Penyelesaian Masa Lalu

18 1 0
                                    

Typo bertebaran

_Karya_Lidwinsetya _

Disaat kebahagiaan itu telah datang, saling menerima dan saling memaafkan, lalu, tiba tiba masalalu mengusik ketenangan dan kebahagiaan nya. Siapa yang tidak marah, siapa yang tidak emosi ketika pesan itu justru dibaca oleh lelaki yang telah sah menjadi suaminya.

"Mas....." Nara memanggil suaninya dengan nada lirih.

"Beneran Adek gak tau, Adek gak kasih nomor adek sama orang itu, Adek berani bersumpah atas diri Adek, gak pernah sekalipun Adek menghubungi dia"sambungnya dengan nada hampir putus asa.

Sedari tadi Nara mendapati suaminya dengan wajah masam dan penuh emosi. Pertama kali dalam hidupnya melihat lelaki yang begitu tulus mencintainya penuh dengan amarah. Wajahnya merah padam, tatapan matanya mengintimidasi. Seolah Nara ingin di kuliti.

"Mas....boleh marah sama Adek. Mas boleh hukum Adek, apapun. Adek akan terima. Jika Mas tidak percaya gak masalah, walaupun kenyataannya Adek sama sekali gak pernah menghubungi dia" lagi, nada penuh harap Nara layangkan untuk sekedar dibelas kasih.

Yoga masih belum menggunakan pakaian. Ia masih bertelanjang dada, pun dengan Nara yang masih berbalut dalam satu selimut.

"Mas meragukan Adek?"

"Stop it, Dek" kalimat pendek itu membungkam kedua sudut bibir istrinya.

Yoga menyadari satu hal. Ketika melihat tubuh Nara yang bergetar.  Mohon ampun pada semesta yang membuat emosinya kembali memuncak. Ketika ponsel itu terus saja berbunyi.

Yoga masih membiarkan tubuh telanjangnya dan membiarkan dinginnya ruangan menusuk seluruh tubuhnya. Ia sama sekali tidak beranjak. Masih di tempat yang sama, duduk dipinggir tempat tidur setelah habis melakukan ibadah yang baeu saja ia rasakan. Kebahagiaan yang baru saja ia rengkuh harus ternoda oleh suara ponsel yang berisi deretan pesan dari lelaki bajingan.

Yoga terus mengucap kalimat penenang. Lalu menoleh ke belakang mendapati Nara yang masih merengkuh selimut. Ia pandangi Nara dan meneliti bagian tubuh yang baru saja selesai ia jamah. Mohon ampun pada Tuhan, setelah merasakan kepuasan mengapa justru ia melukai hati istrinya.

Yoga beranjak mendekati, lalu merengkuh tubuh ringkih istrinya. Mengusap punggung yang masih tak mengenakan pakaian.

"Maaf, Mas gak bermaksud membentak Adek. Mas sesak, Mas marah, Mas tidak bisa diam saja ketika dia mengatakan hal buruk tentang kamu. Mas merasa gagal menjadi suami yang bisa melindungi istrinya. Mas mohon ampun atas hari ini, Dek. Mas mohon maaf tadi telah membentak Adek"

Dekapannya makin kuat, seoalh mengatakan tidak apa apa. Semua akan baik baik saja. Namun kalimat itu hanya tertahan di kerongkongan.

"Sudah, ya, jangan nangis. Ponselnya Mas matikan saja ya, hari ini hari kita. Mas gak mau ada yang mengganggu waktu kita"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: a day ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sorry,  I Didn't Choose You (on Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang