"Jadi gimana caranya biar kita bisa kasih keris ini ke Winwin?" Pertanyaan Ten mewakili mereka semua.
"Kita bakal lakuin satu ritual, biar keris ini bisa sampe ke Winwin."
"Kenapa harus ke bang Winwin? Kenapa gak ke bang Xiaojun nya langsung? Disini kan yang lebih terancam itu bang Xiaojun kan?" Yangyang menatap Kun penuh tanya.
"Iya, emang harusnya keris ini di dapetin sama Xiaojun. Tapi kita gak tau raga dia sebenernya ada dimana, makannya kita kasih keris ini ke Winwin aja. Karena nanti juga Winwin sama Xiaojun bakal ketemu,"
"Gue denger denger Hendery juga cari keris ini? Dia cari keris ini buat apa?" Tanya Ten.
"Ya buat musnahin Winwin sama Xiaojun lah, kalau bukan itu apa lagi coba tujuan dia buat ambil keris ini dari tangan?"
"Tapi gak seratus persen itu jadi alasan Hendery buat dapetin keris ini, ada dua kemungkinan yang bisa kita kira Cas."
"Dua kemungkinan? Maksudnya?" Tanya Ten.
"Yang di omongin Lucas emang ada benernya, bisa aja Hendery pengen dapetin keris ini buat musnahin Winwin sama Xiaojun. Tapi ada juga alasan lain, gak sepenuhnya alasannya cuma itu aja. Bisa aja Hendery pengen keris ini itu buat lawan iblisnya itu dan balik lebih berpihak ke kita dan keris itu dia pake buat selamatin Winwin sama Xiaojun."
"Gak mungkin dia bakal balik berpihak sama kita, harus berapa kali gue bilang kalo semua yang dilakuin Hendery itu selalu negatif gak bakal pernah berubah jadi positif. Gue yakin dia itu mau pake keris ini buat musnahin Winwin sama Xiaojun bukan buat selamatin mereka berdua." Lucas masih nampak keukeuh pada pendirian dan anggapannya.
"Iya, tapi kan gue cuma bilang bisa jadi aja Hendery balik berpihak ke kita." Jawab Kun dengan suara biasa, tidak ikut tersulut emosi.
"Apa juga yang bisa jadi alesan Hendery balik berpihak ke kita? Gue rasa Hendery gak mungkin kayak gitu." Pendapat Lucas lagi.
"Iya udah lah, jangan sampe kita berantem lagi gara gara ngeributin Hendery. Lebih baik sekarang kita fokus aja sama ritual yang mau kita lakuin, biar Winwin sama Xiaojun bisa cepet cepet selamat. Kalau misalnya beradu argumen terus, argumen kita gak bakalan pernah sama yang ada kita malah ribut." Ujar Ten panjang lebar.
"Yaudah, sekarang apa yang harus kita lakuin buat bantu ritual ini? Keris ini kita mau apain?"
"Kita cuma butuh darah Winwin,"
Ketiganya nampak kaget.
"Lo gila bang? Gimana caranya biar kita bisa dapetin darah? Winwin aja masih butuh banyak darah biar gak kritis." Yangyang masih terkaget kaget.
"Gue udah ambil darah dia kok," Kun mengeluarkan toples yang berisikan darah Winwin.
Ten bergidik ngeri.
"Kapan Lo ambil darah ini? Apa Lo gak dimarahin sama dokter?" Tanya Ten terheran heran.
"Ya kagak lah, orang gue ambil darah ini udah cukup lama. Gue ambil darah Winwin waktu dia kecelakaan dan waktu itu dokter belum tanganin Winwin. Jadi gue ambil aja darah Winwin yang tumpah dimana mana. Gila aja kalo gue ngambil darah pas Winwin lagi koma gini, gue juga punya otak kali." Kun menggelengkan kepalanya tak mengira jika Ten akan mengira nya seperti itu.
Lucas terus memperhatikan Kun yang tengah menyalakan lilin yang ada di sekeliling mereka.
"Apa Lo mau celupin keris ini ke darahnya Winwin?"
"Iya, itu Lo tau." Jawab Kun sambil duduk di posisi awal.
"Kita gak cuma butuh darah, kita juga butuh kuku sama sehelai rambut punya Winwin."
"Dan Lo punya dua benda itu?"
"Ini gue dapet, gue ambil rambut ini di sisir punya Winwin."
"Terus kukunya dapet dari mana?" Tanya Ten.
"Gue kemarin motong kuku Winwin," Jawab Kun sambil membakar dupa.
"Kok Lo bisa ada pikiran buat ambil darah Winwin waktu itu? Maksud gue apa Lo udah tau dari awal kalau semua hal ini bakal terjadi sekarang?" Tanya Ten.
"Iya, gue udah nerawang dari awal dan waktu itu juga omah sempet kasih tau kalau gue harus cari keris ini buat bisa bantuin Winwin sama Xiaojun."
"Tajem juga pikiran Lo bang,"
"Kita mulai ritualnya sekarang aja kah?" Tanya Kun yang dibalas anggukan oleh semuanya.
"Yaudah, nanti Lo baca mantra yang ini." Kun menunjukan sebuah kalimat di buku tebal itu.
"Gue baca yang mana bang?" Tanya Yangyang cepat.
"Lo yang ini ya, dan Lucas bacain kalimat yang ada di bawah kalimat punya Yangyang. Semuanya ngerti kan?"
Mereka mengangguk.
"Tapi kalian baca mantra itu kalau kalian udah ngulangin kata kata yang gue bacain. Ngerti kan?"
"Gampil lah ini mah, masa iya gue kaga ngerti." seru Ten.
"Oke kita mulai sekarang aja ber—"
Semuanya melirik ponsel Kun yang berdering dengan nyaring.
"Loh—" Ucap mereka bersamaan.
"Ngapain Hendery telepon Lo bang?"