"Shan mau bareng? Udah mendung hayoh."
Shansa menoleh dan menemukan Jaehyun yang sedang menstater motornya.
"Ngga, gue bareng sama Hendery. Dia tadi mau ke toilet dulu katanya," Jelas Shan yang membuat Jaehyun mengangguk paham.
"Gue kira ga bareng Hendery makannya gue nawarin pulang bareng, takutnya ga ada bus."
"Gapapa Lo duluan aja."
"Yaudah, gue duluan ya?"
Shansa mengangguk, "Hati hati," Jaehyun hanya mengacungkannya jempolnya sebagai jawaban.
Shansa mengeluarkan novelnya yang baru saja ia beli kemarin, menurutnya membaca novel mungkin bisa menghilangkan rasa bosannya menunggu Hendery.
"Shan?"
"Eh udah selesai Der, ayo pulang." Shan mengemas bukunya lalu beranjak berdiri. Namun disaat ia mengalihkan pandangannya dari buku, bukan Hendery yang ia lihat namun Xiaojun yang ia lihat.
"Loh Xiaojun? Lo ngapain disini?"
Xiaojun tak menjawab, namun ia merogoh saku jaketnya.
"Pake," Xiaojun menyodorkan sebuah kalung pada Shan, namun Shan hanya diam ia tak menerima kalung tersebut.
Melihat itu Xiaojun memutar bola matanya malas, "Gue bilang pake." Xiaojun meraih tangan Shan lalu meletakan kalung tersebut di genggamannya.
"Buat apa?"
"Jagain Lo,"
"Gue heran kenapa Lo akhir akhir ini sering temuin gue, dan kenapa Lo bisa tau sama masalah gue?" Tanya Shan yang membuat Xiaojun terdiam.
"Harus banget gue jawab?"
Shan memandang Xiaojun kesal,
"Gue cuma mau tau aja, ngga boleh emangnya?" Jawab Shan sengit.
"Gue rasa Lo ga boleh tau, belum waktunya Lo tau alesan kenapa gue tiba tiba Dateng ke kehidupan Lo lagi." Setelah itu Xiaojun memilih pergi meninggalkan Shan di pekarangan kampus.
"Oh iya, jangan sampe Hendery liat ini." Xiaojun kembali berjalan menghampiri Shansa dan menyembunyikan kalung tersebut.
"Loh kenapa?" Tanya Shan agak sedikit berteriak.
Namun Xiaojun tak menoleh, dia malah berjalan menjauh meninggalkan Shansa.
"Shan? Ngobrol sama siapa tadi?"
Shansa gelagapan sendiri saat Hendery bertanya seperti itu,
"Kamu dari tadi disini?"
Hendery mengangguk, "Baru aja, tadi aku denger kamu teriak? Teriak ke siapa?"
Shan mengernyit, bukankah tadi Xiaojun datang menghampirinya? Dan bukannya saat Shan berteriak Xiaojun masih ada di pandangannya? Tapi—mengapa Hendery seakan akan tak melihatnya?
"Hendery gabisa liat Xiaojun?"
Jari jari Shansa sedari tadi tak henti hentinya mengetuk ngetuk meja namun pandangannya masih fokus pada kalung pemberian Xiaojun sore tadi.
"Weh anjir kalung Lo bagus, beli dimana lu? Sinilah gue jual, mahal tuh pasti." Doyoung datang dan duduk di pinggiran ranjang.
"Sembarangan lu main jual jual aja, ini juga gue dikasih Xiaojun." Jelas Shansa lalu memutar kursinya menghadap Doyoung.
"Lah? Xiaojun? Ngapain ngasih beginian?" Doyoung mengalihkan atensinya pada buku buku yang tertumpuk di meja belajar Shansa.
Doyoung membuka buku yang sempat ia pinjam di perpus kemarin, lalu membuka dan membaca halaman demi halaman.
"Loh anjir sama—" sergah Doyoung tiba tiba, di waktu yang bersamaan Shan melempar penghapusnya ke arah kakanya itu.
"Bisa gasih ngomongnya biasa aja?"
"Bentar bentar," Doyoung mengambil alih kalung yang berada pada genggaman tangan Shansa.
"Kenapa si?"
"Ini mata gue yang surem apa gimana? Ini sama kayak kalung Lo, ya kan?" Heboh Doyoung yang membuat Shansa mengambil kacamatanya lalu memakainya.
Shansa menatap kalung dan gambar buku secara bergantian.
"Lah iya sama!"
"Tuh kan," Doyoung menutup buku tebal itu, menatap ke arah Shan yang masih terlihat sedikit bingung.
"Firasat gue bener Shan, Xiaojun pasti ada apa apanya."
"Maksud Lo?"
"Gue masih belum ngerti sama apa tujuannya dari semua ini, Lo ikut gue sekarang." Doyoung melempar sebuah jaket ke arah Shan.
"Kemana?"
"Ke rumah Kun. Cepet pake jaketnya," Doyoung keluar dari kamar Shan berjalan pergi mendahului Shan.
"—Eh? Winwin nelpon." Shansa cepat cepat menggeser tombol hijau di ponselnya.
"Iya win?"
"Bisa ketemu? Lagi sibuk ngga?"
"Ngga sih ga sibuk, kenapa emangnya?"
"Lo bisa ketemuan ga sama gue?"
"Sekarang?"
"Iya.."
"Ini gue mau kerumah kalian, sekalian mau ketemu bang Kun."
"Loh kok sama? Gue juga tadi mau ajak Lo buat kerumah gue."
"Loh Lo ajak gue mau ngapain?"
"Gue curiga Shan."
"Curiga kenapa?"
"Lo sering ketemu Xiaojun kan? Lo tadi dikasih kalung kan sama dia?"
Shansa diam, dirinya berpikir mengapa Winwin bisa tahu?
"Iya, tadi gue ketemu Xiaojun terus dia kasih kalung ke gue. Kok Lo tau?" Shansa melihat kearah kalung yang terpasang di lehernya.
"Gue tadi liat Lo, tapi gue ga liat Xiaojun. Gue curiga yang sering Lo liat itu roh Xiaojun, bukan Xiaojun sepenuhnya."
"Hah? Jadi itu—Roh Xiaojun?"