Bab 8

3 0 0
                                    

Angin berhembus lembut, membelai wajah tampan itu. Rooftop yang tenang menjadi pengalihannya dari bising memuakkan di bawah sana.

Daniel merebahkan punggungnya pada bangku kayu di sana. Memandangi gumpalan awan putih yang berusaha menghalangi matahari melakukan tugasnya. Tangannya bergerak merogoh saku celana mengeluarkan bungkus rokok.

Api yang berasal dari pemantik membakar ujung rokok hingga mengeluarkan asap yang menggempul di udara. Sudah lama dia tidak menikmati aAbian tembakau seperti ini. Terakhir kali saat SMP, saat itu ia hanya coba-coba dan tidak berniat melanjutkannya setelah tertangkap basah oleh kedua orang tuanya. Mendadak ia merasa membutuhkannya sesaat hanya untuk menghilangkan frustasi yang akhir-akhir ini kerap kali datang. Seakan bebannya hilang bersama asap yang menghembus.

Ceklik

Suara jepretan kamera mengintruksi Daniel menoleh ke samping dan mendapati Kayla tengah berdiri sambil mengarahkan kamera ponselnya. "Hai!" sapanya dengan senyum ramah. Cowok itu tampak tidak peduli. Menyesap rokoknya kembali, lalu menghembuskannya ke udara.

Kayla mendekat dan duduk di sebelahnya. Menyelipkan sisi rambut yang sedikit menutupi wajah ke belakang telinga."Gue ngak nyangka ternyata lo perokok," kata Kayla sedikit kecewa. "Tapi, ngak papa, soalnya tipe-tipe bad boy lagi hot sekarang. Lagian gue juga lebih suka yang nakal." Kayla mengedipkan sebelah matanya saat Daniel menoleh padanya membuat Daniel berdecih.

"Gue ngak mau lapor, tapi... kayaknya sayang banget kalo foto ini ngak digunain." Kayla menggulir foto Daniel di layar ponselnya. Dia terdiam sejenak menunggu respon Daniel yang tak kunjung datang. Melirik sekilas pada Daniel yang tampak tidak terusik sama sekali. Kayla lantas dengan sengaja memampang tepat di wajah cowok itu foto dirinya yang sedang merokok. Tapi, cowok itu seakan tak peduli dengan apa pun yang akan dilakukan Kayla padanya.

Kok dia ngak ngerespon sih? rutuk Kayla kecewa menggigit bibir bagian dalam.

Kayla berdehem sebelum melanjutkan kalimatnya. Lantas, menoleh padanya. "Lo tenang aja, gue ngak bakal laporin selama lo mau ngelakuin sesuatu buat gue."

Kali ini kalimatnya berhasil membuat Daniel menoleh padanya.

"Lo bisa jalan sama gue sebagai gantinya."

"Gimana?" tanya Kayla mengangkat kedua alisnya penuh harap.

Cowok itu membuang puntung rokok yang tinggal setengah itu ke lantai sebelum akhirnya diinjak, mematikan ujungnya yang masih menyala. Lalu menatap Kayla sekilas yang masih menunggu jawabannya.

Tapi, alih-alih memberinya jawaban, Daniel malah pergi meninggalkannya. Kayla ingin menyerah, tapi itu akan membuatnya kepikiran berhari-hari. Tidak ada cowok yang menolak ajakannya dan kali ini pun harus sama.

"Eh, lo mau kemana?"

Daniel menghiraukannya.

"Lo yakin mau gue laporin ke guru?" ujarnya setengah berteriak sambil mengejar langkahnya.

Kayla mempercepat langkahnya, menghadang langkah cowok itu."Lo bisa di skors dan dicap nakal sama guru-guru."

"Minggir!"

"Coba lo pikirin lagi deh, hah? Lo itu masih berstatus anak baru disini. Itu pasti bakal ngerusak nama baik lo." Kayla bergerak ke kiri dan ke kanan menghalangi jalan Daniel.

"GUE BILANG MINGGIR!" Daniel mendorong tubuh Kayla kasar hingga jatuh ke lantai membuatnya meringis kesakitan. Rasanya ingin sekali Kayla memakinya saat ini, namun mendadak sebuah ide muncul di otaknya. Mungkin ini akan sedikit dramatis. Tapi, itu tidak masalah selama ia berhasil.

Diary of seventeenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang