5o. I Got It Then I Lost It

2K 86 7
                                    

50. I Got It Then I Lost It
.
.
.

Roby mencium harumnya buket bunga mawar merah bertangkai panjang di tangannya. Buket bunga ini begitu besar lalu tidak hanya itu di tangan lainnya Roby juga membawa paper bag dari brand ternama dunia. Satu tangannya yang membawa paper bag terangkat menekan bel di pintu rumah keluarga Wesley.

Menekan bel sekali lalu pintu terbuka menampilkan Ida.

"Selamat pagi tuan, ada yang bisa aku bantu?"

"Aku ingin bertemu dengan Dakota."

"Nona Dakota? Sudah memiliki janji?" Tanya Ida dan Roby hanya menggeleng kecil. Ida mengangguk dan membuka pintu semakin lebar. "Mari masuk tuan, aku akan panggilkan nona Dakota."

Roby di antara menuju ruang tamu lalu setelah itu Ida berjalan mencari Dakota, dan tidak itu saja Ida juga menyuruh pelayan lain membukatkan Roby minum.

Dakota yang sedang merias wajahnya bersiap pergi kerja menadapat sambutan ketukan pintu, Dakota mendengus kesal lalu memoles lipstik merah lebih dulu baru berjalan menuju pintu. Saat pintu di buka sosok Ida menucul berdiri dengan senyum ramah.

"Nona memiliki tamu, dia menunggu nona di ruang tamu."

"Tamu, siapa? Calvin?" Dakota mengerutkan keningnya.

Ida menggeleng kecil. "Aku tidak tahu nona tapi sepertinya wajahnya tidak asing."

Akh pasti Roby!

Dakota mendengus, dapat di pasyikan tebakannya benar. "Okay aku akan menemuinya kau pergi saja."

Dakota mengambil tasnya serta ponsel lain yang dia miliki saat remaja. Dakota berdecap kesal, tas dan semua barang pentingnya di rumah sepertinya nanti siang atau nanti saat pulang kerja Dakota harus mampir ke rumah. Sebelum benar-benar pergi meninggalkan kamar Dakota mengambil kacamata hitam memakainya dan melihat pantulan tubuhnya dari kaca panjang.

Sempurna satu kata untuk dirinya sendiri. Dakota mengenakan jas hitam, celana bahan hitam, serta tube top putih, dan kakinya di balut stiletto merah.

Langkah kaki Dakota terdengar nyaring apa lagi saat menuruni tangga. Mendengar suara langkah kaki menggema di barengi aroma parfum Dakota yang menyeruak membuat Roby refleks menoleh mencari sumber aroma.

Sosok Dakota mendekatinya, penampilan Dakota membuat Roby mengerutkan tipis keningnya.... rasanya Dèjá vu melihat Dakota mengenakan jas serta tube top. Penampilan Dakota seperti pertama kali wanita itu menemui Roby secara pribadi di rumahnya.

Dakota berdiri tidak jauh dari Roby lalu wajita itu mendengus kasar dan melirik jam di lengan kirinya. "Apa yang kau lakukan di rumahku pagi seperti ini? Aku akan pergi."

Jam hapir mendekati angka delapan dan Dakota akan segera meluncur ke kantor. Dalam waktu dua hari lagi dirinya akan melangsungkan sidang dan artinya pekerjaan Dakota sekarang sedang banyak sekarang.

Roby berdiri hanya berdiri lalu tangannya yang membawa banyak barang di sodorkan pada Dakota. "Untukmu, bunga, dan sepatu."

Dakota tidak langsung mengambil itu ia melirik sinis Roby lebih dulu. "Mengapa kau membelikan aku semua benda itu, bunga besar sekali kau pikir rumahku ini kuburan!" Ketus Dakota.

Roby menghela nafasnya. "Kau ini aku sedang bersikap romantis kau malah selalu tampil ketus."

Dakota akan kembali bersuara tapi suara Matthew mendahuluinya. Argh menyebalkan sekali! Papanya itu pasti akan ikut campur apa lagi urusannya dengan Roby.

"Sergio ada apa membawamu ke sini?" Tanya Matthew lalu pria itu sudah berdiri saja di sisi Dakota.

"Selamat pagi tuan Wesley, aku ingin mengantar putrimu pergi bekerja."

Playing With FireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang