47. Talk Heart To Heart

2K 108 25
                                    

47. Talk Heart To Heart
.
.
.

Dakota berjalan meninggalkan Calvin, kakinya melangkah cepat keluar rumah di iringi air mata yang terus membanjiri wajah rupawannya. Hati Dakota sangat sakit mengapa tuhan memberinya takdir seperti ini, Dakota merasa lebih baik dirinya tidak di lahirkan.

Terlalu ingin cepat-cepat keluar rumah Dakota bahkan lupa untuk mengambil tas, dan kunci mobilnya. Dakota membuka pintu utama dengan cukup keras lalu melanglah cepat keluar seraya menundun menghapus air matanya yang tiada henti keluar saat pandangannya kembali ke depan Dakota menbarak seseorang sampai ia terduduk jatuh.

Jika Dakota tidak sedang sedih setengah mati ia pasti akan mengamuk pada orang yang menabraknya tapi sekarang Dakota sedang hancur jadi ia memilih diam duduk dengan terus menangis. Sampai Dakota merasa seseorang menangkup wajahnya dan menganggil namanya.

"Dakota?"

"Ada apa denganmu? Kenapa menangis. Kau tampak tidak baik-baik saja, katakan ada apa?"

Bibir Dakota tidak bisa mengatakan apa pun karena sibuk menangis yang keluar dari bibirnya hanya satu kata.

"Roby."

Roby menggeram penuh amarah, hatinya bergemuruh melihat air mata Dakota, siapa yang membuat Dakota-nya menangis. Mencari mati!

"Siapa yang membuatmu menangis? Calvin? Aku akan mematahkan leher Calvin jika benar dia yang membuatmu menangis!" Geram Roby.

Dakota menggeleng kecil kedua tangannya terangkat mencengkram jas Roby seraya menariknya pelan. "Aku ingin pergi.... bawa aku... kumohon, Roby..."

Rencana untuk mematahkan leher Calvin, menghancurkan kepala Calvin, dan mematahkan kaki pria itu Roby urungkan. Dakota-nya lebih penting dari apa pun, Roby merangkul Dakota menuntun wanita itu untuk berdiri dan membawanya melangkah pelan menuju mobil yang terparkir di depan. Roby benar-benar memperlakukan Dakota dengan lembut menuntun Dakota masuk ke dalam mobil sampai menghapus air mata Dakota dengan kain sapu tangannya.

"Jalankan mobilnya." Ucap Roby pada sopir di depan.

Roby kembali pada Dakota yang masih belum berhenti menangis, kini malah tangisnya semakin deras.

"Shutt jangan mengangis Dakota, kau tidak bertambah cantik saat menangis...." Roby tidak lelah terus menghapus air mata Dakota. "Katakan padaku apa yang terjadi denganmu?"

Dakota tidak menjawab pertanyaan Roby dirinya terus saja menangis, dan terisak.

"Apa yang Calvin lakukan padamu?"

"Aku akan mematahkan leher pria itu."

"Hentikan air matamu Dakota."

"Jika kau terus menangis lama-lama Chicago akan tenggelam karena air matamu."

"Dakota, mobilku lama-lama penuh oleh air matamu."

Dakota tidak memperdulikan bujuk rayu atau ucapan omong kosong Roby, bibirnya terus saja terisak padahal mobil sudah sangat jauh melaju menjauh dari rumah.

"Dakota katakan sesuatu. Jangan hanya menangis, air matamu tidak akan berubah menjadi buturan mutiara jadi berhentilah menangis."

Seharusnya Roby tidak perlu mengajak bicara Dakota karena semua terasa sia-sia. Dakota jarang menangis tapi sekalinya ia sudah menangis Dakota akan bertahan dengan tangisnya selama tiga jam bahkan lebih.

"Dakota aku merasa seperti baru saja memperkosa perawan, kau menangis terus." Roby kini memijat pangkal hidungnya.

Roby seperti di hadapkan dengan anak TK yang menangis karena di tinggal ibunya.

Playing With FireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang