.21.

50.6K 5.1K 42
                                    

HAPPY READING

VOTE dan KOMEN

Gomawoooooooooooo <3


*****


"Bismillah. Semoga gue dapet temen kelompok yang bisa di andelin" Glory terlihat seperti tengah berdoa, hatinya was-was karena sekarang dosen tengah membagikan kelompok untuk presentasi.

"Lo kan lumayan pintar yah, kok takut banget punya temen yang ngk bisa di andelin" ucap Queen.

"Tau tuh. Dari tadi duduk nya miring kiri, miring kanan" ucap Ivy agak kesal.

Sedari tadi sahabatnya itu resah karena pembagian kelompok yang sudah di sebutkan beberapa oleh dosen yang mengajar.

"Bukan masalah gue bisa. Cuma kalo nggak ada yang bisa di andelin, mereka bisa-bisa yang ngandelin gue. Terima beres aja udah, males banget" gerutu Glory sebal.

"Yaelah sekali-kali bantu temen" Ivy terkikik geli melihat wajah kusut Glory hanya karena perihal pembagian kelompok.

"Ya kalo mereka mau bantuin sih nggak papa, pasti cuma mau terima beres aja. Biasa terjadi" Glory menaruh dagunya di lipatan tangan, menatap sebal ke depan.

"Sekarang untuk kelompok berikutnya"

Perkataan itu membuat Glory deg-degan.

"Glory Ayudia, Toni Mahartono, dan Siskayanti" bahu Glory langsung melemas mendengar nama kelomponya.

"Tuh kan! Gue dapet temen kelompok yang nggak bisa di andelin, huaaa nggak terima" Glory memberenggut kesal menatap kedua sahabatnya.

Mereka hanya tertawa kecil karena mengingat masih ada dosen di dalam kelas.

"Sabar aja yah. Gue lihat si Tono bisa di andelin kok" Glory mendelik tak terima ke arah Queen, sedangkan gadis itu hanya tertawa melihat muka ngenes sahabatnya.

Bisa di andalkan apaan, cowo itu saja sering tidur jika ada pelajaran. Bagaimana mau di ajak kerja sama.

"Untuk kelompok selanjutnya... Queen Roseanne, Malvin Mahardika, dan Ivy Jesselyn"

Mendengar nama mereka membuat Queen dan Ivy bersorak senang, baru kali ini mereka satu kelompok.

"Yeeey kita satu kelompok Queen" Ivy memeluk Queen singkat, mereka bertos ria tanpa melihat wajah Glory yang semakin keruh.

"Nggak terima gue, masa Lo berdua satu kelompok. Beda sendiri dong gue" masih dengan wajah kesalnya melihat kedua sahabatnya yang berbahagia di atas penderitaannya.

"Itu lah takdir. Kita tidak bisa mengubah ataupun melarangnya datang" ucap Ivy bijak, yang di balas kikikan kecil dari Queen.

Glory mendengus, ia merasa kesal dengan dosen yang membagikan nama mereka dengan tidak adil menurut Glory.

"Yang namanya Malvin siapa?" Tanya Queen kepada Ivy.

"Itu noh yang di pojok, masa teman kelas sendiri Lo nggak kenal" ucap Ivy heran.

Queen menyengir kemudian berkata "gue kan dulu nggak peduli sama sekitar, jadi mana kenal gue sama dia" Queen mengingat bagaimana Queen asli yang dulu sangat jarang berteman atau bertukar sama dengan orang lain, bahkan teman kelasnya saja dia tidak mengenal nama maupun wajahnya.

"Ya iyalah, Lo kan cuma lihatin Hazel doang" ejek Ivy.

Queen rasanya sudah bosen mendengar sifatnya dulu kepada Hazel, maksudnya sifat Queen yang asli.

Touch Your Heart | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang