Cahaya matahari mulai masuk melalui jendela kamar, Shansa masih terdiam mematung memeluk kedua lututnya dengan kantung mata yang mulai menghitam. Ia tak bisa tidur dari semalam, ia semakin dibuat frustasi saat ia mendapatkan selembar kertas disebelah tempat tidurnya.
Kertas tersebut terlihat sangat lusuh dan terlihat mulai tua dan menguning, ditambah lagi dengan bercak bercak merah darah yang semakin menambah kesan aneh pada kertas tersebut.
昨晚你明明看见我了
为什么不睁开眼睛Shansa tak mengerti dengan apa maksud tulisa itu, ia malah meremas kertas tersebut, lalu meraih ponselnya yang berada disebelahnya.
"Ini pasti kerjaan bang Doy kan?"
Dengan geram ia menekan nomor telepon Doyoung dan segera menelponnya.
"Apaan lu nelpon gue pagi pagi gini?"
Mendengar itu Shansa langsung menempelkan ponselnya pada telinganya.
"Bang Lo jangan main main ya!"
Doyoung sedikit tersedak saat Shansa berbicara seperti itu padanya.
"Loh jangan main main buat apa?"
Shansa tertawa hambar mendengar itu, "Lo kan bilang Lo mau datang ke kotsan gue kan? Dan semalem Lo Dateng kesini dan jailin gue pake dobrak dobrak pintu segala kan? Itu ulah Lo kan?" Tuduh Shansa yang membuat Doyoung menggaruk tengkuknya bingung tanpa sepengetahuannya.
"Gue masih di kotsan gue, soalnya gue masih ada kerjaan mungkin gue kesananya lusa."
Katanya yang membuat hati Shansa sedikit terkejut.
"Jangan boong bang, gue ga bercanda. Lo juga kan yang ngirim kertas ini juga?" Shansa meraih kertas lusuh itu kembali.
"Kertas apa sih? Kok lu curiga banget sama gue? Emangnya Lo semalem kenapa?"
Shansa langsung memotret kertas tersebut dan mengirimkannya pada Doyoung, dari suaranya Doyoung juga sama sama terkejut.
"Sumpah, gue ga jailin Lo. Gue masih di kotsan gue."
Lalu beberapa detik kemudian Doyoung mengirimi Shansa sebuah foto, ternyata benar Doyoung tidak bohong ia masih berada di kostannya.
"Lu kenapa bisa dapet beginian? Lu ga bercanda kan?"
"Emangnya nada bicara gue keliatan bercanda ya bang? Gue dari tadi ketawa ngga? Ngga kan. Gue dari semalem ga bisa tidur cuma gara gara ini, dan gue juga bolos kuliah. gue kira itu ulah Lo karena semalem tiba tiba gue denger suara Lo nawarin selimut ke gue." Jelas Shansa panjang lebar yang membuat Doyoung membekap mulutnya tanpa sepengetahuan gadis itu.
"Hah apa? Dia niruin suara gue maksudnya? Makannya Lo curiga gue Yang jailin Lo gitu?"
"Iya,"
"Gue masih ada tugas disini, mungkin lusa gue bakal datang ke kostan Lo. Gue bakal cepet cepet tuntasin kerjaan gue,"
"Tapi gue ga bakal kenapa napa kan bang?"
Shansa mendengar Doyoung sedikit menelan salivanya kasar.
"Lo gabakal apa apa, asalkan kalau dia datang lagi malem ini Lo jangan buka mata dan jangan sampe dia tau kalo Lo liat dia oke? Pokoknya diem aja, pura pura tidur aja."
Shansa menautkan alisnya.
"Emangnya kenapa kalo dia tau kalo gue liat dia?"
"Bahaya," Jelas Doyoung dengan sedikit berbisik.
"Iya bahaya kenapa?"
"Lo bisa-akhhh," Doyoung tiba tiba memekik hebat dan Shansa tak tahu apa penyebabnya.
"Bang Lo kenapa?" Panik Shansa sembari beranjak dari ranjangnya.
Selepas itu telepon dimatikan Doyoung secara sepihak. Namun Shansa sedikit merasa janggal karena suara Doyoung tak terdengar lagi sesudah ia mendengar Doyoung sedikit memekik seperti tercekik dan entah suara siapa itu yang tiba tiba berkata seperti itu.
Dengan cepat, ia mencoba menelpon Winwin. Hanya Winwin yang bisa di andalkan dalam perihal ini.
Namun baru saja ia akan menelponya, Winwin malah menelpon Shansa lebih dulu.
"Shan, Lo gausah keluar rumah buat nemuin gue. Biar gue yang ke rumah Lo. Lo diem dirumah aja oke?-tuttt."
Setelah itu sambungan telepon lagi lagi dimatikan secara sepihak.
Shansa semakin bingung akan keadaan ini.
"Kenapa Winwin bisa tau kalo gue mau nemuin dia?"