[34] Konyol

1.7K 150 7
                                    

>> Happy Reading <<

Morgan terlihat serius berbicara dengan lawan bicaranya di telepon. Bukan membahas urusan bisnis melainkan membahas Mentari-nya.

"Sampai sekarang pun dia masih belum cerita tentang ini dan tentang pemecatannya di kafe. Gue cuma nunggu dia jujur."

"Gue rasa akan kejadian yang lebih besar dari sekedar pemecatan itu sebelum lo bertindak."

"Gue tahu tapi gue nggak mau gegabah."

"Gue lagi berusaha ngumpulin bukti supaya Nyokap tutup mulut dan nggak berani ngusik Mentari."

"Gue setuju sih. Orang semena-mena kayak Nyokap lo emang sekali-kali harus di kasih pelajaran."

"Ya meski pun dia Nyokap kandung lo tapi dia udah benar-benar kelewatan."

Morgan setuju dengan pernyataan Rafael. Sudah cukup rasanya Diana ikut campur lebih dalam pada urusan pribadinya. Sebenarnya Morgan tidak ingin memilih salah satu diantara Diana atau Mentari, tapi karena Diana sudah kelewat batas bahkan meminta pemilik kafe tempat Mentari bekerja yang tak lain merupakan relasi dari Glenn untuk memecatnya. Tak hanya itu saja, Diana juga memberikan ancaman pada Mentari, karena itu Morgan memilih membela dan mempertahankan Mentari, kekasihnya.

"Thank's Raf. Kalau malam itu lo nggak lewat kafe dan lihat Mentari dipaksa masuk ke dalam mobil Nyokap gue, mungkin gue nggak bakal tahu hal ini."

"Kebetulan aja gue lewat sana."

"Anyway kalau butuh bantuan dalam bentuk apa pun, segera kabarin gue."

Morgan berdehem sebagai jawaban.

Setelah di rasa cukup berbincang-bincang dengan Rafael, Morgan mengakhiri panggilan teleponnya.

"Kak, maafin Lily. Lily keceplosan."

"Mommy interogasi Lily terus ngancem Lily kalau Lily ketahuan bohong, mobil bakal di sita dan uang jajan bakal dikurangin."

"Lily nggak punya pilihan lain selain jujur. Mommy tuh peka banget kalau Lily bohong sedikit aja dan nyembunyiin sesuatu dari dia."

Morgan mencebikkan bibirnya. Semua ini memang berawal dari Lily. Lily memang selalu keceplosan dan tidak pandai menjaga rahasia. Tapi memang sudah saatnya Diana tahu tentang Mentari, kekasihnya.

Morgan terkesiap karena bel apartemen-nya terus berbunyi. Ia yakin Mentari-nya sudah tiba. Mentari bilang akan mampir sebentar. Kebetulan apartemennya searah dengan jalan ke rumahnya.

BIP!!

BIP!!

Bunyi akses pintu terdengar. Dan benar saja, tamunya itu benar Mentari.

Mentari membuang pandangannya saat melihat Morgan shirtless dengan hanya mengenakan handuk yang dililitkan di pinggangnya saja. Oh Tuhan! Kuatkan lah imannya.

Morgan menarik Mentari kemudian merapatkan tubuh Mentari ke dinding kemudian menutup pintunya.

"Aku pikir kamu bohong lagi kayak kemarin. Mau mampir tapi nggak jadi."

"Kemarin aku buru-buru pulang karena Bintang emmphh" belum sempat Mentari menyelesaikan ucapannya, bibirnya sudah di lahap habis oleh Morgan yang semakin ke sini-sini semakin agresif. Saking ganasnya ciuman Morgan Mentari sampai tak bisa mengimbanginya.

Tanpa melepaskan ciumannya Morgan memutar tubuhnya kemudian menuntun Mentari menuju sofa.

Morgan membaringkan tubuh Mentari di sofa masih dengan posisi bibir mereka menyatu. Morgan hanya membiarkan Mentari menghirup oksigen beberapa detik saja setelah itu ia kembali melumat rakus bibirnya.

LET ME LOVE YOU [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang