6. Actually

4.9K 180 0
                                    

6. Actually
.
.
.

Apa yang Dakota rencanakan untuk membuat Calvin mencintainya sudah ia praktekan selama tiga hari belakangan ini, sampai sini masih belum ada kemajuan dari Calvin. Semua masih sama.

"Kau ada acara besok?"

Dakota yang duduk santai di kursi bar kitchen island melirik melihat Calvin yang datang, "Tidak ada, kenapa?"

"Roby mengadakan acara pesta di mansionya."

Mendengar kembali nama Roby, Dakota menahan nafasnya. Roby Sergio teman ranjang satu malamnya, suasana panas itu sesekali teringat jika nama Roby di lontarkan.

"Bagaimana? Dakota kau bisa datang?" Pertanyaan Calvin membuat Dakota tersadar.

"Yeah aku selalu bisa." Dakota berusaha bersikap biasa saja. "Memangnya ada acara apa?"

Calvin melirik Dakota sekilas sebelum ia membuka kulkas dan mengambil satu kaleng minuman kopi. "Roby di nobatkan sebagai pengusaha termuda dan terkaya, usaha Cider dan Wiski milik Roby laku keras."

Dakota mengangguk ia tahu minuman alkohol terkenal dengan nama Sergio itu, beberapa bar kelas atas menyediakan minuman termahal produksi Roby, lagi pula minuman alkohol yang di produksi Roby memang enak dan terkesan membuat orang candu.

"Roby juga akan membuat produk baru, Tequila dan Brandy," ucap Calvin kembali.

"Brandy?" Dakota mengerutkan keningnya, Brandy minuman alkohol yang paling Dakota sukai. Brandy minuman dari anggur suling yang memiliki kadar alkohol sekitar 35-60 persen, minuman yang paling sering Dakota pesan saat di bar.

"Yeah besok malam Roby akan memperkenalkan produk barunya." Calvin berjalan menjauh dari Dakota sebelum benar-benar menghilang Calvin berkata, "Besok malam kita harus datang."

"Yeah kita akan datang." Dalam hatinya Dakota menangis, bagaimana kondisi besok malam, Roby apa pria itu melupakan kejadian penuh hasrat itu. Semoga Roby melupakannya.

...

Mengelili mall bersama Ellen adalah hal yang Dakota lakukan siang ini, berhubung hari ini libur mall terasa penuh dan ramai.

Ellen dan Dakota berada di deretan rak berisi dress-dress, mereka terus melihat-lihat dress mencari dress paling bagus di antara yang lain.

"Bagaimana dengan ini?" Ellen menunjukan dress bermodel Maxi berwarna hitam.

Dakota menggeleng kecil, "Aku tidak suka."

"Pestanya besok malam kan?" Tanya Ellen kembali yang di angguki Dakota, "Memang kau tidak punya dress? Setahuku dress berbagai warna ada di lemarimu."

"Ia lemariku, di rumah orang tuaku bukan di rumah Calvin." Jelas Dakota, nada suaranya terdengar kesal.

"Ini dia." Kali ini Ellen menunjukkan Wrap dress kuning bunga-bunga.

Dakota menghela nafasnya menatap sinis dress yang di tunjukkan Ellen. "Jangan yang seperti itu, yang biasa saja itu terlalu mencolok."

Dakota beralin menuju rak lainnya, ia melihat Tea length dress abu-abu dengan motif bunga yang tidak banyak hanya mengisi di bagian bawahnya saja.

"Aku menemukannya."

Ellen mengambil alih dress itu, "Wow bagus. Cocok dengan kau yang suka terbuka."

"Aku bisa ikut tidak?" Tanya Ellen tiba-tiba sambil mengembalikan dress itu pada Dakota.

"Ikut ke mana?" Dakota mengerutkan keningnya, matanya menatap lekat-lekat dress di tangannya mencari bagian mana yang kurang bagus.

"Ikut pesta di rumah Roby."

Dakota menatap Ellen dengan serius, ia ingin menceritakan soal malam bersama Roby tapi takut. "Ellen?" Ellen menaikkan alisnya menunggu Dakota kembali berbicara, "Menurutmu bagaimana jika calon tunangan tidur bersama pria lain."

"Huh? What?" Ellen menunjukkan ekspresi heran.

"Ya menurutmu bagaimana, calon tunangan tidur bersama pria lain yang ternyata teman calon tunangannya."

"Idiot, kau sedang menceritakan dirimu sendiri." Cibir Ellen.

"No!" Dakota buru-buru menggeleng tegas. "Aku cinta mati dengan Calvin mana mungkin aku tidur dengan pria lain."

Ellen menyipitkan matanya, Ellen adalah lulusan psikolog dan sekarang sedang melanjutkan perjalanannya dengan bekerja di kantor pengacara, Ellen juga sedang kuliah jurusan hukum, dan di tambah berteman dengan Dakota lebih dari tiga tahun membuat Ellen tahu Dakota sedang berbohong.

"Serius Ellen aku tidak akan tidur dengan pria lain," ucap Dakota kembali meyakinkan Ellen.

"Ouh ya?" Ellen menunjukkan ekspresi tidak percaya. "Lalu siapa yang kau bicarakan nona Dakota?"

Dakota menutup wajahnya dengan dress yang dia bawa, "Ouh Ellen matilah aku." Dakota membuka wajahnya yang memasang ekspresi frustrasi. "Aku tidur bersama Roby."

"Seriously?"

Dakota mengangguk lalu menarik panjang nafas dan menghembuskannya. "Aku bodoh mau saja di ajak bercinta saat di club."

"Sejak dulu kau memang bodoh, Calvin si brengsek saja kau cintai." Cibir Ellen.

"Ellen jangan beri tahu siapa pun soal ini. Apa lagi Calvin dan papaku." Dakota menyentuh ke dua tangan Ellen memohon pada temannya. "Aku bisa di lempar ke Mississippi tinggal bersama nenekku."

"Bagaimana bisa kau tidur bersama Roby, kau mabuk?" Ellen tentu heran Dakota itu cinta mati dan cinta buta dengan Calvin lalu sekarang bagaimana bisa Dakota menceritakan kalau ia tidur dengan Roby bos Calvin.

Dakota menggeleng pelan, "Aku tidak mabuk, walau aku minum banyak alkohol aku masih sadar. Aku... entah tiba-tiba saja aku ingin melakukan itu bersama Roby karena pria itu menggodaku."

Ellen mengibaskan tangannya, "Mengapa kau harus di kelilingi pria-pria brengsek."

----------------

# To be Continued...

Playing With FireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang