Tak ada dasar di mana perudungan itu dijadikan sebuah kebiasaan yang tak perlu dipikirkan. Itu salah. Dan semestinya harus dihentikan.
•••
Lagi dan lagi Pembelajaran Tatap Muka dihentikan sementara karena kenaikan kasus Covid-19. Terkhususnya di daerah-daerah metropolitan seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Yogyakarta, Padang, dan sekitarnya. Kematian pun semakin banyak terjadi. Tak dapat dihindari pun banyak kerusuhan atas cara pemakaman yang tidak disetujui beberapa warga.
Serra mengunyah keripik kentang sembari menyelonjorkan kaki di sofa panjang yang nyaman. Televisi menyiarkan berita yang seakan sudah menjadi hal biasa semenjak karantina dilakukan. Covid-19, sebuah virus yang menyerang dunia dan membuat dunia geger seketika. Para pemimpin negara serta para medis pun sampai kewelahan menghadapinya.
SMANSA memutuskan untuk kembali melakukan KBM dengan sistem daring. Tugas sesuai deadline sudah Serra kerjakan, dan artinya sudah tak ada lagi beban tugas yang diberikan oleh guru. Lebih mantapnya lagi saat Ulangan Harian dengan sistem online yang artinya Ia masih bisa melihat Google atau catatan untuk mencari jawaban. Dan tentu saja nilainya di atas rata-rata karena hal itu.
Haura melongokan kepala di daun pintu, batas antara ruang keluarga dan dapur. "Ser, Kamu liat panci abu-abu punya Mami, nggak? Kok pas Mami cari nggak ada? Ini soalnya Mami mau masak sayur." Serra yang mendengar penuturan sang ibu pun menoleh dan mengernyitkan dahi.
"Lah, kok bisa ilang? Perasaan kemarin masih ada, kan, di rak?"
"Iya, tapi sekarang nggak ada."
"Coba tanya Kak Shaka, Mi. Barangkali Dia yang ambil, biasanya kan buat percobaan."
Benar juga. Wanita berhijab itu pun beralih ke kamar anak laki-lakinya yang sudah berada di semester 3 perkuliahan. Dan sekarang Dia libur selama satu bulan lebih, lebih tepatnya menganggur menjadi beban keluarga.
Tok tok tok
"Shaka! Kamu liat panci Mami, nggak?! Jangan sampai Kamu pakai buat yang macem-macem, lho, ya!" Serra dapat mendengar dengan jelas jika Haura menaikkan satu oktaf nada ucapannya sembari mengetuk pintu kamar sang kakak.
Gadis itu pun mengalihkan pandangannya kembali, fokus pada berita tentang video penikaman brutal di salah satu kios di Banyuasin, Sumatera Selatan. Raut wajahnya kelihatan serius.
Sampai akhirnya Adrian alias sang ayah ikut duduk di sofa yang berada tepat di sebelahnya. Pria yang sudah berumur 54 tahun itu merangkul puteri kesayangannya dan mengangkat sebelah alisnya. "Itu tentang apa?"
"Kasus penikaman di Sumatera Selatan."
Hanya sekedar obrolan singkat, namun jika ditelaah kembali dengan benar maka hal tersebut merupakan salah satu kenangan yang mungkin tidak akan terulang lagi di masa yang akan datang. Tapi terkadang, manusia seringnya lupa untuk bersyukur akan kehadiran seseorang di hidupnya. Dan apa selanjutnya? Berakhir penyesalan.
Adrian mengambil buah jeruk dan mengupas kulitnya. "Gimana? Udah ketemu sama temen Kamu pas kecil dulu? Kalian satu sekolah, kan?" Pertanyaan tersebut terlontar begitu saja, hal tersebut langsung membuat Serra menolehkan kepala. Tangan kanan yang memegang bantal sofa pun mengerat. Gadis berumur 16 tahun itu pun hanya bisa menghembuskan napas.
"Udah kok, Pi. Cuma ... ya itu, kayaknya El nggak kenal sama Aku. Jadi cuma sekedar papasan dan nggak saling sapa sama sekali."
Benar. Dan mungkin waktu adalah alasan Mereka menjadi asing sekarang.
•••
Song Backround : Power - Little Mix
KAMU SEDANG MEMBACA
Virtual World : Six Month [ END ]
Novela Juvenil••• "Kenapa Abang harus pergi? Key sendirian di sini, semua jahat!" - Keyra Estefania Mahatma "Kak, Lo bilang kalau Lo sayang Gue. Lo janji buat terus nemenin Gue. Tapi faktanya Lo bohong. Lo ninggalin Gue." - Zelda Lynnara Ocean "Aku cuma mau Kamu...