Akad Kedua Dengan Orang Yang Sama

23 3 0
                                    

Typo bertebaran

Karya_Lidwinsetya_

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Karya_Lidwinsetya_


Sebulan berlalu dari hari pertemuan waktu itu. Kini, lembar pertama dalam buku karya pertamanya telah ada di atas meja yang suaminya beli sebagai apresiasi keberhasilan atas pencapaian novelnya di angka sepuluh ribu eksemplar. Luar biasa. Karya yang Nara tidak sangka, karya yang Nara rasa hanya tulisan pemula. Karya yang Nara rasa sebagai penyembuh luka, justru kini dikenal banyak orang.

"Besok lagi tanda tangannya, sekarang istirahat, ya. Sudah jam sebelas. Kasian Ryu kalau adek masih tetap melek begini. Kasih kesempatan tubuh kamu istirahat. Jangan di paksa kalau emang sudah capek"

"Iya, Mas. Sebentar lagi, ya. Tanggung ini, kalau sudah satu bendel baru adek udahan."

Yoga menghela nafas. Sejak novel sang istri launching pertama kali di sosial media. Ia pun ikut kena dampak dari tenarnya sang istri, ucapan selamat dari beberapa rekan di kantornya, hingga keluarga komandan Arfa yang paling heboh ketika Nara mendapat atensi luar biasa dari publik.

"Iya, Mas tungguin adek sampai adek selesai. Gak enak rasanya kalau gak lihat adek tidur lebih dulu. Biasanya Mas selalu lihat adek tidur baru mas bisa tidur." Ungkapan tulus yang Yoga lontarkan bukanlah rayuan, memang benar adanya, Yoga baru bisa tidur ketika Nara sudah tertidur berada dalam satu kamar dengannya, walaupun sampao saat ini. Mereka tidur terpisah.

"Maaf, adek jadi buat mas nunggu kayak gini"  sambil merapikan lembaran kertas yang sudah ia tandatangan.

Yoga mengusak kepala  Nara yang berbalut khimar. " Udah, ga  apa apa. Mas malah senang, adek jadi ada kegiatan baru. Kalau adek memang ingin terus menulis, mas ridho kok. Asal tulisan itu membawa kebaikan untuk orang banyak. Jangan hanya menulis demi banyaknya pembaca, tapi tidak ada kebaikan yang bisa di ambil dari tulisan adek."

"Mas, beneran kasih izin adek buat nulis?"

"Kalau itu membuat adek senang, kenapa gak. Mas malah bangga kalau istri mas bisa berkarya. Walaupun mas tidak akan mengizinkan adek, jika penulisan adek melenceng. Misal, ada adegan dewasa di dalam tulisan adek. Mas harap gak seperti itu, ya. Akan ada dampak buruk bagi generasi kita nanti, jika adek menulis karya yang tidak mengedukasi dan tidak mendidik. Pembaca bukan hanya orang dewasa dek, remaja pun banyak yang suka novel adek."

"Kok, mas tau? Kalau banyak remaja yang suka dengan novel adek"

Yoga menghela nafas. "Gimana gak tau dek, akun medsos mas banyak sekali komentar yang mengaitkan mas dengan adek. Padahal akun itu, ditujukan untuk edukasi, mengenalkan  kantor mas, karena satuan tempat Mas dinas gak banyak orang lain tau" ucap Yoga sambil menyodorkan ponselnya.

Nara melihat komentar dengan seksama, ia tersenyum geli ketika isi komentar itu di tandai dengan godaan-godaan. "Sepertinya ada banyak fans baru, mas. Adek kalah saing dong" goda Nara sambil mengembalikan ponsel milik suaminya.

Sorry,  I Didn't Choose You (on Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang