[23] Figur Ayah

2.3K 159 6
                                    

>> Happy Reading <<

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

>> Happy Reading <<

Tepat pukul setengah sebelas malam Mentari tiba dikediamannya. Seperti biasa, rumah selalu dalam keadaan sepi karena Annisa dan Bintang sudah beristirahat di kamar masing-masing. Mentari berjalan ke arah dapur untuk mengambil air putih. Setelah itu Mentari pergi ke kamar mandi mencuci kaki dan membasuh wajahnya kemudian ia bergegas ke kamarnya.

Rasa lelah setelah seharian bekerja sirna sudah setelah melihat jagoan tampannya sudah tidur dengar begitu lelapnya dengan mengenakan piyama bermotif tokoh kartun kesayangannya.

Tanpa mengganti pakaiannya lebih dulu, Mentari merebahkan tubuhnya di sebelah Bintang kemudian mendaratkan kecupan singkat di pipinya. Jika boleh jujur, bekerja di dua tempat seperti yang dijalaninya membuatnya kehilangan banyak sekali momen kebersamaannya dengan Bintang. Ia harus pergi pagi-pagi sekali kemudian pulang larut saat Bintang sudah tidur. Hampir setiap malamnya Annisa yang menidurkan Bintang.

Mentari menghela napas berat. Mungkin nanti setelah hutang-hutangnya pada Amara bisa ia lunasi maka ia akan fokus bekerja di satu tempat saja. Mentari berpikir entah pekerjaan yang mana yang harus ia pertahankan, MGI atau Dreamerie kafe?

***

Karena bangun kesiangan dan terburu-buru, Mentari memberikan skateboard pemberian Rafael pada Bintang.

"Dari salah satu teman kamu," ucap Mentari seraya meraih bakwan jagung yang terhidang di meja. Sial! Ini semua gara-gara mimpi buruknya semalam, ia jadi kesiangan. Ya, ia bermimpi melihat Amara dan Morgan tanpa sungkan bercinta dihadapannya. Kemudian Mentari bangun kemudian mencari kesibukan lain dan setelah itu ia baru bisa tidur jam empat pagi.

Mentari tak mengerti kenapa hubungan Morgan dan Amara begitu memenuhi pikirannya. Padahal kan itu sama sekali bukan urusannya. Itu artinya Morgan merupakan pria hidung belang yang juga butuh kepuasan. Wajar saja hal tersebut dilakukan pria lajang seperti Morgan. Dan wajar juga Morgan memilih Amara. Amara cantik dan mungkin saja pelayanannya memuaskan, karena itu Morgan memilihnya.

"Teman Bintang yang mana?" Bintang mengernyitkan dahi bingung.

Mentari terkesiap dari lamunannya. "Dari uncle Rafael. Semalam dia mampir ke kafe terus titip ini buat Bintang."

Mentari memukul-mukul kepalanya, mengenyahkan pikiran akan mimpi buruk itu dari kepalanya.

Bintang tersenyum lebar mendengar penjelasan Mamanya.

Mentari menyeruput teh hangat buatan Annisa. Setiap pagi jika ia bangun terlambat maka Annisa lah yang membuatkan sarapan. Mentari tidak tahu akan bagaimana nasibnya dan Bintang tanpa adanya Annisa di sisi mereka. Karena itu Mentari dan Bintang sangat amat menyayangi Annisa.

"Bintang suka?"

Bintang menganggukkan kepalanya antusias. Ternyata Rafael tidak berbohong mengenai janjinya akan membelikannya skateboard baru. Dan skateboard ini merupakan skateboard impiannya. Ia yakin harganya pasti sangat mahal.

LET ME LOVE YOU [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang