23. Start From Scratch

2.6K 118 0
                                    

23. Start From Scratch
.
.
.

Menjauh dan membenah diri adalah cara yang Dakota pilih setelah malam panas bersama Calvin, Dakota bukan terbayang-bayang bagaiaman kegiatan panasnya tapi Dakota terbayang-bayang dengan apa yang Calvin ucapkan. Calvin menyayangi Alina, Calvin mementingkan Alina... Calvin mengatakan semuanya dengan mulutnya langsung, Dakota kecewa.

Tapi walau kecewa tetap ada rasa lega karena akhirnya Dakota mendengar langsung isi hati Calvin, Dakota sudah tidak perlu menebak-nebak kembali isi hati Calvin.

Dakota menarik panjang nafasnya menghirup aroma pengharum ruangan di kantor. "Akhirnya....." Dakota merentangkan kedua tangannya ke atas meregangkan otot-otot yang kaku.

"Nona Wesley ada kiriman untukmu ini dia." Salah satu office girl mendatangi Dakota ia membawa box makan.

"Ouh thank you." Dakota menaruh box makan di meja dan mengambil note yang tertempel.

From : Calvin
To : Dakota.
-Dakota maukah kau makan siang bersamaku? Isi box itu hanya buah saja. Kita perlu melanjutkan pembicaraan yang kemarin.... kirim pesan padaku jika kau mau, aku akan menjemputmu.

Maafkan aku soal kemarin....

Apa Dakota perlu berteriak keras mengeluarkan kebahagiannya karena ini pertama kalinya Calvin mengirim makanan dan membuatnya surat. Tapi, di balik semua ini ada niat untuk membahas hubungan yang rumit.

Drett.. drett!

Dakota buru-buru mengambil ponselnya ia pikir Calvin yang akan meneleponya tapi ternyata ini Roby Dakota mendengus kasar ia tidak menerima panggilan Roby tapi pria itu kembali meneleponya. Untuk ke empat kalinya Dakota menolak panggilan Roby.

Mengambil tas dan kotak makan dari Calvin Dakota berjalan menuju lift. Ponselnya bergetar ada pesan masuk dan itu dari Roby yang mengajaknya bertemu, Dakota mengabaikan pesan Roby ia lebih memilih mengirim pesan pada Calvin kalau dirinya menerima ajakan Calvin.

"Dakota?" Saat pintu lift terbuka di dalam ada Ellen wanita itu akan keluar tapi tidak jadi karena Dakota melangkah masuk.

"Hi Ellen." Sapa Dakota setelah ia mengirim pesan pada Calvin.

Ellen mengerutkan keningnya. "Mau makan siang di luar?"

"Yeah bersama Calvin."

Senyum Ellen tercetak lebar. "Apa kalian sudah akan menikah!"

Dakota berbanding dengan Ellen, Dakota menunjukkan ekspresi datar tidak ada senyum dan tidak ada aura kebahagiaan.

"Ada apa?" Ellen mengerutkan keningnya.

Dakota menarik panjang nafasnya ia tidak mungkin menceritakan masalah kacau di dalam lift seperti ini. "Aku akan ke rumahmu nanti malan, aku ceritakan semuanya."

"Ada yang tidak baik-baik saja?"

Dakota mengangguk-anggukan pelan kepalanya. "Semua kacau." Saat mengatakan itu pandangan Dakota menatap kosong ke depan.

"Apa yang terjadi?"

Pintu lift terbuka di lantai lobby Dakota melirik Ellen pandangan matanya masih kosong bahkan Ellen merasa Dakota bagai hantu.

"Nanti malam aku ceritakan." Dakota berkata sebelum keluar meninggalkan Ellen.

Dakota duduk di sofa yang tersedia di lobby ia menunggu kedatangan Calvin. Pikiran Dakota tidak tenang semua berantakan, Dakota tidak bisa menebak akan seperti apa hubungannya apa akan berakhir apa akan terus berjalan.... tapi bagaimana bisa berjalan jika Calvin lebih memilih Alina.

"Kacau." Gumam pelan Dakota seakan hanya bibirnya saja yang bergerak.

Apa semua wanita memiliki masalah tekanan soal cinta seperti ini. Apa ini hukuman dari tuhan, entahlah mungkin cobaan hidup.

Sepuluh menit berlalu Dakota mengedarkan pandangannya mencoba mencari apa Calvin sudah tiba atau belum. Dan yeah belum ada tanda-tanda kehadiran Calvin, lagi Dakota menunggu sampai lima menit kemudia Calvin datang dengan nafas yang terengah-engah.

Dakota mengerutkan keningnya, berdiri dan menuntun Calvin untuk duduk. "Kau kenapa? Ada apa?"

Rasa panik meledak di kepala Dakota.

Calvin menggeleng kecil lalu kedua tangannya di satukan seakan memohon. "Maafkan aku, aku terlambat Alina meminta bantuanku ban mobilnya pecah."

Bagai video yang berjalan mundur rasa khawatir Dakota pelan-pelan lenyap. Ternyata Dakota bukan yang pertama, ada Alina si wanita Asia yang lebih unggul.

"Ouh okay kita akan makan di mana?" Tidak ada raut bahagia atau senang di wajah Dakota, tidak ada juga raut khawatir seperti tadi.

"Di dekat sini saja, waktu istirahat kita tidak banyak ayo."

...

Hidang berupa Chimichanga, California Roll, dan Fortune Cookie serta minuman sudah tersedia di atas meja. Dakota menarik piringnya berisi California Roll.

"Dakota, maafkan aku soal kemarin."

Baru satu suap California Roll masuk ke dalam mulut Calvin sudah berbicara. Terjadi keheningan beberapa saat Dakota yang sedang sibuk mengunyah sedangkan Calvin menatap Dakota dalam-dalam.

"Tidak apa, aku sedang berusaha melupakan kejadian itu."

Calvin terkekeh pelan. "Kemarin itu kita seperti sedang berbicara dari hati ke hati, apa yang belum pernah kita ungkapkan kemarin kita ucapkan."

Bukan kita tapi kau. Aku belum bisa mengungkapkan ke jahatanku. Dakota mengatakan itu dalam hati.

"Yeah kita seperti sedang saling terbuka." Dakota hanya bisa mengikuti semua ini.

"Dakota." Satu tangan Calvin menarik tangan Dakota. Calvin mengelus lembut tangan Dakota, aktivitas ini bagai sepasang kekasih yang di mabuk asmara. "Apa jika sekarang aku berkata jujur kau akan sakit hati?"

Dakota menerjap-nerjapkan matanya. "Tentu aku akan sakit hati tapi aku berusaha untuk tidak sakit hati. Katakan saja bukankah kita ingin keterbukaan."

"Aku mencintai Alina."

Dakota terkekeh pelan ia tidak terkejut, sejak dulu Dakota tahu bahwa Calvin memiliki perasaan dengan Alina dan saat ini pria itu berkata jujur padanya. Dakota menarik tangannya lalu menopang wajahnya menatap Calvin dan berkata.

"Aku sudah bisa menebak itu, kau mencintai Alina. Lalu sekarang kau akan apa terus berjalan atau berhenti?" Aku tidak mau jika harus bersamamu tapi hatimu di penuhi Alina.

"Kalau aku terus melangkah tapi hatiku tetap diam pada Alina aku orang yang paling jahat tapi kalau aku berhenti aku juga jahat karena aku begitu egois. Jadi bagaimana jika kita memulai hubungan ini dengan lembaran baru." Untuk kali ini Dakota terkejut matanya terbuka lebar menatap Calvin yang tampil dengan senyuman paling manis.

"Kau sedang mabuk?" Dakota berkata tidak sabar.

Calvin tertawa dan menggeleng pelan. "Kita akan mulai seperti sepasang kekasih sesungguhnya kau mau? Berkencan, menonton film, berlibur, atau bercinta."

Dakota menerjap-nerjapkan matanya kembali, memulai semua dari awal itu seperti mustahil dan tidak nyata. Apa lagi dengan semua dosa yang sudah Dakota lakukan.

"Dakota. Kau mau memulai semuanya dari awal?"

---------------

# To be Continued...

Playing With FireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang