Bab 6

7 0 0
                                    

Nayla baru menyelesaikan tugasnya saat jam menunjukkan pukul delapan malam. Tiba-tiba perutnya berbunyi, siang tadi ia tidak sempat makan karena tertidur. Lebih baik ia turun dan makan sekarang sebelum ia mati kelaparan.

Begitu pintu kamar terbuka, hidungnya langsung mencium aAbian lezat dari lantai bawah. Seperti bau mie instan kesukaannya.

Dia menuruni tangga dan menatap Kayla yang berada di ruang keluarga sedang asik menikmati mie instan dengan nyamannya diatas sofa sambil menyalakan telivisi. Sebelah kakinya tertekuk santai dan bahu yang menyender ke belakang.

"Wah, enak tuh kayaknya," celetuk Nayla dari atas tangga, membuat Kayla melirik sekilas arahnya. "Pas banget, gue juga lagi lapar." Sadar Nayla turun, Kayla buru-buru bermarathon melahap mienya sebelum gadis itu datang merebut.

"Eh! Eh! Jangan dihabisin!" ujar Nayla mempercepat langkahnya. Namun, sudah terlambat. Mie itu sudah tak bersisa, semuanya ludes dimakan oleh Kayla. Nayla menatap mangkuk kosong itu dan Kayla yang cengengesan secara bergantian dengan mulut sedikit terbuka.

"Ah, kenyangnya." Kayla menepuk-nepuk perut buncitnya dengan bangga. "Sawwry, Na," ucapnya tanpa dosa sambil bersendawa ria.

"Apa di belakang masih ada?"

Kayla mengangkat kedua bahunya. "Tapi, kayaknya tadi gue lihat ini stok terakhir."

Nayla tersenyum miring lantas duduk di samping Kayla. "Sini kepala lo," kata Nayla yang mengundang kerutan di dahi kembarannya. Kayla dengan polos mencondongkan kepalanya tanpa khawatir dan harus berakhir dengan ringisan akibat jitakan keras di kepalanya.

"Sakit!" raungnya kesakitan. Nayla tidak peduli, dia malah mengalihkan pandangan ke layar tv, mengambil remot yang berada di atas meja untuk mengganti saluran. "Itu balasan karena lo serakah," kata Nayla tanpa mengalihkan pandangannya dari layar tv.

Kayla yang tidak terima membalasnya balik dengan menarik rambut cewek itu. "Aw!" ringis Nayla kesakitan. Pandangan tajam terhunus dari mata Nayla.

"Gue juga sakit tadi," sergah Kayla tak mau kalah.

"Ngak, gue ngak kayak gitu, ya!" ketus Nayla membela diri. "Kok, lo kasar banget sih, jadi cewek!"

"Yang duluan siapa?"

"Tapi, gue ngak keras mukul kepala lo!"

"Kayak gini lo bilang ngak keras?" Kayla menjitak kepala Nayla sama seperti yang gadis itu lakukan sebelumnya padanya.
"Kay, lo bener-bener ya!" Sikap Kayla yang keterlaluan membuat emosi yang berusaha ia kontrol sedari tadi sudah tak tertahankan lagi. Tidak terima begitu saja ia pun menjambak rambut Kayla. Kembarannya itu juga tak mau kalah menancapkan jemarinya di kepala Nayla. Alhasil mereka saling jambak-jambakan tanpa ada yang mau mengalah.

"Sakit beg*! Kalo lo tarik rambut gue gitu lama-lama bisa copot," ucap Nayla yang merasa kesakitan.

"Gue juga sakit beg*!"

"Lepasin ngak!"

"Ngak mau! Lo duluan yang lepasin baru gue lepasin."

Nayla menghela napas sejenak."Ok, kita lepasin sama-sama. Dalam hitungan ke tiga lepas, okay?"

Kayla mengangguk setuju.

"Satu...dua...tiga." Perlahan kedua tangan saling meregang diikuti tubuh yang berangsur menjauh. Mereka merapikan rambut masing-masing yang terlihat berantakan.

"Sialan lo, Na! Rambut gue sampai rontok begini." Kayla menunjukkan sejumlah rambut rontok dalam genggaman. Nayla hanya melirik sekilas tak tertarik. "Kenapa sih gue harus kembaran sama lo?"

Diary of seventeenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang