Dua perempuan cantik yang sekarang ini tengah terduduk di pinggiran danau itu memilih untuk saling terdiam dalam keheningan. Membiarkan kebisuan menyandera mereka di kala hari berada di ambang pergantian.
Di bawah sinar senja yang mulai meredup itu lah mereka merenung dalam pikirannya masing-masing. Merenungkan satu kalimat yang baru saja terucap dari salah seorang di antara mereka.
"Kamu tahu apa alasan Hagantara menikahi kamu?"
Kalimat pembuka yang terlontar mampu mengalihkan pandangan Azalea yang sedari tadi berusaha untuk mengabaikan kehadiran seseorang itu sejak beberapa menit yang lalu.
Kinara. Ia memperkenalkan dirinya dengan nama Kinara. Perempuan yang datang tepat ketika sesosok laki-laki yang menemaninya tadi pergi beberapa saat sebelum kehadiran Kinara.
"Saya sedang tidak berkenan untuk berbicara dengan anda. Lagi pula kita tidak pernah saling mengenal, Nona Kinara."
Tawa kecil menguar dari bibir Kinara. "Lea, apa kamu tidak penasaran kenapa kamu bisa melupakan masa lalu kamu?"
"Apa kamu tidak ingin menggali lagi tentang ingatan apa yang sebenarnya kamu lupakan?"
Azalea membisu.
Pertanyaan itu entah mengapa menimbulkan rasa aneh yang tiba-tiba bergejolak di dalam dada. Gelombang-gelombang nyeri itu terasa mendobrak dalam ruang sempit yang selama ini telah ia jaga dengan rapat.
Mungkin saja... ada luka yang tersimpan rapat dibaliknya. Dan juga ada goresan yang berhamburan dalam ingatan itu. Tentang rasa takut dan kekecewaan.
Atau sebenarnya...ia memang sedang melindungi hatinya dari semua ketakutan itu dengan melupakan hal-hal yang menurutnya sangat menyakitkan. Karena dengan begitu, setidaknya perasaan miliknya akan terselamatkan jika ia memilih untuk tak ingin mengetahuinya lebih jauh lagi.
"Aku tidak sedang melupakan apa-apa. Kamu jangan sok tahu!"
Sekali lagi Kinara tertawa. Kali ini tawanya lebih nyaring, hingga perlahan-lahan tawa itu lenyap berganti raut wajahnya yang berbalik suram.
"Lea, kamu harus bisa mengingat semuanya. Karena kamu harus bertanggungjawab atas kematian seseorang empat tahun yang lalu."
°°°
Kelam malam mengepung. Gulita semesta kini tersemat, menyambut dini hari yang hendak datang. Dan jam dinding telah bergerak menuju angka setengah dua belas.
Sedangkan Azalea, perempuan itu kini tengah termenung dalam kesendirian. Netranya memandang nanar, menatap bumantara di atas yang tampak bersinar. Lintang-lintang di ufuk selatan yang berhamburan kian berpendar menjadi lebih terang. Menghampar luas mengarungi lautan malam di atas sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIRAETH : Rain In Paradise (END)
Fiksi UmumIni tentang Azalea yang harus menjalani pernikahan semu bersama Hagantara. Seorang gadis yang masih memendam trauma masa lalu dan harus terjebak dalam hubungan mengerikan bersama Hagantara. Atau ini tentang Hagantara Kalandra yang telah kembali. Hag...