7. He doesn't love you

5K 195 4
                                    

7. He doesn't love you
.
.
.

Mansion Roby | Chicago,
Illinois.
8.10 PM.

Melangkah masuk ke dalam mansion besar milik Roby setelah kejadian malam itu membuat Dakota berdebar. Keringat membasahi leher belakangnya, pelipis, dan telapak tangan.

Calvin berjalan di depan Dakota lebih dulu, jangan harap Calvin menggenggam tangannya dengan mesra.

Mengikuti langkah Calvin Dakota sampai di taman samping mansion yang indah karena banyak lampu, meja makan panjang tersedia di depan sana dengan hidangan yang menggiurkan. Di meja kecil tak begitu jauh dari meja makan terdapat gelas yang di gunakan untuk Red wine di susun ke atas dengan indah Dakota meringis pelan melihatnya takut kalau susunan gelas itu ada yang menyenggolnya lalu semua hancur. Para manusia di taman ini tidak terlalu banyak mungkin sekitar tiga puluh orang.

"Tuan Roby."

Dakota melihat ke depan di mana Calvin berjalan mendekat pada Roby yang sedang berdiri diam dengan gelas Tequila.

"Calvin." Roby memeluk singkat Calvin, "Kau tidak mengajak orang tuamu?"

"Tidak mereka sedang berada di Belada sebelum pulang untuk acara pertunangan."

Roby mengangguk ia sekarang menatap Dakota, wanita cantik itu menampilkan benuk tubuhnya yang menonjol di sana sini. Dress yang ketat tanpa lengan mambuat bahu mulus itu menjadi pemandangan yang tidak pantas jika di tinggalkan, Dakota begitu bersinar.

"Dakota, bagaimana kabarmu?"

Dakota menelan ludahnya, ia berdebar tapi berusaha berekspresi biasa saja. "Baik sangat baik."

"Bagus, ayo nikmati pestanya." Roby berjalan meninggalkan Dakota dan Calvin, tapi Roby mengambil jalan di samping Dakota dan secara tidak sopan Roby menepuk pelan bokong Dakota.

Shit! Dakota menahan pelan nafasnya, ia mengerjap-ngerjapkan matanya dan berusaha terlihat santai walau jantungnya berdebar karena ulah Roby. Pria brengsek yang melecehkannya.

Aku ingin melaporkannya pada polisi dalam kasus pelecehan, tapi aku menikmati yang dia lakukan. Bajingan!

"Dakota aku tinggal kau sebentar kau tak apa?"

Dakota mengerutkan tipis keningnya baru di lecehkan Roby kenapa Calvin meninggalkannya. "Kau mau ke mana?"

Calvin melirik jam di lengannya, "Aku harus menemui rekanku di depan. Aku tak akan lama bye."

"Calvin?" Dakota tidak sempat menahan lengan Calvin yang terlihat buru-buru meninggalkannya. "Sialan!"

Di antara para hamparan manusia Dakota adalah manusia paling menyedihkan karena tak ada rekan di pesta ini, lebih menyedihkan lagi Dakota tidak tahu siapa manusia-manusia di pesta ini tak ada satu orang pun yang Dakota kenal.

Dakota mendengus halus ia berjalan menuju meja makan dan mengambil segelas red wine.

"Bagaimana dengan mencoba brandy buatanku?"

Dakota melirik Roby pria yang menghampirinya membawa satu botol brandy. Dakota mendengus kasar ia menyipitkan matanya menatap tajam Roby, "Kau benar-benar brengsek!" Geram Dakota tapi suarnya sebisa mungkin pelan.

Roby menunjukkan ekspresi heran, "Apa yang aku lakukan, kenapa kau mengataiku brengsek?"

"Kau lebih dari brengsek kau bajingan."

Roby tersenyum ia malah terlihat senang dengan perkataan kasar Dakota, lebih senang lagi Roby bisa berbincang dengan Dakota yang cantik.

"Apa maumu?" Tanya Dakota.

Roby memajukkan wajahnya dan berhenti tepat di sampaing telinga Dakota, Roby berbisik mengatakan sesuatu yang mengingatkan kejaian lalu. "Kembali mengenang malam panas kita."

Bisikan itu begitu sialan sampai Dakota menahan nafasnya. "Kau benar-benar bajingan Roby, lupakan malam itu!"

Roby menggelengkan pelan kepalanya, bagaimana bisa melupakan malam itu. "Kau salah mengataiku bajingan, seharusnya sebutan itu untuk calon suamimu, yang tidak mencintaimu."

Tangan Dakota terkepal, jantungnya berdebar, wajahnya mulai memerah karena emosi. Roby tak hanya bisa memuaskannya tapi juga membuatnya kesal. "Tutup mulutmu!" Dakota menunjuk Roby, "Jangan bicara sembarangan."

"Tidak, aku tidak berbicara sembarangan aku sedang memberimu pesan. Jangan terlalu cinta dengan Calvin nanti kau akan menyesal."

...

Dakota pergi menjauh dari keramaian, ia menenangkan diri dengan diam di perpustakaan. Ucapan Roby sangat menggangu pikiran dan hatinya, bagaimana bisa Roby tahu kalau Calvin tidak mencintainya.


Apa Calvin menceritakannya pada Roby?

Apa semua orang bisa merasakannya kalau Calvin tidak mencintai Dakota.

Dakota menarik nafasnya, "Bajingan kau Roby!"

Ceklek..

"Di sini kau rupanya." Itu suara Roby Dakota tahu itu, dan benar Roby muncul lalu duduk di hadapan Dakota dengan masih membawa satu botol brandy beserta gelasnya. "Bersenang-senanglah di sini lupakan masalah hidupmu." Roby menuangkan brandy pada dua gelas yang dia bawa. "Ini kesukaanmu buka?" Roby melirik Dakota.

"Kau mau apa?" Tanyan Dakota dengan tajam ia masih tak mau berdekatan dengan Roby.

Roby mengambil satu gelasnya, gelas lainnya ia dorong mendekat pada Dakota. "Aku mau menghapus kesedihanmu seperti malam itu."

"Roby!" Geram Dakota.

Roby terkekeh pelan, "Okay maafkan aku, aku akan mendengar isi hatimu ayo utarakan semuannya."

Dakota menarik gelas brandy dan meneguk habis minuman alkohol kesukaanya, Dakota bersandar pada sofa melirik Roby yang terus menatapnya terang-terangan.

"Kepana bisa kau jatuh cinta dengan Calvin?"

Dakota menyipitkan matanya, "Kenapa bisa kau mengganggu? Sudahlah aku ingin tenang." Dakota bangkit dari duduknya ia berniat pergi dari perpustakaan yang semula tenang menjadi kacau tapi Roby menahan lengannya.

Roby menggeleng kecil, ia tak akan membiarkan Dakota pergi. "Mudah marah sekali kau ini." Kekeh pelan Roby.

Dakota menarik nafasnya sampai dadanya naik, "Lepaskan aku Roby."

Roby menggeleng kecil, "Kau harus lihat pertunjukan ini lebih dulu."

Seharusnya Dakota menyentakkan tangannya, seharusnya Dakota tidak mau di tarik oleh Roby menuju jendela tapi kenyataanya Dakota menurut membiarkan dirinya di bawa pada jendela besar yang sepertinya mengarah pada parkiran mobil.

"Lihat, kau melihatnya. Sekarang kau pikir apa aku masih pantas kau sebut bajingan?" Nada ucapan Roby begitu mengejek.

Di bawa sana di tempat parkir mobil, tempat yang Roby tunjuk Calvin sedang memeluk seorang wanita berambut hitam, Calvin juga mengelus kepala wanita itu.

"Alina, kau mengenalnya bukan? Alina Cameron sepupu Calvin." Bisik Roby.

Dakota mengepalkan tangannya, ia butuh pelampiasan.

----------------

# To be Continued...

Playing With FireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang