Nayla turun dari motornya sambil menenteng sekantong besar berisi cemilan kesukaan Kayla. Setelah memikirkannya sejenak ia menyesal dan merasa sedikit bersalah karena memarahinya. Melihat wajah cemberut gadis itu seharian membuat hatinya tak nyaman. Mereka belum berbicara sejak pertengkaran itu dan suasananya berubah canggung ketika mereka berpapasan.
Nayla bersikap natural ketika pintu kamar Kayla terbuka. Dia mengambil salah satu es krim yang dibelinya. Sesekali dia melirik pada Kayla yang turun tangga. Mengabaikannya di depan tv dan berjalan menuju dapur.
"Kay, ada es krim nih!" ujar Nayla menatap Kayla yang berlalu begitu saja di depannya.
Kayla sama sekali tak mengubris. Ia membuka kulkas mencari-cari sesuatu.
"Ada mie instan juga, loh," ujar Nayla lagi setengah berteriak.
Kayla masih mengabaikan. Ia terus saja menerawang ke dalam kulkas, mencari-cari makanan. Perutnya sudah sangat keroncongan karena tadi siang belum makan, tapi ia terlalu gengsi menerima tawaran kembarannya.
"Lo beneran ngak mau? Kalo lo ngak mau gue habisin ya?" begitu kalimat itu melesat Kayla mendadak muncul mengambil salah satu es krim dan duduk di sebelahnya. Nayla diam-diam mengulum senyum.
"Mau gue buatin mie ngak?" tawar Nayla.
"Terserah!" tukasnya dingin dengan membuang wajahnya.
"Gue mau dengar jawaban pasti. Mau atau ngak?"
Kayla terlihat sedikit kesal. "Hm," sahutnya akhirnya walau masih terdengar enggan.
"Apa? gue ngak denger," ucap Nayla bohong.
Kayla mendengus. "Iya, gue mau."
Nayla tersenyum menanggapi ekspresi Kayla yang lucu. Nah, gitu dong!" Nayla lantas membawa dua mie instan cup ke dapur untuk di seduhkan air panas. Tak lama kemudian dia kembali.
Kayla yang sudah sangat lapar, langsung menyambar mienya. Alhasil ia harus meringis kesakitan karena memakannya dalam keadaan panas.
"Pelan-pelan Kay! Ngak bakalan hilang juga mienya."
"Gue lapar banget belum makan tadi siang."
"Salah sendiri ngak makan tadi siang."
Kayla mendengus. Dia memerhatikan jajanan Nayla yang cukup banyak. "Tumben banget lo jajan."
"Lagi pengen aja."
Kayla menyipitkan matanya. "Bukannya lo mau baikan sama gue?" seringaian terlihat di bibirnya.
Nayla berdecih. "Ngapain? Lagian lo juga baik sendiri nantinya," sergah Nayla lalu menyuap mienya ke dalam mulut.
Kayla mendengus. Dia tidak ingin menyambungnya lagi takut berujung pertengkaran lagi. Dia juga sebenarnya tidak suka jika harus diam-diaman lama dengan Nayla. Rumah terasa bagaikan kuburan saat itu terjadi. Mereka sama-sama bungkam karena ego masing-masing.
Mereka menikmati mienya. Membiarkan layar tv yang berisik mendominasi."Kay tolong ambilin gue air dong." Tunjuk Nayla pada air botol di sebelah Kayla. Tapi cewek di sebelahnya tidak bereaksi. Dia mendadak merasakan kesakitan di dadanya.
"Kay lo ngak papa?" Nayla buru-buru meletakkan mienya di atas meja dan beralih pada Kayla.
"Kita ke rumaha sakit ya?" Nayla yang mulai khawatir buru-buru bangkit ingin bersiap-siap membopong Kayla. Namun, Kayla menarik tangannya. Gadis itu malah tertawa terpingkal-pingkal saat melihat ekspresi pucat di wajah kembarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary of seventeen
Teen FictionSelamat membaca! Tolong tinggalkan komen dan saran agar penulis dapat berkembang