42. Give Up On Yourself

1.7K 83 2
                                    

42. Give Up On Yourself
.
.
.

Bertemu Roby bukan hal yang baik menurut Dakota walau rasa rindunya mengebu-gebu tapi tak akan Dakota menemui pria itu lebih baik bertemu Adam, menceritakan apa yang sedang terjadi.

Rumah ada cukup besar, walau Adam hanya pengacara biasa tapi keluarga Adam kaya raya. Ayah Adam seorang pengacara juga yang terkenal ibunya juga sama, kedua kakaknya juga sama... keluarga Adam semua pengacara pintar bersilat lidah. Saat berkunjung ke rumah Adam ruangan yang di sulap seperti club malam adalah tempat favorit Dakota, musik DJ, lampu remang-remang, meja bar, serta puluhan jenis minuman begitu membuat tempat ini sangat bagus.

Dakota menopang wajahnya melihat punggung Adam karena pria itu sedang memunggunginya, Adam sedang membuat minum.

"Red wine, aku ingin red wine." Ucap Dakota.

Adam berbalik pria itu menaruh gelas bening berisi cairan soda serta potongan lemon. "Ibu hamil tidak di sarankan meminum alkohol, soda saja tenang ini aman kakak-ku dulu selama hamil baik-baik saja minum ini." Kekeh Adam sekilas.

Dakota mendengus halus tapi walau begitu ia tetap menerima minum dari Adam. Adam kembali duduk di kursi bar samping Dakota, Dakota melirik sekilas Adam.

"Aku kacau Adam, aku tidak mengerti apa mauku." Ucap Dakota setelah minum lalu satu jarinya memutari lingkaran gelas.

"Sebutkan apa yang kau inginkan."

Dakota melirik Adam kembali. "Aku tidak tahu."

"Katakan saja."

Dakota menarin panjang nafasnya lebih dulu lalu menghembuskannya perlahan. "Aku ingin Alina menjauh dari Calvin, aku ingin Calvin bersikap manis padaku, aku ingin semua orang tahu aku sedang hamil, aku ingin semua orang tahu soal aku dan Roby, aku ingin.... bertemu Roby jujur padanya."

Setelah itu Dakota menjatuhkan kepalanya pada meja. Berat beban yang ia tanggung.

"Kau hanya perlu mengalah pada dirimu sendiri."

Dakota menegakkan kepalanya sebelum melirik Adam Dakota menghela nafasnya. "Apa maksudmu?"

Adam menarik kursi Dakota membuat temannya semakin dekat dengannya, setelah itu Adam mengelus singkat kepala Dakota.

"Kau tidak mencintai Calvin, selama ini kau hanya menyukai, menganggumi Calvin kau tidak mencintai Calvin. Roby yang kau cintai, dari hasil hubungan kalian selama ini benih cinta tumbuh di hatimu."

Dakota menggeleng kecil mulutnya akan berucap, tapi Adam mendahuluinya.

"Dakota, kau selalu menyangkal apa pun soal Roby dan hatimu. Dengarkan aku, hentikan rencana pernikahanmu dengan Calvin sebelum kau benar-benar masuk ke dalam neraka- ya walau tidak ada penyiksaan fisik tapi batin, hati, dan pikiranmu akan tersiksa.... Dakota ayo berani mengambil keputusan dan resikonya."

Dakota mengangguk kecil terkadang ia merasa mulai berani untuk jujur tapi percayalah rasa takut Dakota lebih besar dari rasa beraninya. Dakota akui dirinya pengecut.

"Putuskan hubunganmu dengan Calvin. Calvin..... dengan Alina-"

"Calvin mencintai Alina, semua keputusan ada di tanganku, aku bingung jika aku memutuskan Calvin bagaiman dengan nyonya Elizabeth, orangtua-ku."

"Itulah suatu keputusan pasti ada resiko. Semua hal memiliki resiko Dakota."

Dakota memijat pangkal hidungnya. "Jika Calvin sudah keterlaluan aku akan memutuskannya."

Adam mendengus halus, bukankah perbuatan Calvin sudah sejak dulu keterlaluan. Membohongi Dakota, membuat Dakota menjadi kekasihnya tapi pria itu tidak mencintai Dakota, sekarang akan menikah dengan Dakota tanpa cinta.

Playing With FireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang