1. Don't Worry

8.5K 276 3
                                    

1. Don't Worry
.
.
.

House Calvin | Chicago,
Illinois.
6.30 AM.

"Untuk apa kau datang menemui Roby!" Geram Calvin.

"Aku berusaha meminta waktu pada Roby, waktu untuk kita, hubungan kita."

"Untuk apa?" Calvin maju selangkah mendekat pada Dakota yang berdiri di dekat kulkas. "Hubungan apa?"

"Kita harus mengurus banyak soal pertunangan, lalu pernikahan, banyak hal yang harus di urus. Gedung, undangan, gaun. Tanggal pertunangan dan pernikahan sudah di tetapkan bukan." Dakota berusaha menahan emosinya, ia ingin marah tapi tidak mau membuat suasana semakin kacau.

Calvin mendengus halus, dia sama sekali tidak suka dengan apa yang Dakota lakukan. "Tapi pekerjaanku lebih penting Dakota," ucap Calvin tajam.

Sakit, hati Dakota tersayat sakit mendengar Calvin yang mementingkan pekerjaan. Bukan pertama kalinya Calvin bersikap seperti ini tapi tetap saja mendengar Clavin mementingkan pekerjaan itu menyakitkan.

"Aku harus kerja, jaga dirimu baik-baik." Calvin mengelus rambut Dakota lalu meninggalkan wanita itu, selalu Clavin pasti pergi mengakhiri perdebatan.

Dakota mendesah lelah, ia menarik kursi di maja bar lalu duduk di sana sambil mengenggelamkan kepalanya di atas meja. Ia ingin menangis meraung-raung.

Banyak keluarga yang mengira kalau hubungan Dakota dan Calvin begitu baik dan harmonis, tapi nyatanya hubungan ini begitu hampa sebab Calvin hanya fokus pada pekerjaan dan tidak pernah mau membuat hubungan ini berjalan maju. Kalau cinta entah Dakota tidak tahu apa Calvin mencintainya apa tidak, sebab hubungan asmara ini terjadi karena perjodohan. Tapi Dakota mencintai Calvin, sepenuh hati.

...

"Dakota menemuimu kamarin tuan." Calvin melirik Roby yang duduk di sampingnya. Mereka berdua sedang menikmati makan siang bersama di cafeteria pabrik pembuataan Cider dan Wiski milik Roby.

"Yeah," Roby mengangguk. "Kekasihmu meminta aku mengurangi jam kerjamu."

"Kau tidak perlu mendengarkan permintaan Dakota."

"Mengapa?" Gumam Roby, ia tak begitu penasaran masalah Calvin hanya saja sedikit heran.

"Kalau aku banyak memiliki waktu libur aku yakin keluargaku dan Dakota pasti akan meminta aku mengurus acara pertunangan lalu pernikahan. Aku tidak ingin."

Sekarang Roby penasaran mengapa Calvin terlihat malas mengurus hal seperti ini seharusnya Calvin senang status single yang melekat akan hilang.

"Kau mencintai Dakota?" Pertanyaan itu begitu saja terluncur dari bibir Roby, Roby tidak memikirkan apa pun soal ucapannya.

Calvin melirik Roby, belum pernah Calvin melihat raut serius Roby saat membicaraakan keseharian. "Aku?" Di tatap seperti itu Calvin salah tingkah sendiri.

"Yeah kau mencintai Dakota?" Tanya Roby kembali.

Calvin menggeleng pelan, "Entahlah, tidak ada rasa cinta dalam hubungan ini aku rasa."

Roby mengangguk kecil walau Calvin terkesan tidak berkata jujur soal perasaanya tapi Roby bisa menebaknya kalau Calvin sama sekali tidak mencintai Dakota, malang sekali wanita itu.

...

Dakota seorang pengacara hanya saja dia bukan pengacara terkenal, profesi pengacara baru ia jalankan dua tahun jadi wajar ia belum terkenal.

"Ada apa lagi? Soal Calvin?"

Dakota yang duduk di kursi cafe menengok ke depan melihat Adam dan Ellen yang datang, yang bertanya tadi pasti Ellen.

"Ada apa lagi memangnya?" Tanya Adam, pria berdarah campuran India dan Amerika.

Dakota menghembuskan nafasnya, ekspresinya tidak baik-baik saja. "Apa aku tidak cantik?"

"Kau tidak cantik?" Ellen berdesis sinis, manusia mana yang menolak mengatakan Dakota tidak cantik. Dakota wanita yang memiliki darah Spanyol dengan bentuk tubuh yang sintal tentu saja cantik. "Akan aku potong lidah yang menolak mengatakan kau cantik!" Geram Ellen.

"Apa ada yang salah denganku?" Ucap Dakota kembali, wanita itu semakin melantur. "Kenapa Calvin bersikap kasar padaku?"

"Calvin menamparmu?" Tanya Adam, Dakota menggeleng. "Kalau begitu dia tidak menyakitimu."

"Calvin berucap kasar, dia selalu meninggalkan aku demi pekerjaannya." Dakota menjelaskan apa kata kasar yang terjadi dengannya. "Apa Calvin tidak mencintaiku?"

"Memangnya ada apa? Calvin tidak mau mengurus acara kalian kembali?" Tanya Ellen ada rasa kasihan pada Dakota yang harus merasakan tekana hati karena Calvin.

"Jangan bersedih." Adam membantu menyemangati Dakota dengan mengelus bahu Dakota.

Dakota menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan, "Kemarin aku menemui Roby."

"Roby? Atasan Calvin?" Tebak Ellen yang di angguki Dakota.

"Aku meminta pada Roby untuk mengurangi jam kerja Calvin yang gila, aku datang tanpa Calvin tahu. Tapi ternyata Calvin tahu kedatanganku menemui Roby, dia marah padaku dan berkata pekerjaannya lebih penting. Aku sakit hati." Jelas Dakota menceritakan apa yang terjadi dengan singkat.

"Sudah-sudah, jangan membahas si brengsek Calvin. Jangan terlalu di pikirkan Dakota kau akan terkena tekanan batin." Ucap Adam.

"Kita senang-senang saja," timpal Ellen.

Yeah mereka benar tidak perlu memikirkan Calvin, lupakan pria itu pasti akan meminta maaf padanya nanti.

------------

# To be Continued..

Playing With FireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang