Enjoy reading ⑅
Matahari kini sudah berada tepat diatas kepala, sinarnya begitu terik hingga membuat siapa pun tak sanggup melihat ke langit.
Azalia duduk termenung di kursi dibawah pohon mangga depan ruang osis. Ia biasanya bersama Syera disini untuk menunggu Kis dan Jingga yang tengah mengikuti rapat osis di dalam sana.
Namun kali ini, ia sendiri karena Syera melakukan ulangan susulan di ruang bk.
Beberapa kali ia mengamati ponselnya untuk melihat berbagai media sosial." Nunggu siapa Za?" Sapa Rean yang baru saja lewat untuk memanggil Daryan.
" Nunggu Jingga sama Kia kak?" Jawabnya.
" Belum selesai ya?"
" Belum, kenapa kak?"
" Gue mau manggil Daryan, suruh ke ruang wakasek."
" Oh, nanti gua sampein juga gapapa kak."
"Oke lah, makasih," ujar Rean kemudian beranjak dari tempat tersebut.
" Eh kak," panggil Azalia sebelum Rean semakin menjauh.
Pemilik namanya hanya menoleh dan mengangkat sebelah alisnya sebagai tanda bertanya. Azalia pun berjalan mendekatinya.
" Yang katanya mau ada tarikan bansos buat banjir itu gimana? Udah di bicarain sama anak osis?"
" Oh yang itu, gua juga lupa. Gampang deh nanti gue ngomong ke Daryan."
Di tengah tengah perbincangan mereka, segerombolan murid yang menyandang jabatan sebagai pengurus osis baru daja keluar dari ruang osis.
" Dar," panggil Rean pada cowok yang berada tak jauh darinya.
"Apaan?" Jawab nya sembari mendekat kepada dua insan tersebut.
" Besok tolong suruh anak osis narik bansos buat ban-"
" Banjir kan, udah tau gua baru aja di omongin tadi," potong Daryan sambil cengengesan.
" Terus, ni bocah pasti nunggu 2 tuyul tuh kan?" Sahut Eldio yang baru saja tiba.
Kemudian disusul dengan Jingga dan Kia yang juga kesana untuk mendatangi Azalia. " Enak aja tuyul," ketus Jingga.
Mereka memang sudah cukup dekat, ya mungkin, karena Azalia yang terbilang cukup sering menunggu di depan ruang osis untuk menunggu Jingga dan kia.
Serta Rean yang sering kali memberi kepercayaan padanya, untuk menyampaikan beberapa hal yang bersangkutan dengan pmr. Entah itu kepada kepala sekolah, guru guru, atau pun pengurus osis.
Tak lupa juga dengan Adellyna yang dekat dengan Azalia serta kawan kawannya, karena sempat terpegok tengah menggalaui Daryan di belakang sekolah. Haha, sungguh malang nasib gadis itu.
Azalia hanya memutar bola matanya ketika mendengar manusia manusia tersebut berdebat dihadapanya. Lalu ia melihat gadis dengan rambut ter urai baru saja keluar dari ruang osis
"Kak Dellyn."" Azaa," sahutnya gemas, sambil memeluk gadis yang memanggilnya tadi seolah olah lama tak bertemu. Padahal baru tadi pagi mereka berangkat bersama.
" Kak, nanti nebeng ya pulangnya."
" Loh, bukannya lo sama Rio ya?"
" Iya, emang tadi disuruh ayah pulang sama Rio. Tapi, ga deh nan-"
" Habis berantem dia kak," sahut Jingga memotong ucapannya.
" Yaelah udah gede masih berantem aja dah," cibir Adellyna.
" Daripada udah gede tapi prenjon," balas Azalia meledek.
KAMU SEDANG MEMBACA
EUDAIMONIA
Novela JuvenilSebuah Kisah pertemuan antara seorang gadis bernama Azalia Ghianara, dengan seseorang yang rupanya selama ini ia cari. Kisah kehidupan yang selama ini ia jalani, hanya dengan ayah nya. Juga dengan menyimpan rasa rindu terhadap bunda dan kakak nya. ...