12. Troublemaker

3.7K 129 0
                                    

12. Troublemaker
.
.
.

Rumah besar yang selalu di sebut Mansion tampak sedang sibuk membereskan rangkaian bunga dan kursi-kursi di taman yang juga besar. Rumah ini jauh lebih besar dari rumah keluarga Dakota, jauh lebih besar juga dari rumah minimalis yang di huni Dakota dan Calvin.

Bunga lily, carnation, dan gardenia di susun rapi di atas meja makan yang penjang, walau ini hanya sebatas pertunangan tapi Elizabeth mama Calvin begitu semangat menyambut pertunangan ini. Elizabeth terlihat sedang sibuk mengatur tangkai-tangkai bunga yang akan ia taruh di vas mewah, sesekali Elizabeth juga mengomentari para pekerja yang menurutnya menaruh bunga kurang pas.

Seperti sekarang Elizabeth yang sedang berkomentar. "Bunga pink bersama putih jangan di beri warna merah aku tak suka melihatnya." Elizabeth berkomentar melihat pekerja yang sedang merangkai bunga pada dekorasi untuk foto-foto.

"Mama."

Panggilan itu membuat Elizabeth menoleh dan melihat kedatangan Calvin putra tercintanya. "Calvin, ouh my son." Elizabeth meninggalkan tangkai-tangkai bunga dan berjalan mendekat pada Calvin. "Lihat semua hampir selesai, kalia terkesan?" Elizabeth tersenyum wanita itu juga menyentuh lembut tangan Dakota.

Senyum tipis Dakota tepancar melihat pandangan indah di depannya, ini jauh dari apa yang Dakota bayangkan ini sangat indah dan mempesona. Tak pernah Dakota bayangkan jika Elizabeth mampu mendekor taman ini dengan di bantu pekerja.

"Bagaimana dengan mamamu Dakota, kapan ia akan datang?" Pertanyaan Elizabeth mebuat Dakota sadar bahwa sang mama tak ada di sini untuk membantu Elizabeth.

"Besok, mamaku akan datang." Senyum kecut tampil di wajah Dakota, ia berbohong dan ia malu.

"Baguslah mamamu harus membantu aku menyusun bunga." Elizabeth masih saja terlihat bahagia berbanding dengan Dakota yang benar-benar merasa malu.

Dakota tahu Ryanti sibuk dengan urusan membosankan Matthew yang selalu berseliweran antar negara atau kota hanya untuk pundi-pundi uang.

Dakota masih sibuk dengan pikirannya tapi saat mendengar ucapan Elizabeth sungguh mampu Dakota tersadar bahkan Dakota sampai ingin melempar tasnya.

"Ayo kita masuk, di dalam Alina sudah menunggu."

...

Bercengkrama dengan Alina sudah selesai, sepertinya bukan Dakota yang bercengkrama tapi Calvin. Pria itu seakan berbeda saat bersama Alina si wanita asia, Calvin seperti lebih berekspresi, Calvin bisa tertawa bahagia, bercanda, Calvin bagai menemukan rumah saat bersama Alina.

Itu menyakitkan..... dan Dakota tak suka.

Saat bersama Dakota, Calvin adalah Calvin yang tak berekspresi dan tidak pernah mengerti perasaan Dakota seperti saat ini di mana Calvin dan Dakota duduk bersampingan di atas kasur menatap layar TV yang menampilkan film Pride & Prejudice.

Dakota menghela pelan nafasnya, "Cal? Kau suka berdekatan dengan Alina?"

Calvin tak langsung menjawabnya pria itu masih diam menatap TV seakan sedang fokus menonton film yang di perankan keira knightley. Calvin menghela nafasnya dan melirik Dakota sekilas, "Aku suka berdekatan dengan siapa saja." Dengar saja nada suara Clavin biasa saja tidak seperti saat bersama Alina si wanita asia.

Dakota tersenyum, selalu saja ia hanya bisa menampilkan ekspresi bahagia dan baik-baik saja. "Kalau kita sudah menikah, sudah menjalin ikatan apa aku boleh melarangmu berdekatan dengan siapa saja."

Menikah.... berat bagi Calvin menerima ini, tapi walau berat Calvin tak bisa menolak. "...Yeah," butuh perundingan besar di otak Calvin untuk mengatakan Yeah.

"Bagaimana jika aku melarangmu mendekat pada.... Alina?" Dakota sebenarnya tak ingin mengundang masalah tapi ia harus bertanya.

"Aku yakin kau sudah dewasa, aku juga yakin di balik sikap kekanak-kanakanmu kau tetap wanita dewasa yang bisa berpikir logis, jadi aku juga yakin kau pasti tahu sendiri jawaban dari pertanyaanmu itu."

"Kau tak akan menjauh dari Alina benar, karena Alina sepupu terbaikmu." Dakota menekankan kata terbaik, hatinya bergetar dan semakin membenci Alina.

"Dakota." Calvin memutar tubuhnya menatap Dakota dalam-dalam, "Mengapa aku ragu untuk meneruskan ini." Ucapan Calvin bagai belati yang di lempar pada jantung Dakota dan menusuk dengan dalam, sakit tapi tak berdarah. Kenapa Calvin tidak yakin di saat sudah sejauh ini bukankah memang Clavin tak pernah yakin sejak awal hanya saja Dakota selalu melangkah membuat Clavin terpaksa mengikutinya. "Dakota, apa aku menyakitimu?" Tanya Calvin dengan menyentuh tangan Dakota dengan lembut.

"Kau tak pernah menyakiti aku Calvin." Dakota tak mau menatap Calvin, terlalu menyakitkan kalau sampai harus menatap mata indah yang tak mencintainya. "Aku hanya terlalu terbawa perasaan."

"Walau aku tak yakin tapi aku tak bisa mundur, aku hanya bisa terus melangkah mengikuti ke mana kau akan membawaku."

Dakota hanya bisa menarik panjang nafasnya, kenapa Calvin melimpahkan semua beban padanya apa pria tidak berpikir bahwa Dakota terkadang tidak mampu menopang beban yang berat ini.

Mereka semua tidak akan pernah tahu beban apa yang Dakota pegang, mereka tidak akan pernah bisa merasakan bagaimana rasaya menjalankan hidup dengan pria yang tak mencintaimu, mereka tidak akan paham bagaimana rasanya menjadi Dakota wanita yang malang.

---------------

# To be Continued...

Playing With FireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang