Suasana riuh pesta pernikahan yang digelar di salah satu gedung termewah kawasan Jakarta Selatan tampak mulai ramai dengan banyaknya tamu undangan. Beberapa wartawan dari televisi dan media online tengah standby dengan kamera masing-masing di beberapa titik. Mereka bersiap, mengambil sebuah momen untuk mengudarakannya kepada publik pada malam ini juga.
Pernikahan putri dari salah satu investor terbesar TC dan juga seorang politikus dari partai penguasa itu telah mencuri perhatian publik yang akan digelar pada malam ini. Apalagi pada sebuah kabar yang beredar di sosial media itu menampilkan artikel bahwa pewaris tunggal dari Aisan telah mengkonfirmasi kedatangannya. Membuat antusias publik meningkat untuk menantikan seluruh rangkaian acara.
Para publik yang penasaran mengenai rumor pernikahan antara dua keluarga konglomerat negeri ini nyatanya telah haus akan kebenaran itu. Kelompok pro dan kontra yang saling berdebat, seolah mereka ingin segera menemukan jawabannya pada malam ini.
Sedangkan Azalea, gadis itu terlihat termenung. Dari balik jendela mobilnya yang masih tertutup. Perasaan resah yang mengungkungnya itu kian bergejolak.
Ia menggigit bibirnya sedikit keras. Degupan jantungnya yang memburu sedari tadi tak juga menghilang setelah beberapa menit dirinya sampai di halaman depan pada pintu utama.
"Nona Azalea, kenapa tidak segera masuk saja?" Suara sopir pribadinya dari balik kemudi itu memecah lamunannya.
Azalea tersenyum. "Iya, Pak. Sebentar lagi saya akan masuk."
Perempuan itu menarik napas untuk yang ke sekian kalinya, dan kemudian ia mengembuskannya secara perlahan. Sebuah undangan berwarna keemasan sudah berada di dalam genggaman tangannya sejak tadi. Undangan itu diberikan oleh Hagantara yang dititipkan oleh asisten papanya untuk memberikannya kepada Azalea.
"Semoga hanya perasaanku saja," gumamnya pelan.
Lalu, pintu mobil itu terdorong pelan. Azalea mengeluarkan sebelah kakinya dengan gerakan lambat. Kehadirannya kali ini menarik perhatian para wartawan yang sudah bergerombol di sana. Mereka tertegun, seperti sedang menunggu seseorang yang mungkin saja akan keluar dari pintu sebelah kanan Azalea.
Namun, nyatanya harapan hanyalah harapan. Tidak ada siapa pun di sana. Tidak ada Hagantara yang datang bersamanya dari mobil yang sama. Hingga sebuah teriakan dari salah satu wartawan mengalihkan pandangan puluhan pasang mata yang berada di halaman itu. Termasuk Azalea.
Lampu-lampu flash kemudian menyala terang. Kilaunya menyakitkan, ia membidik pada satu objek. Merekamnya lalu mengudarakannya dengan judul-judul berita gosip pada esok hari. Tentang hari ini, sebuah kabar yang mengejutkan masyarakat dari seluruh penjuru negeri.
Pemandangan itu menyita tatapannya, membuat tubuhnya ikut membeku di sana.
Dia datang.
Hagantara Kalandra datang bersama seseorang yang amat sangat dikenalnya. Lelaki itu menyunggingkan sekuntum senyum, seperti sedang berbahagia?
KAMU SEDANG MEMBACA
HIRAETH : Rain In Paradise (END)
General FictionIni tentang Azalea yang harus menjalani pernikahan semu bersama Hagantara. Seorang gadis yang masih memendam trauma masa lalu dan harus terjebak dalam hubungan mengerikan bersama Hagantara. Atau ini tentang Hagantara Kalandra yang telah kembali. Hag...