[40] Wanita itu...

1.9K 126 22
                                    

>> Happy Reading <<

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

>> Happy Reading <<

"Switzerland-Jakarta." Mata Mentari mulai berkaca-kaca. Itu artinya pesawat yang Morgan tumpangi mengalami kecelakaan.

"Bu, Switzerland ... itu ... Morgan ... " Mentari menangis histeris kala membaca nama-nama penumpang yang tertera di layar televisi. Di nomor 29, ia melihat dengan jelas nama Morgan Marcus Maximilian tertulis di sana. Ya, benar! Morgan-nya merupakan salah satu penumpang pesawat yang mengalami kecelakaan naas tersebut.

"Morgan ... " Tubuh Mentari limbung dan hampir jatuh ke lantai andai saja Annisa tak menahannya.

"Bu, itu beneran Morgan," ucap Mentari dengan berlinang air mata. Pantas saja semalaman Morgan tidak ada kabar beritanya ternyata adalah karena ini.

Annisa mendudukkan Mentari di kursi.

"Gimana kalau setelah aku pulang dari Paris aku ngelamar kamu?"

"Morgan," lirih Mentari kala teringat pada obrolannya dengan Morgan beberapa hari terakhir ini.

"Aku nggak pernah bercanda jika itu menyangkut kamu."

"Morgan."

"Dan itu artinya kurang dari satu minggu lagi aku tunggu jawaban kamu."

Mentari mengusap kasar air matanya. Apakah terlambat jika ia mengatakan bahwa ia siap menerima lamaran itu?

"Bu, Morgan ... "

Annisa turut menitikkan air mata melihat kesedihan putrinya. Ia ingat, Mentari pernah amat sangat terluka seperti ini kala kehilangan Mario. Dan kini kejadian yang sama itu pun terulang lagi.

"Mentari yang sabar, nak."

"Bu ... " Mentari kembali menangis seraya memukul-mukul dadanya. Ini lah yang sejujurnya ia khawatirkan, kehilangan seseorang yang begitu berarti dalam hatinya untuk kedua kalinya.

Demi Tuhan! Kenapa ini harus terulang lagi?

"Ibu ... " Karena tidak kuat menerima kenyataan menyakitkan ini, Mentari pun pingsan dalam dekapan Annisa.

"Mama ... "

Mentari mencoba membuka matanya tapi rasanya sulit sekali.

"Mama ... "

Mentari merasa kesulitan bernapas.

"Mama ... "

Dengan sekuat tenaga, Mentari berusaha membuka matanya dan pada akhirnya matanya pun terbuka.

"Mama."

Hal yang pertama kali Mentari lihat adalah wajah Bintang yang berada tepat di depan wajahnya.

"Bintang, uncle Mo ... " Mentari menjeda ucapannya. Ia tidak tega mengatakan mengenai kecelakaan itu pada Bintang.

"Mama mimpi apa sih sampai nangis-nangis dan teriak-teriak malam-malam begini?"

LET ME LOVE YOU [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang