03. Arrio - Acara Keluarga

52 4 0
                                    

85 % hubungan virtual itu selalu gagal, entah karena lost contact atau bahkan suatu kejadian yang tak diinginkan terjadi. Sisanya mungkin memang berhasil. Tapi hal itu sangatlah kecil.

•••

Mata Kanaya berbinar saat melihat sang pujaan yang sedang duduk di sofa bersama Keyra. Langkah kaki panjangnya mengarah ke posisi di mana Arrio yang terlihat berusaha untuk tak memperlihatkan kebenciannya pada dua sosok yang menjadi orangtuanya yang duduk bersama pasangan masing-masing. Terlihat menyedihkan untuk Arrio juga Keyra lihat dengan mata kepala Mereka masing-masing.

"Hai, Ar! Tadi kenapa nggak sekalian antar Aku ke rumah biar bareng? Jadinya Aku kan nggak harus minta Pak Doddy buat nganter. Kamu tahu sendirikan kalau supir Aku itu lagi cuti. Kan kasihan." Ocehannya mengundang perhatian beberapa orang yang memang sangat mendukung hubungan pertunangan antara Arrio dan dirinya.

Erika pun menyahut, "Beneran, Nay?" Ibu kandung dari Arrio itu pun menatap puteranya dengan tatapan tajam. "Arrio! Yang bener aja. Kamu ninggalin tunangan Kamu dan biarin Dia nunggu buat dijemput sama supirnya ke sini?! Mana otak Kamu, hah?!" Dia menggeram marah, kesal dengan tingkah anaknya yang benar-benar Ia buat tak habis pikir.

Kanaya pun segera menyergah. Bukannya mengurangi suasana tegang di antara ibu dan anak itu, malah keadaan semakin memanas. "Ma," gadis berkuncir kuda itu memegang tangan calon ibu mertuanya berusaha menenangkan. "Naya nggak papa, kok. Mungkin Arrio lagi ada sesuatu yang nggak bisa ditinggal. Jadi nggak bisa nganter Arrio ke sini dan ninggalin Naya di kafe." Tuturnya lembut dengan mata menyipit serta senyuman manis.

Senyuman yang membuat Arrio muak.

Keyra menatap Erika dan Kanaya dengan pandangan tak suka. Jemarinya memainkan tangan milik sang kakak yang terlihat berusaha menahan segala emosi. "Yaelah, Kak Naya udah gede kali. Masih aja harus dianter segala sama Abang. Lagian, keluarga Kak Naya kaya kan? Terus kalo kasihan sama supir Kakak, kenapa Kakak jadiin Beliau supir? Come on, supir itu emang tugasnya nganter majikannya tanpa ngeluh biar dapet gaji. Nggak usah sok peduli dan alay." Cibirnya dengan nada sarkastik.

"Keyra!"

"Jangan pernah Anda membentak adik Saya, Tuan Arhan. Anda tidak memiliki hak untuk itu."

Suara teriakan menggelegar dari Arhan Federix Mahatma, ayah kandung dari Arrio dan Keyra berhasil membuat keadaan menegang seketika. Disusul dengan teguran penuh ancaman dari sang putera yang tak pernah main-main. Aura keduanya mendominasi. Bahkan bisa membuat orang-orang yang tak kuat dengan aura mengintimidasi ayah dan anak itu pingsan seketika.

Arrio mengeratkan pelukan Keyra yang terlihat syok dengan bentakan sang ayah. Tak heran, sekalipun Arhan tak pernah peduli pada kedua anaknya terlebih puterinya, pria itu tak pernah sekalipun membentak apalagi melakukan hal kasar pada keduanya. Bagaimanapun, Mereka adalah darah dagingnya. Anaknya.

Acasia, istri dari Arhan sekaligus yang menjabat sebagai selingkuhannya dahulu pun mencoba untuk mengalihkan perhatian. "Eum, bisa Kita mulai aja tujuan Kita ngelakuin acara keluarga ini? Dan Arrio, jangan gitu ya? Gimanapun Dia Papa Kamu." wanita itu berusaha tersenyum, membuat kesan baik untuk putera suaminya. Namun sayang, hal itu malah membuat Arrio ingin sekali mencekik leher wanita yang telah merusak rumah tangga orangtuanya.

"Diem Lo, pelakor!"

"Arrio!" Cukup. Arhan tak bisa membiarkan istri barunya dihina oleh anaknya sendiri. Dia berdiri dari sofa kemudian menatap Arrio berang. "Jangan kelewat batas! Papa nggak pernah ngajarin Kamu untuk berlaku tidak sopan. Jangan jadi anak kurang ajar."

"Mas, udah."

"Nggak bisa, Ca. Anak itu benar-benar udah keterlaluan semenjak Dia putus sekolah. Benar-benar nggak punya attidute dan seakan-akan nggak pernah disekolahkan saja. Semenjak Dia mulai bergaul sama anak-anak nakal itu sikapnya berubah drastis."

Virtual World : Six Month [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang