CHAPTER 18 : Ingatan Yang Menghilang?

79.4K 3.9K 200
                                    

Angin malam berembus tenang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Angin malam berembus tenang. Menerbangkan beberapa helai rambut kecokelatan milik seseorang.

Kinara, perempuan itu menatap hamparan gelap melalui teras halaman belakang. Ditemani dengan secangkir kopi yang masih mengepulkan asap panas, ia sesekali tampak gelisah ketika menatap layar putih miliknya.

Pada satu nama yang tertulis dalam riwayat panggilan, ia memandangnya dalam waktu yang lama. Kemudian, jemarinya yang lentik itu tampak bergerilya ragu di atasnya. Keraguan itu membelenggu.

Sudah hampir tiga hari dan lelaki itu tidak menghubungi dirinya. Tidak juga menanyakan bagaimana kabarnya.

Kemarin di pemakaman, ia hanya mampu menatapnya dari kejauhan. Menyaksikan bagaimana penampilan lelaki itu yang terlihat kacau. Apalagi sebuah kabar yang menimpa Azalea, membuat ia memberikan jeda untuk tidak menghubungi Hagantara terlebih dahulu.

Namun, keadaan itu hanya berlangsung hingga malam ini saja. Perasaan rindunya itu kian mendobrak. Menggerogoti akal logika ketika ia tak mampu mengendalikan semuanya.

"Azalea, lo memang pantas dapatin ini semua!" Amarahnya pada kesunyian malam ini.

Kinara memejamkan matanya sejenak. Berusaha menghilangkan debar kesakitan yang tertahan.

Ingatan itu kemudian bergejolak. Pada sebuah kertas kusam yang ditemukannya di bawah ranjang tidur milik Bulik Astri siang tadi.

Rasa penasaran itu kemudian mendorong dirinya untuk mengambil amplop itu. Ia membacanya, pada tulisan hitam yang tertempel di atasnya.

Dinara Ayudia, 2018

Sepasang mata itu menatap lekat pada sederet nama yang tertulis di salah satu sisi amplop berwarna cokelat itu. Degup jantung miliknya kemudian memburu cepat, tangannya tiba-tiba bergetar.

"Rahasia tentang Dinara?" bisiknya bertanya kepada dirinya sendiri.

Meneguhkan kembali hatinya, Kinara mengambil tali benang berwarna merah yang mengaitkan pada penutup amplop itu.

Tangannya berputar, mengikuti alur tali itu. Hingga pada putaran terakhir, ia segera membalikkan amplop cokelat itu hingga semua isinya tercecer keluar dan menimpa lantai putih.

Selembar foto usang dan beberapa kertas-kertas berwarna putih menjadi pemandangan pertama ketika ia melihat isi amplop cokelat itu. Alis Kinara bertaut, ia segera mengambil selembar foto itu dan memandangnya agak lama.

Foto dua anak remaja SMA terlihat jelas di sana. Atribut putih abu-abu terpasang pada keduanya. Dinara dan Azalea, mereka tersenyum lebar menatap lensa kamera.

"Lea?" bisiknya berusaha untuk memahami semuanya.

Kemudian, jemari-jemari Kinara menarik tumpukan kertas itu sedikit kasar. Ia membacanya di sana. Pada sebuah judul catatan yang diberikan oleh pihak kepolisian itu tertulis demikian, "Bukti-bukti keterlibatan Azalea Raina Atmaja atas kekerasan yang menimpa saudari Dinara Ayudia."

HIRAETH : Rain In Paradise (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang