37. Detective

1.7K 75 8
                                    

37. Detective
.
.
.

Coffee Shop | Chicago,
Illinois.
12.30 PM.

Jam makan siang seharusnya di jadikan kesempatan untuk mengistirahatkan pikiran yang berantakan karena pekerjaan tapi Dakota harus melakukan pertemuan dengan dua detektif swasta yang di sewa Ellen. Kedua detektif itu memberitahu beberapa makna seorang detektif, memberitahu keuntungan dan kerugian dan hal-hal lain yang sekiranya penting.

Dua detektif ini adalah Sarah dan Bondi, Sarah begitu ramah wanita itu memberi tahu Dakota kerugian jika menyewa detektif untuk mengusut malasah asmara... Sarah berkata sesuatu yang seharusnya kita tidak tahu kita akan tahu dan pada akhirnya sesuatu itu akan mengganggu pikiran.

Sarah benar, beberapa orang selalu berkata lebih baik tidak tahu dapi pada tahu dan berujung membuat diri sendiri tertekan.

Tapi Dakota tidak bisa mundur Ellen berada di belakangnya selalu mendorong Dakota.

"Apa kita bisa mendapat plat mobil, nomor ponsel atau hal lainnya yang penting." Bondi bertanya pada Dakota begitu serius.

Sarah membuka tasnya mengeluarkan buku catatan kecil serta pulpen.

"Okay biar aku yang menulisnya." Dakota menjulurkan tangannya meminta buku yang berada di tangan Sarah.

Dakota menulis plat mobil Calvin, nomor telepon Calvin baik nomor pribadi atau nomor kerja, sosial media yang Calvin miliki, dan bahkan beberapa hal kecil lainnya yang penting seperti alamat rumah, alamat apartment yang di miliki Calvin, bahkan sampai alamat rumah keluarga Cameron. Lalu Dakota juga menulis informasi tambahan seperti di mana Calvin bekerja, di mana ruangan kerja Calvin, dan di mana Calvin sering keluar.

"Okay apa perlu kita melakukan tugas sekarang?" Bondi menerima buku dari Dakota yang semula untuk Sarah.

Ellen mengangguk semangat. "Lebih cepat lebih baik."

"Okay baiklah." Bondi memberi buku tadi pada Sarah lalu bangkit dan berjalan meninggalkan semua yang masih duduk di kursi coffe.

Sarah menyentuh tangan Dakota yang berada di atas meja, wanita itu lalu tersenyum saat pandanganya saling bertatapan dengan Dakota.

"Kau sudah memutuskannya. Kau ingin mengetahui segala keburukan pasanganmu.. semoga kau tidak menyesal. Sampai nanti nona Dakota."

Dakota menunduk memijat pelan pangkal hidungnya lalu kembali pada posisi semula. Dakota tidak tahu apa ini benar apa salah, mengikuti saran Ellen... menyewa detektif, membuang-buang uang hanya untuk mengusut masalah Calvin, memata-matai Calvin bersama Alina yang seharusnya Dakota-lah yang di mata-matai.

"Ingat aku benar-benar akan mencincang habis penis Calvin jika pria itu menebar benih dengan Alina."

Ellen masih saja di landa letupan-letupan emosi yang membara. Ellen seperti kekasih Calvin saja, yang merasa tidak terima di selingkuhi.

Mendengar ucapan vulgar Ellen Adam menyentuh miliknya sendiri di bawa sana. Rasanya ngilu membayangkan aset masa depan di cincang habis oleh tangan psychopan Ellen.

Adam meringis. "Kau terlalu vulgar Ellen."

"Ellen." Panggil Dakota lalu saat Ellen meliriknya Dakota menggeleng pelan ia akan mengutarakan apa yang dirinya rasakan.

"Ellen, terima kasih banyak atas saranmu.. mencarikan aku detektif, mencari solusi tapi. Aku rasa kita seperti sedang mencari masalah, masalah besar. Aku rasa seharusnya aku yang di sekidiki, aku dan Roby kita bahkan lebih dari sekedar teman di club." Tidak ada ekspresi sedih, kecewa, atau merasa bersalah dari wajah Dakota yang ada hanya tatapan datar serta ekspresi wajah seperti biasanya.

Playing With FireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang