CHAPTER 7 : Sosok Di Dalam Lukisan

66.5K 3.7K 116
                                    

Dua pasang mata yang tak melepaskan pandangannya sejak pertama kali Azalea memasuki ruang rapat itu, kini memilih untuk saling mengakhirinya tepat ketika para jajaran direksi menyapa dan memberikan salam hormat kepada Adrian Atmaja untuk pertama k...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dua pasang mata yang tak melepaskan pandangannya sejak pertama kali Azalea memasuki ruang rapat itu, kini memilih untuk saling mengakhirinya tepat ketika para jajaran direksi menyapa dan memberikan salam hormat kepada Adrian Atmaja untuk pertama kalinya.

"Selamat pagi, Pak Adrian." Hagantara menyapanya sembari berdiri menatap dua orang itu, ia menyunggingkan seutas senyum tipis.

"Semoga kita bisa saling bekerja sama," tambahnya lalu menunduk hormat.

Adrian terdiam, matanya yang tajam menatap lelaki itu dengan pandangan yang sulit untuk diartikan. "Selamat pagi, saya juga berharap demikian," balasnya lalu bergerak maju menuju sebuah kursi yang berada di baris paling depan.

Tentang kehadiran Hagantara Kalandra pagi ini dalam sebuah rapat umum membuat Azalea mulai mengerti tentang semuanya. Raut wajah emosional dari papanya yang tak ia pahami sejak tadi kini telah terjawab ketika sesosok itu adalah seseorang yang tak pernah ia duga sebelumnya.

"Empat belas dari tiga puluh satu orang setuju untuk menjual lima puluh persen saham kita kepada pihak ketiga, Aisan Group," ujar seorang anggota dewan direksi untuk pertama kalinya dalam pembukaan rapat umum pagi ini.

Lalu seseorang lainnya berujar menambahkan. "Hampir separuh orang telah menyetujui untuk menjualnya kepada Bapak Hagantara dari Aisan Group, dan kita hanya butuh dua orang lagi untuk menyetujui pengalihan saham kali ini. Dan kepada Bapak Adrian, saya berharap anda menyetujuinya bersamaan dengan suara dari Nona Azalea."

Adrian Hafnan Atmaja, lelaki itu masih berdiam dengan kebisuannya. Melepaskan separuh TC yang telah ia bangun dengan seluruh jiwa selama hidupnya, rasanya terlalu menyakitkan begitu ia mengetahui siapa orang yang ada dibalik semua ini.

Sedangkan Azalea, perempuan itu kembali menatap lekat ke arah Hagantara. Ada sesuatu yang tak ia mengerti. Tentang senyum miring yang terangkat tipis tepat ketika dua pasang mata itu saling bersitatap sepersekian detik.

"Kenapa kita harus menyerahkannya kepada Aisan?" cetus Azalea kemudian. Ucapan dari perempuan itu mampu mengalihkan tatapan para dewan direksi yang tengah menunggu sebuah jawaban dari papanya.

"Kita bisa mencari investor lain untuk proyek kita dan dengan keuntungan itu kita bisa membayarnya tanpa harus menjual sebagian saham kepada pihak asing, kan?" lanjutannya kemudian.

"Kamu pikir siapa yang mau mempertaruhkan uangnya ke dalam perusahaan yang hampir pailit kecuali Aisan?" Seorang anggota dewan direksi yang berada di barisan Hagantara menjawab tegas sembari menatap ke arah Azalea.

"Dan hanya Aisan yang berani mempertaruhkan uangnya di sini."

"Lalu kita membalasnya dengan menjual sebagian saham kita kepada mereka sebagai balas budi?" balas Azalea lagi dengan suara lantang.

"Nona Azalea, kita tidak menjualnya kepada pihak lain, kan? Pemilik Aisan Internasional Corp, Bapak Hagantara Kalandra, beliau juga merupakan salah satu anggota keluarga inti dari pemilik TC Group. Bukan begitu, Pak Adrian?"

HIRAETH : Rain In Paradise (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang