[1] Morgan Marcus Maximilian

12.8K 345 21
                                    

>> Happy Reading <<

Zurich, Switzerland

Morgan Marcus Maximilian mengepulkan asap rokok dari mulutnya sembari menatap view kota Zurich di malam hari dari balkon ruang kerjanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Morgan Marcus Maximilian mengepulkan asap rokok dari mulutnya sembari menatap view kota Zurich di malam hari dari balkon ruang kerjanya. Sorot mata hazel yang begitu tajam itu tertuju pada gemerlap lampu yang menerangi pemandangan jalanan ibu kota dihadapannya.

Sesekali senyuman manis terukir di kedua sudut bibirnya menandakan bahwa ia tengah bahagia. Ya benar, ia bahagia karena akan kembali lagi ke Indonesia, negara di mana ia merasakan jatuh cinta.

Bisa dikatakan ini adalah cinta tergila yang hingga saat ini mendominasi hati dan pikirannya.

Morgan berpegang teguh pada prinsipnya untuk kembali mencari gadis itu saat nantinya ia kembali ke Indonesia. Jika boleh jujur, hingga saat ini tidak ada yang bisa menggantikan posisi gadis itu di hatinya. Sorot matanya yang teduh, lesung pipinya, senyum manis yang terukir di kedua sudut bibirnya serta gigi gingsulnya yang membuat Morgan tak bisa melupakannya.

Well ... ini mungkin terdengar sedikit gila untuk ukuran pria tampan, mapan, mempesona di usia yang lebih dari seperempat abad seperti dirinya yang bahkan banyak gadis-gadis cantik berlomba-lomba memikat hatinya. Tapi ini lah dirinya. Ini lah yang hatinya inginkan. Dan ini lah cinta tergila yang pernah ia rasakan pada seorang gadis yang membuatnya jatuh cinta di pertemuan kedua mereka, tujuh tahun yang lalu.

Dan gadis cantik itu adalah Mentari.

Ya, hanya nama dan rupanya saja yang ia ingat. Dan sesuai dengan namanya, Mentari cantik, senyumnya manis, sikapnya yang hangat yang membuat Morgan hingga detik ini tak bisa melupakannya.

Kisah itu bermula pada saat Morgan kuliah di salah satu universitas unggulan di pusat kota Jakarta. Kala itu Morgan tergabung dalam komunitas mahasiswa pecinta alam. Dan satu minggu setelah hari kelulusannya, Morgan turut serta mendaki gunung untuk terakhir kalinya di salah satu gunung ternama di bagian barat Jawa. Ya, terakhir kalinya karena Morgan akan melanjutkan pendidikannya di Zurich, tempat Marcus Maximilian, Ayah kandungnya menetap.

Saat pendakian, semua berjalan tanpa hambatan yang berarti. Namun setelah mencapai puncak, dalam perjalanan turun, malapetaka yang tak disangka-sangka pun turut menimpanya membuat kakinya terkilir hingga kesulitan berjalan. Wajah serta tangannya pun lecet-lecet. Bukan hanya Morgan seorang yang mengalaminya, Arjuna Permana, sahabatnya pun mengalami hal serupa.

Saat itu Morgan dan Arjuna di tolong oleh warga sekitar. Dan berhubung medan ke perkampungan tersebut sulit di akses, Morgan, Arjuna serta kelima kawan lainnya yang tidak terluka yang tergabung dalam satu team pendakian terpaksa menginap di salah satu rumah warga yang secara kebetulan merupakan satu-satunya Dokter di kampung tersebut sampai bala bantuan untuk mereka datang.

Bukan hanya medannya saja yang sulit di akses, untuk mendapatkan signal internet pun harus naik ke bukit yang lebih tinggi dulu. Dan alasan itu lah yang membuat bala bantuan tak segera datang dan membutuhkan waktu berjam-jam lamanya untuk sampai ke perkampungan tersebut.

LET ME LOVE YOU [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang