CHAPTER 16 : Kecelakaan

101K 4.6K 396
                                    

“Presiden Direktur dari TC Group dilaporkan meninggal dunia dalam kecelakaan tunggal di kawasan Menteng, Jakarta Selatan dini hari tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Presiden Direktur dari TC Group dilaporkan meninggal dunia dalam kecelakaan tunggal di kawasan Menteng, Jakarta Selatan dini hari tadi.”

“Menurut konferensi pers minggu lalu, TC yang telah diakuisisi oleh Aisan untuk sementara waktu akan mengalami kekosongan kepemimpinan."

“Hagantara Kalandra CEO dari Aisan Internasional Corporation, menantu dari mendiang Adrian Hafnan Atmaja dilaporkan akan mengambil alih kepemimpinan perusahaan.”

Kalimat-kalimat pemberitaan dari sebuah radio kecil itu berdengung nyaring memenuhi ruang-ruang sempit di dalam mobil. Membuat cengkeraman pada kemudi itu semakin menguat. Kemarahan dan kesakitan seolah bersatu dalam diri perempuan itu.

Matanya mengembun, menatap jalanan dengan pandangan buram. Laju mobilnya semakin kencang, berjalan melebihi kecepatan yang seharusnya. Hingga pada suatu jalanan ketika lensanya menangkap satu sosok di sana, sebuah senyum terkuntum tipis membentuk garis lurus.

BUUMM...BRUAKK...DUARR!!!

Mobil Azalea berpindah. Menghindari Hagantara dan memilih untuk menabrakkan dirinya pada sebuah kontainer yang melaju kencang dari arah yang berlawanan. Membuat kecelakaan mengerikan itu tak dapat terhindarkan pada malam itu. Decitan dan hantaman dari kedua benda tumpul terdengar menggelegar membelah kesunyian.

Azalea merasakan seluruh kepalanya terasa berat, tatapannya yang semakin memburam. Kemudian di antara rasa sakit yang mengimpit dirinya bersama besi-besi itu, ia masih bisa mencium aroma amis yang menguar memenuhi indera penciumannya. Hingga pada menit selanjutnya sesuatu yang gelap kembali menghantamnya untuk yang kedua kali.

°°°

Merasakan sakit yang terus melesak menghantam seluruh dada, lalu menjalar naik hingga ke kerongkongan, kian mendobrak pertahanan membuat butiran-butiran embun menggenang memenuhi kelopak matanya, dan gedoran pada pertahanan terakhirnya membuat ia terkulai lemah.

Ia merasakan tulang-tulangnya melemas tak bersisa ketika netranya menangkap sesosok tubuh Azalea yang terkulai di atas brankar rumah sakit. Alat-alat medis kini tampak memenuhi seluruh tubuhnya untuk menopang kesadaran yang masih tersisa di sana.

Tubuh Hagantara yang penuh dengan noda-noda merah tak ia hiraukan selain kepada kondisi istrinya. Ketakutannya semakin menjadi ketika dokter memerintahkan untuk membawa perempuan itu ke dalam ruang operasi malam itu juga.

“Siapkan ruang operasi secepatnya. Kita sudah tidak ada waktu lagi!” perintahnya memberikan instruksi.

Dan di sini lah Hagantara termangu. Dalam kebisuan itu, ia menatap pintu ruang operasi yang tertutup rapat, yang dibaliknya ada nyawa seseorang yang sedang dipertaruhkan di sana.

Air matanya telah mengalir, deras. Dadanya seperti dipenuhi ribuan benda yang menyesakkan. Apalagi ketika ingatannya memutar pada kalimat seseorang sesaat sebelum mobil milik Azalea muncul.

HIRAETH : Rain In Paradise (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang