CHAPTER 25 : Azalea Telah Kembali?

68.4K 2.5K 102
                                    

Sinar bagaskara menyebar luas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sinar bagaskara menyebar luas. Menerobos malu-malu dibalik dedaunan tabebuya. Lalu, dibawanya ada Azalea yang sedang terduduk sembari membaca satu buku yang dibelinya dari toko buku satu minggu yang lalu.

Segaris senyum tipis miliknya kemudian terbit. Membentuk garis lengkung yang terlihat begitu menawan. Wajahnya yang putih bersih kini semakin bersinar ketika sorot kekuningan menerpa riang di atasnya. Yang kemudian mampu mencipta satu kilauan indah yang tertangkap dalam sebuah bidikan dari lensa kamera.

Cekrek...cekrek.

Hagantara ikut tersenyum ketika netranya mengintip dari jendela bidik.

Cekrek...cekrek.

Sekali lagi jemari-jemarinya menekan shutter untuk mengambil gambar melalui benda digital itu.

Ia kemudian menurunkan kameranya menjadi lebih rendah. Netranya kini mulai memindai hasil bidikan itu melalui layar gulir yang ada di sana.

Satu... Dua... Tiga... Empat... Lima... Enam... Tujuh. Ada tujuh gambar yang tertangkap melalui lensa miliknya. Dan senyuman Hagantara masih saja tersemat di antara lekukan bibir lelaki itu.

Namun, senyuman itu pada akhirnya tidak dapat bertahan lebih lama lagi. Karena semakin lama, garis-garis lengkung itu mulai tampak memudar... Lalu menghilang dibalik gurat sendu yang tiba-tiba tergambar menggantikannya.

Hembusan napas berat kini terdengar. Menyebar pada ruang-ruang terbuka di sekitar Hagantara. Lelaki itu menundukkan wajahnya kemudian, menyembunyikan sesuatu yang tiba-tiba terasa sesak dalam ingatan.

Kali ini, ia telah bersiap. Menghitung mundur pada waktu-waktu yang tersisa untuk keduanya. Yang bahkan ia sendiri juga tak mengetahuinya secara pasti kapan hari itu terjadi.

Mungkin satu tahun lagi, enam bulan lagi, tiga bulan lagi, satu bulan lagi, atau bahkan satu hari lagi. Karena sebenarnya perpisahan itu akan tetap terjadi ketika semuanya telah sampai pada titik yang seharusnya.

Malam tadi...

Di bawah remang-remang cahaya lampu yang temaram, ia bergerak lembut untuk mendekat ke arah Azalea. Meletakkan kedua sikunya tepat di samping tubuh perempuan itu. Ia menunduk. Lalu, bergerak untuk mencium kening Azalea. Mencium kedua matanya, kemudian hidung mungilnya. Lelaki itu lalu mencecap kembali bibir mungil milik Azalea saat tubuh mereka sudah kembali merapat.

Jemari-jemarinya yang besar meraba-raba kemudian. Menyentuh bekas-bekas luka sayatan yang garisnya tampak mulai memudar.

Ia menekannya pelan. Sedangkan wajahnya yang kala itu tengah menatap sepasang netra Azalea, perlahan-lahan mulai bergerak menjadi lebih rendah. Membawanya turun menuju bahu sebelah kiri Azalea yang telah terekspos tanpa penghalang dari selembar kain.

Pada sebuah bekas luka yang memanjang itu, ia menciumnya di sana. Lembut. Dan lama. Matanya terpejam erat. Seolah-olah ia tengah berusaha untuk menghapus luka-luka itu dari tubuh milik istrinya.

HIRAETH : Rain In Paradise (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang