Merahasiakan adalah sebuah pilihan. Hanya perlu menyiapkan diri atas segala konsekuensi yang harusnya siap diterima sebelum mengambil keputusan.
•••
"Udah pinter ngadu sama ngancem, ya, sekarang?"
Tubuh Kanaya seketika membeku sesaat. Indera pendengarannya dapat mendengar dengan amat jelas suara rendah milik Arrio tepat di belakang punggungnya. Ia bahkan bisa merasakan jika bulu kuduknya meremang dan wajahnya sudah berubah pias. Perempuan berumur 19 tahun itu pun memberanikan diri untuk membalikkan badan. Benar saja, sudah ada Arrio yang berdiri sembari memberikan senyuman yang lebih cocok disebut sebagai seringaian tanda bahaya.
Arrio melangkah dengan pasti. Tatapan tajamnya menubruk netra Kanaya yang bergetar. "Gua penasaran, Lo punya nyali berapa sebenarnya? Apalagi Lo ngomongin sesuatu yang nggak masuk akal ke Dia," tuturnya. Nada bicaranya penuh akan sirat meremehkan pada tiga orang perempuan berbeda umur yang menampilkan ekspresi berbeda-beda.
Ophelia menatap cucunya berang, "Arrio! Jaga perkataan Kamu!" Serunya dengan nada keras.
Arrio berdecih sinis, "Jaga sikap? JAGA OMONGAN OMA BILANG?!" Laki-laki itu tertawa hambar. Ia bersumpah, Dia benar-benar tak habis pikir dengan semua orang di rumah ini. Mengapa Mereka selalu membela gadis yang amat Ia benci dan selalu memaksa menerima pertunangan yang bahkan tak pernah Arrio harapkan sedikitpun. "Kenapa Kalian selalu nyuruh Arrio jaga sikap, sedangkan sikap Kalian aja nggak bisa ngehargain Arrio dan Keyra? Bukannya semua harus ada timbal balik?"
"Timbal balik?" Sang kepala keluarga di dalam garis keluarga Mahatma itu pun tertawa penuh ketidakpercayaan. Bagaimana Ia bisa menerima kata timbal balik yang dibicarakan oleh cucunya jika saja Dia tak sekalipun mau menuruti apa yang Ia perintahkan padanya? Sangat lucu untuknya yang bahkan sudah berusia 75 tahun. Dia bahkan hanya bisa memberikan tatapan merendahkan seakan-akan tatapan itu sudah mendarahdaging.
"Kamu pikir cuma Kamu yang pengen harga timbal balik? Seharusnya Kamu sadar diri, Arrio! Tanpa ada marga Mahatma di nama belakang Kamu, Kamu bukan siapa-siapa! Bahkan, kalau aja Arhan nggak ada rasa kasihan sebagai seorang ayah pada anaknya, Dia bakal ngusir Kamu dan biarin Kamu di jalanan. Biar aja Kamu jadi gelandangan nggak punya apa-apa." Ophelia tak ingin mengalah. Ia terus membalas serangan kata-kata yang diberikan sang pewaris sah keluarga Mahatma.
Acasia meneguk ludahnya kasar saat mendapati tatapan menusuk lelaki itu mengarah padanya. Wanita itu memang sering melihat ekspresi kesal dan marah dari anak sambungnya, namun kali ini seakan ada yang berbeda. Atmosfer di taman belakang rumah yang awalnya menenangkan berubah mendingin sampai membuat bulu kuduknya meremang. Takut? Jelas.
"Arrio, tenang ya. Kita bicarakan ini baik-baik. Nggak enak sama orang rumah kalau sampai kedengaran Kamu marah-marah gini. Dan bukannya Kamu itu selalu menghargai perempuan, kan? Jangan dikasarin dong Kanaya-nya," tuturnya berusaha agar Arrio tenang dan mengerti. Sayangnya, itu adalah kemustahilan semata.
Arrio berdecih sinis. Laki-laki itu muak setiap kali mendatangi rumah besar yang hanya akan membuka luka lama yang belum sembuh sepenuhnya. Rumah yang berharga miliaran, namun isinya hanyalah orang-orang penuh egoisme yang amat tinggi. Bahkan lelaki itu tak bisa berpikir jernih setiap kali berada di tempat yang menurutnya terkutuk ini.
Tanpa kata atau bantahan seperti biasanya, Arrio berlalu pergi. Langkahnya amat cepat. Napasnya memburu dan rahangnya mengeras. Kedua tangannya pun sudah terkepal erat, bersiap untuk membogem siapa saja yang menghalangi jalannya. Rasanya lelaki itu ingin menghancurkan hidup semua orang yang menghalangi hubungannya untuk bersama dengan adik virtualnya.
Dada perempuan berumur 19 tahun itu terasa diremas dengan amat kencang. Hatinya merasakan perasaan sakit yang berkepanjangan. Bukannya merasa lega, Ia malah semakin tidak nyaman dengan posisinya saat ini. Rasanya ada yang salah. Tapi Ia tak mengerti apa itu. Apalagi, pikirannya semakin kacau saat menatap punggung tunangan yang Ia cintai setulus hati pergi tanpa ragu, seakan-akan hubungan Mereka tak akan pernah bisa dimulai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Virtual World : Six Month [ END ]
Fiksi Remaja••• "Kenapa Abang harus pergi? Key sendirian di sini, semua jahat!" - Keyra Estefania Mahatma "Kak, Lo bilang kalau Lo sayang Gue. Lo janji buat terus nemenin Gue. Tapi faktanya Lo bohong. Lo ninggalin Gue." - Zelda Lynnara Ocean "Aku cuma mau Kamu...