Nayla termenung di kamarnya memikirkan pembicaraannya dengan Renata.
"Kenapa kamu ngak kasih tahu Mama?"
Nayla terdiam saat itu. berusaha keras menemukan jawaban yan tepat. Tapi, yang dia lakukan hanya terdiam cukup lama.
"Seharusnya kamu bilang sama Mama kalo kamu butuh uang. Mama pasti akan..."
"Bukan begitu, Ma." Nayla menyela. "Nayla ngak butuh uang."
"Terus kenapa kamu kerja ngak bilang-bilang Mama?"
Nayla menunduk. "Nayla takut Mama ngak setuju,"lirihnya.
Renata termangu, menatap putrinya. Ia lantas menghela napas. "Sekarang kasih tahu dulu alasan kamu bekerja? Apa uang jajan dari Mama ngak cukup?"
Nayla menggeleng.
"Terus apa?"
"Nayla cuman mau bantu Mama."
"Mama gak perlu bantuan kamu! Kamu pikirkan saja sekolah dan biarkan sisanya Mama yang urus."
"Ma, Biaya sekolah Nayla dan Kayla ngak murah, belum lagi keperluan lainnya."
"Apa selama ini SPP kamu nunggak? Ngak kan?"
"Terus bagaimana dengan hutang yang belum Mama bayar?"
Kini Renata terdiam. Netranya membulat dan nanar.
"Ma, Nayla tahu semuanya. Nayla mau bantuin Mama. Mungkin uang yang Nayla dapat ngak banyak, tapi setidaknya bisa sedikit membantu. Nayla sedih lihat Mama setiap minggu harus bolak-balik Jakarta bogor. Mama harus bangun pagi-pagi sekali biar ngak terlambat dan pulang larut malam. Aku makin sedih saat Mama diam-diam minum obat." Bola mata Nayla kini mulai berkaca-kaca.
"Nayla tahu Mama ngelakuin itu semua buat kami. Tapi, apa Mama tahu apa yang Nayla dan Kayla inginkan?" Nayla menatap tepat di bola mata Renata. "Kami cuman mau Mama sehat. Biarpun kita miskin setidaknya kita bahagia. Jangan terlalu paksakan diri Mama untuk bekerja terlalu keras. Hm?" Nayla mengelus tangan Renata yang kini tampak berkeriput.
Renata bergerak memeluknya. Air matanya sudah turun membasahi pipi.
"Makasih sayang." Renata melepas pelukannya.
"Tapi, tetap saja Mama harus tahu jika kamu bekerja. Bagaimana jika pekerjaan ini mengganggu waktu belajarmu? Kamu ingat kan kalo kamu mendapat beasiswa di sekolah dengan syarat kamu berprestasi."
"Iya, Ma. Nayla sudah mengatur semuanya dan Nayla juga sudah memastikan ini ngak akan mengganggu waktu belajar Nayla."
"Mulai sekarang jangan sembunyikan apa pun dari Mama, mengerti?"
"Hm."
Pembicaraan itu memang berjalan baik. Wanita itu tak marah padanya sama sekali. Kevin yang sedari tadi mengintip ikut tersenyum lega. Akhirnya perdebatan anak dan ibu itu berakhir. Tapi, sepanjang pulang wanita itu terus termenung. Bahkan sesampai pulang ia menolak bersantai di ruang tengah. Alasannya ia lelah dan ingin segera beristirahat. Namun, itu mengusik Nayla.
Nayla menoleh saat pintunya terbuka. Kayla masuk dengan wajah sumringah. Sepertinya dia sudah lupa dengan pertengkaran tadi siang.
"Na, main tik-tok yuk!" ajaknya.
"Lo aja, gue males." Nayla merebahkan tubuhnya di kasur.
Kayla menarik tangannya sambil merengek. "Ayolah, gue bosan banget sendiri. O,ya btw lo tahu ngak pengikut gue udah nambah jadi lima ribu orang loh. Keren kan?" ucap Kayla yang kini beralih rebahan di samping Nayla.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary of seventeen
Teen FictionSelamat membaca! Tolong tinggalkan komen dan saran agar penulis dapat berkembang