"Pas gue hampir jatuh, dia langsung nangkap gue. Romantis banget kan?" ujarnya sambil senyam-senyum.
Semenjak kejadian dramatis di koridor sekolah siang itu, Kayla tak henti-henti mengulang cerita itu berulang kali. Nayla sudah muak mendengarnya. Walau Nayla memberitahunya, gadis itu tetap saja melakukannya.
Seperti sekarang, Nayla sibuk mengganti bohlam dapur yang rusak. Sementara Kayla memegangi kursi yang dipijakinya sambil terus mengoceh. Sesudah memastikan bohlamnya terpasang dengan benar, Nayla pun turun. Lalu mengangkat kursi itu dan menempatkannya kembali pada tempat semula.
"Udah cakep, badan bagus, dingin lagi. Nikmat tuhan mana yang kau dustakan. Baik banget Tuhan nemuin gue sama dia. Gue yakin ini pasti pertanda jodoh, ya kan? "
"Lo udah bahas itu berulang kali. Mending dari pada lo ngurusin laki yang ngak jelas, lo urusin tuh nilai lo. Kalo Mama tahu nilai lo masih anjlok, bisa-bisa album-album oppa lo dibuang semua," ucap Nayla mengingatkan.
"Idih! Main buang-buang aja, itu pake duit tahu gue belinya. Lo pikir murah apa. Gue butuh waktu dua bulan ngak makan di kantin cuman buat nabung biar bisa beli tuh album."
Nayla berdecih. "Ngak makan dua bulan di kantin? Terus yang nyelonong makanan gue tiap istirahat tuh siapa? Setan?"
Kayla menyengir merasa bersalah. Kayla menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal. "Tapi, gue bersyukur ada lo tahu. Berkat lo gue ngak pernah pingsan di sekolah. Lo memang kakak terdebest Na," tanpa aba-aba Kayla mendadak mendekat, melingkarkan tangannya di sekitar bahu Nayla sembari menyodorkan bibir pingnya mendekati pipi Nayla. Dengan sigap Nayla menepuknya, membuat Kayla seketika menghentikan aksinya.
"Ih, kok, malah dipukul. Ini tuh, bentuk kasih sayang gue sama lo."
"Ogah, gue dicium sama lo. Bau jigong lagi," cerca Nayla sembari berlalu ke dalam kamarnya.
Kayla berusaha mengendus-ngendus bau mulutnya, tak terima dikatai mulutnya bau jigong. "Orang wangi gini dibilang bau jigong," gerutu Kayla. "Kalo bau jigong ngak akan tuh satu sekolah pada ngejar-ngejar gue buat jadi pacar mereka," ujar Kayla setengah berteriak pada Nayla yang sudah memasuki kamarnya. Menguncinya rapat-rapat agar kembarannya tak bisa masuk.
Saatnya ia berduaan saja dengan novel tercintanya. Sebelum matanya memberontak untuk menutup, akan lebih baik ia menghabiskan beberapa bab novel favoritnya. Kali ini tentang percintaan remaja. Sampai kapan pun ia tak akan pernah bosan dengan genre yang satu ini. Jujur, ia tak terlalu suka dengan alur cerita yang berat. Apa lagi tentang action atau semacamnya. Hanya tema-tema ringan yang ingin ia baca, karena hidupnya sudah berat buat apa membaca sesuatu yang berat. Begitu kira-kira pendapatnya.
***
Kayla hanya membatin sepanjang kerjaannya di depan wastafel. Bukannya Kayla tak pernah mencuci piring, hanya saja ia sedang asik-asik nonton drama korea dan Nayla mendadak muncul dan menyeretnya ke dapur. Dengan gampangnya lagi ia memerintah dirinya untuk mencuci semua itu. Apa Kayla bisa menolak? Tentu bisa asal album-album kpopnya bukanlah ancaman. Belum lagi Nayla berjanji akan memberinya uang untuk membeli album baru nct dengan sukarela asal ia mau mengerjakannya. Matanya langsung berkaca-kaca dan sumringah. Tapi, Kayla tetaplah Kayla. Cuciannya sangat banyak, mungkin ada sekitar dua hari menumpuk. Baru jalan setengah jam saja sudah membuatnya jengah.
Sementara itu di ruangan lain Nayla memulai dengan melepas kain gorden yang terlihat usang di makan usia. Semula gordennya berwarna putih, namun kini telah berubah menjadi kekuning-kuningan. Bahkan ada sedikit lumut yang tumbuh di sana akibat cuaca yang lembab. Nayla tak ingat kapan terakhir kali mereka menggantinya.
Kemudian ia beralih membersihkan langit-langit rumah yang kini dihuni para laba-laba. Lehernya sedikit pegal karena harus mengadah beberapa saat. Kadang-kadang ia tak sengaja menabrak benda di sekitar, membuatnya meringis kesakitan berkali-kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary of seventeen
Teen FictionSelamat membaca! Tolong tinggalkan komen dan saran agar penulis dapat berkembang