[7] Tidak profesional

3.4K 232 12
                                    

>> Happy Reading <<

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

>> Happy Reading <<

Mentari menoleh ke belakang tubuhnya, menatap dalam mata Morgan. Kini ia ingat siapa itu Morgan. Mahasiswa tampan yang menjadi perbincangan di desanya saat itu, tujuh tahun silam.

"Morgan." Ahh, kenapa ia bisa lupa dengan Morgan dan tatapan mata Morgan yang selalu saja sama saat menatapnya.

"Maaf," ucap Mentari. Ia sempat mengira Morgan adalah pria yang memiliki niat jahat.

Morgan tersenyum lebar karena kini Mentari sudah mengingatnya. Salahnya juga yang tidak langsung to the point dan membuat Mentari berprasangka buruk tentangnya.

"So can we talk now?"

Mentari menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Kemudian keduanya pun berjalan beriringan sambil berbasa-basi ala teman lama pada umumnya yang sudah lama tak berjumpa. Keduanya kompak mengatakan bahwa saat ini mereka sedang sibuk dengan pekerjaan masing-masing.

"Memangnya kamu kerja di mana?"

Pertanyaan Mentari membuat langkah Morgan terhenti. Harus kah ia jujur atau ...

"Biar aku tebak." Mentari menelisik penampilan Morgan dari atas sampai bawah yang terlihat sangat rapi dengan mengenakan pakaian formal ala eksekutif muda pada umumnya. Rambut dengan potongan mengikuti zaman yang di sisir rapi dari bagian depan ke arah atas dan juga belakang yang berkilat dengan sentuhan pomade. Kemeja putih yang terbalut oleh jas dan celana panjang berwarna senada yang Mentari yakini berasal dari brand ternama. Juga sepatu pantofel hitam mengkilat nan terlihat mahal yang semakin menyempurnakan penampilan Morgan serta jam tangan mahal yang melekat sempurna di pergelangan tangan kirinya.

"Aku membantu Daddy mengurus perusahaannya."

Mentari mengangguk mengerti. Pantas saja gaya berpakaian Morgan seperti seorang businessman. Waktu tujuh tahun lebih telah merubah seorang Morgan, si mahasiswa tampan yang juga cukup imut kala itu menjadi seorang pengusaha tampan yang berkharisma dan mempesona di usianya yang semakin matang. Mentari yakin ada banyak sekali pegawai yang bekerja di perusahaan Morgan yang jatuh hati padanya.

Drrtt!! Drrtt!!

Mentari merogoh ponsel di saku celananya yang bergetar. Ada dua buah pesan dari Annisa yang mengabarkan kondisi terkini dari Bintang. Dalam pesannya Annisa mengatakan bahwa Bintang menunggunya.

"Udah malam banget. Aku harus pulang."

"Biar aku antar." Morgan menggandeng Mentari menuju Bugatti miliknya yang terparkir tak jauh dari tempatnya berada. Mentari cukup terkejut karena tiba-tiba Morgan menggandengnya.

Mentari tertegun kala melihat mobil mewah milik Morgan bukan merk pasaran yang ia taksir harganya amat sangat mahal. Mentari yakin perusahaan milik Ayahnya Morgan bukan lah perusahaan kaleng-kaleng.

LET ME LOVE YOU [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang