Bab 9

3 0 0
                                    

Mereka tiba di sebuah restoran. Kayla dan Daniel berada di salah satu meja. Sementara Abian dan Nayla di meja lainnya yang berada tidak jauh dari mereka. Nayla sudah melarangnya masuk, tapi apa daya jika cowok itu sangat bersikeras masuk. Nayla hanya bisa pasrah dan mengikutinya ke dalam.

Bermodalkan buku menu, Nayla dan Abian menutup wajah masing-masing, mengintip sesekali pada meja Kayla.

"Gue harus samperin dia," ujar Abian yang hendak bangkit. Nayla buru-buru menarik tangan cowok itu sebelum menjauh.

"Udah, lo duduk aja. Mereka cuman makan doang, kok."

"Tapi..."

"Gue bilang duduk!" ancam Nayla dengan matanya. "Ingat! Lo tadi udah janji sama gue di luar ngak bakalan gangguin mereka."

"Iya," sahut Abian cemberut sambil duduk kembali.

Matanya tak lepas mengamati Kayla, bahkan ketika pelayan membawa makanan sekali pun. Nayla mulai menyantap makanannya dengan santai, kebetulan perutnya juga sedang keroncongan.

Seorang pelayan datang membawakan pesanan Kayla dan Daniel. Ada sekitar lima piring yang datang. Satu piring berisi pasta untuk Daniel dan empat lainnya milik Kayla. Cewek itu memang sengaja memesan banyak makanan, dari pengalamannya menonton drama korea, cowok sangat menyukai cewek yang lahap dengan makanannya. Oleh sebab itu dia memesan banyak makanan.

Daniel melahap pastanya dengan tenang, tanpa peduli dengan Kayla yang berusaha menunjukkan sisi atraktifnya. Di satu sisi dia memang sedang sangat lapar. Tadi dia tidak sempat istirahat karena sangat senang memikirkan kencan dengan Daniel. Dia memilih menetap di kelas memikirkan tempat-tempat yang harus mereka kunjungi.

"Enak banget. Cobain deh!" Kayla menyodorkan sesendok nasi goreng miliknya pada Daniel.

"Ngak, makasih," ucapnya datar tanpa mengalihkan pandangannya pada pasta.

Kayla menarik lagi makanannya. Tidak ingin merasa sakit hati terlalu cepat, ia mulai melahap makanannya kembali. Sesekali ia melirik pada cowok di depannya ini. Dia terus saja menunduk, membuat Kayla jengkel.

"Lo suka pasta, ya?" tanya Kayla membuka pembicaraan.

"Biasa aja."

"Terus lo suka apa?'

"Ngak ada."

Kayla meletakkan sendoknya untuk menatap Daniel."Masa? Semua orang pasti ada makanan kesukannya. Kayak gue suka banget sama ayam goreng, nasi goreng, terus-"

"Gue ngak suka kalo ada orang yang bicara selagi makan," potong Daniel yang membuat Kayla bungkam seketika. Harus bagaimana lagi dia berusaha mendekati cowok itu jika dia terus membuat tameng pertahanan. Kayla mendengus, mengerucutkan bibirnya.

Makanan Kayla tertinggal masih banyak, tapi dia tidak mampu menghabiskannya lagi. Selera makannya sudah hilang beberapa menit yang lalu. Usahanya terasa sia-sia.

Setelah selesai makan mereka segera bangkit menuju kasir. Kayla mengekor tepat di belakang Daniel.

"Meja nomor dua empat," ujar Daniel pada mbak kasir yang berdiri di sana.

Kayla tersenyum-senyum sendiri, berpikir Daniel akan membayari makanannya.

"Totalnya tiga ratus dua puluh," ujar mbak kasir.

Senyumnya semakin lebar saat melihat kartu kredit Daniel keluar dari dompetnya.

"Lo ngak usah repot-repot, gue bisa bayar sendiri, kok," ujar Kayla berusaha tampak sungkan.

"Maaf mbak, tapi tolong hitung pasta sama jus jeruknya saja."

Seketika senyum yang terpampang di wajah Kayla menghilang seketika. Nayla yang memerhatikan di belakang harus menahan tawanya agar tidak ketahuan.

Diary of seventeenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang