CHAPTER 22 : Dibalik Teror Azalea

51K 2.7K 104
                                    

Tumpukan kertas yang menggunung pada meja kerja menyambut kedatangan Hagantara pada pagi ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tumpukan kertas yang menggunung pada meja kerja menyambut kedatangan Hagantara pada pagi ini. Ia mengembuskan napasnya sejenak, lalu memutar tubuh untuk menutup pintu ruangan yang terbuka lebar.

Langkahnya bergerak maju. Mendudukkan tubuh tegap itu pada kursi yang berada di depan sana.

Memimpin dua perusahaan sekaligus mampu membuka kepalanya terasa pening. Mengenai TC ia masih memegang di sana sampai batas waktu yang belum ditentukan. Mungkin ketika ingatan Azalea mulai kembali ia akan mengembalikan semuanya. Sebelum Harim Kusuma Wardhana datang untuk mengambil alih perusahaan yang bergerak di bidang real estate itu.

Hagantara termenung. Pertanyaan dari istrinya pagi tadi masih berputar-putar jelas di kepalanya.

“Aku boleh tanya sesuatu sama kamu?” Azalea yang tiba-tiba datang ke kamarnya mengagetkan lelaki itu seketika.

Hagantara memandang bingung. Alisnya yang tebal tampak naik seolah bertanya.

“Apa aku pernah diculik? Or something happened to me?”

Pertanyaan itu mampu membuat dirinya terjebak dalam keheningan. Ia terdiam mematung di sana.

“Kenapa kamu bertanya seperti itu?” balas Hagantara setelah mampu mengendalikan semuanya.

Azalea menggelengkan kepalanya. Tak menjawab atau barangkali ia enggan memberikan sebuah jawaban.

Ingatan itu berakhir. Kegusaran melingkupi dirinya. Lalu, ia mengusap wajahnya dengan gerakan kasar. “Lea tidak boleh tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tidak untuk saat ini,” gumamnya dengan suara bergetar.

“Selamat Pagi, Pak.”

Sekretaris pribadi Hagantara menunduk hormat selepas menutup bilah pintu untuk kembali rapat.

“Ada rapat pada siang ini bersama para pemegang saham dari TC,” lanjutnya memberitahu Hagantara.

“Iya, saya tahu.”

“Tapi, Pak—“

“Kenapa?” sahut Haga.

“Mereka mengharapkan Nona Azalea untuk datang menghadiri rapat pada hari ini setelah dua minggu Nona tak muncul dalam urusan perusahaan.”

°°°

Suasana di dalam ruang rapat terasa mencekam. Kelompok pro dan kontra saling mendebat untuk memecat Azalea setelah ketidakmampuannya dalam mengingat terdengar hingga para dewan direksi.

Kelompok pro mendiang dari Adrian memilih untuk mempertahankan Azalea sembari menunggu ingatan itu kembali. Sedangkan kelompok kontra menentang ide itu karena dianggap sangat merugikan perusahaan karena telah mempertahankan seseorang yang tidak kompeten bersarang dalam jajaran perusahaan.

“Kita lakukan pemilihan suara saja. Bagaimana?” Seorang pria paruh baya dari kelompok netral mengusulkan.

“Saya setuju. Tetapi kalau nanti suara terbanyak berasal dari kelompok kontra, kita harus segera memecatnya.”

HIRAETH : Rain In Paradise (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang