masih memakai seragam khas anak SMA. Rok abu-abu di bawah lutut telah berganti dengan celana jeans hitam. Hanya tersisa baju seragam putih dengan lambang SMANSA yang menjadi ciri khas, serta tak lupa badge nama. Rambutnya terurai berantakan saat Lynn melepaskan helm berwarna cokelat miliknya.

"KAKAK!"

Dengan sigap Lynn menerima pelukan tiba-tiba dari gadis kecil itu. Avva tersenyum cerah, seakan-akan dunia tak pernah melukainya dengan lelucon garing di hidupnya. Begitu indah dan tenang. Sorot matanya yang teduh menambah kesan jika Ia tak pernah merasakan luka. Sikap friendly Avva membuatnya seakan tak pernah merasakan rasa sepi, namun nyatanya gadis kecil itu harus merasakan kesepian karena sikap acuh keluarganya saat diajak bermain.

Lynn tersenyum tipis, "Gimana hari ini?" Tanyanya sembari melepaskan tas gendong dari sang adik dan memindahkan tas yang terasa berat untuk seusia Avva yang masih berumur delapan tahun ke bagian depan motor. "Uangnya masih sisa? Atau udah habis?"

"Eum," sejenak Avva mengerutkan kening lucu. "Tadi 'Ana belajar Bahasa Arab, PABP, Tematik, sama Tahfidz. Tematiknya tentang keluarga, Kak. Seru!" Ia pun menjawab penuh antusiasme tinggi.

Lynn terkekeh pelan. Karena gemas, Dia pun mengacak jilbab yang Avva pakai sampai adiknya merengek kesal, "Kakak, ih! Jangan diacak-acak. Nggak rapi!"

"Salah sendiri gemes. Kakak gigit Kamu lama-lama."

Virtual World : Six Month [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang