CHAPTER 9 : Perasaan Aneh

62K 3.7K 200
                                    

Sinar matahari menerobos malu-malu melalui sela dedaunan dari pohon tabebuya yang menjulang tinggi di atas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sinar matahari menerobos malu-malu melalui sela dedaunan dari pohon tabebuya yang menjulang tinggi di atas. Cahayanya menghangatkan, tidak terlalu menyengat. Lalu angin yang berdesir pagi ini juga terasa begitu tenang, meskipun sesekali ia tampak menggerakkan ranting-ranting yang tergantung itu sehingga mereka saling bertumbuk dengan dedaunan hijau yang berada pada tangkai-tangkainya.

Sedangkan di bawah sana terlihat ada seorang perempuan yang sejak tadi berdiam seorang diri di sini, menyenderkan tubuh mungilnya pada sebuah batang pohon dan beralaskan rerumputan jepang yang berwarna hijau tua di bawahnya.

Azalea, perempuan itu terlihat sibuk dengan sebuah laptop berwarna silver yang ada di atas pangkuannya. Jemari-jemarinya yang lentik tampak lihai ketika ia mengetikkan sesuatu di sana. Menuliskan kata demi kata hanya untuk sekedar menyalurkan hobi yang ia geluti sejak beberapa tahun terakhir.

Hari ini hari Minggu. Tidak ada kegiatan yang bisa ia lakukan selain hanya bersantai sembari menikmati udara pagi di bawah pohon yang menjadi favoritnya. Pohon yang memiliki spesies asli dari tanaman Hutan Amazon itu telah membuatnya jatuh cinta ketika ia melihatnya sejak pertama kali.

Pohon tabebuya memiliki bunga yang cantik dan rimbun. Warna putih, kuning, magenta, dan merah muda yang bermekaran terlihat saling bergerombol hingga mencipta satu ketenangan bagi siapa pun yang memandangnya, atau bahkan ketika kalian memilih untuk meneduh di bawahnya. Dan Azalea, perempuan itu begitu menyukainya.

"Ini undangan buat kamu." Suara berat dari seseorang yang muncul secara tiba-tiba membuat Azalea terkesiap kaget. Ia mendongakkan kepalanya, sepasang matanya yang sipit kini tampak menangkap sesosok laki-laki yang sangat amat dikenalnya, Hagantara.

"Acaranya besok lusa. Dan maaf baru sempat ngasih undangannya ke kamu," lanjut Hagantara.

Lalu tangan Azalea terayun pelan, hendak mengambil benda itu.

Netranya yang kecil terlihat tengah memindai nama-nama yang tertera di sana. Sebuah undangan pernikahan dari putri investor TC yang juga merupakan salah seorang politikus ternama dari negeri ini. Dan sudah pasti acara pernikahan itu akan disiarkan secara langsung oleh stasiun televisi dan media nasional.

"Publik belum mengetahui hubungan kita yang sebenarnya, dan aku enggak ada niatan untuk mengungkapkannya dalam waktu dekat," ujar lelaki itu dengan suara datar.

"Aku paham maksud kamu, kok, Ga. Kamu tenang saja aku bakalan datang sendiri sama sopir," balasnya dengan sebuah senyum bulan sabit yang terbit di bibir mungilnya.

"Baguslah kalau kamu paham."

Hagantara hendak pergi, lelaki itu telah membalikkan badannya sebelum kembali berhenti dan menengok ke arah di mana Azalea sedang berada.

"Kenapa kamu masih baik-baik saja?"
Azalea tak mengerti. Sebelah alisnya terangkat seolah bertanya.

"Kenapa kamu masih baik-baik saja setelah kejadian kemarin?" Hagantara memperjelas kalimatnya, sedangkan netranya menatap lekat ke arah perempuan cantik itu. Ia sedang menunggu jawaban itu.

HIRAETH : Rain In Paradise (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang