Clinggg
Bel yang berada di atas pintu otomatis berbunyi saat Doyoung membuka pintu perpustakaan.
Setelah Shansa menceritakan kejadian semalam pada Doyoung, Lelaki itu memutuskan untuk mengajak Shansa berkunjung ke sebuah perpustakaan kuno yang sudah lama tak lelaki itu kunjungi.
"Kan banyak perpus yang bagus, kenapa gue malah di ajak kesini?" Shansa menatap setiap jajaran buku yang sudah terlihat tua dan berdebu.
"Perpus ini emang burik, tapi buku yang ada di perpustakaan ini gabakal ada di perpus lain." Jawab Doyoung sembari meraih sebuah buku, lalu sedikit menyingkirkan debu yang menyelimuti buku tersebut.
"Maksudnya?"
"Perpustakaan ini ngga simpen buku buku pelajaran kayak di perpustakaan lain, perpustakaan ini cuma ngoleksi buku buku yang ngga masuk akal."
"Hah?"
"Lu bisa cari tau gimana caranya keluarin diri Lo dari kutukan itu, disini cuma ngoleksi buku buku kuno yang berhubungan sama yang kayak gitu aja. Makannya gue aja Lo kesini juga,"
"Loh lo tau dari mana?"
"Temen gue dulu sering ngajak gue ke sini," Jawab Doyoung sembari duduk disebrang Shansa.
"EH-DOYYY!!"
Doyoung menoleh, ada seorang gadis cantik berambut ikal melambaikan tangan padanya. Namun Doyoung hanya melongo melihat itu.
"Siapa?"
Gadis itu meroling matanya, "Goblok Lo lupain gue, Gue Shey."
Sejenak Doyoung bergeming, Shey?
"Lah Lo masih sering ke sini? Gila udah berapa taun kita gak ketemu. Lo berubah banget anjir!" Heboh Doyoung sembari mengajak gadis berambut ikal itu duduk disebelahnya.
"Makin cantik ye gue?" Shey heboh yang membuat Doyoung ikut heboh.
Doyoung ber tos ria dengan teman lamanya itu, Senyuman sumringah menghiasi bibir keduanya.
"Wahh rambut lu udah agak lurus ternyata, hahaha." Doyoung tergelak saat melihat rambut Shey yang terlihat lebih lurus dari sebelumnya.
"Eh kalo kena hujan mah gue kribo lagi," gadis tersebut tak merasa tersinggung sedikitpun, ia malah semakin tergelak bersama Doyoung.
"Eh ini siapa?LU GAK NGASIH GUE PAJAK JADIAN YE, " Shey memukul lengan Doyoung sembari memelototinya.
"Apa dah, dia adek gue si Shan." Jelas Doyoung yang membuat Shan terkekeh kecil.
"Si Shan? Emang lu punya adek?" Shey mencoba mengingat ngingatnya lagi.
Doyoung menoyor kening Shey pelan, "Gue punya adek, pikun." Shey hanya meringis saat mendapati toyoran tersebut.
"Oh Shan itu, yang suka Lo ceritain kalo main suka pake kaos dalem sama kancut aja kan? Anak umelan yang kata Lo itu kan?" Antusias Shey yang membuat Shan memelototi Doyoung.
"Abanggg,"
"Fakta," Doyoung tergelak bersama Shey sedangkan Shan hanya cemberut.
"Gapapa kali, lu mah cuma umelan aja. Si Doyoung lebih parah, Dia pernah berak di kelas." Jelas Shey yang membuat Shan tertawa.
"Demi apa kak, serius?"
"Hooh, dia nangis nangis pengen cebok tapi dia gabisa cebok, alhasil gada yang cebokin hahaha." Shey tertawa sedangkan Doyoung sudah menjewer telinga gadis itu.
"Fitnah,"
"Mana ada gue mitnah, oh iya lu berdua tumben pada kesini? Mau nyari buku apaan?" Tanya Shey seraya duduk disebelah Shan.
"Dia kena kutukan," Jawab Doyoung yang membuat Shey menoleh ke arah Shansa.
"Kutukan? Dikutuk maksud Lo? Serius Lo?!"
Doyoung mengangguk, "Jadi gue juga gatau awalnya gimana. Tapi adek gue tiba tiba Nerima teror, entah itu dari siapa."
Shey masih sedikit berpikir dan masih belum mengerti dengan topik pembicaraan ini.
"Sebentar, teror gimana dulu?" Tanya Shey sembari menatap Shansa dan Doyoung bergantian.
"Setiap jam tiga malam atau jam berapapun itu Shansa sering di datengin gitu."
"Di datengin apa?"
"Hantu lah bego, yakali di datangin tukang kacang."
"Yeu, gue kan ga tau anjir makannya gue nanya." Jelas Shey sembari meroling matanya.
"Sekarang masih kayak gitu juga?" Shansa mengangguk kecil saat Shey bertanya langsung padanya.
"Lu punya kenalan atau orang pinter ngga?"
"Gue punya kenalan tapi gue juga termasuk orang pinter, gue gini gini juga pinter matematika." Jelas Shey yang membuat Doyoung menoyor keningnya.
"Gue tendang lo ya lama lama," Shey tertawa saat melihat wajah julid Doyoung mulai keluar.
"Gue serius, gue juga bisa."
"Masa? Selama gue temenan sama Lo, gue gapernah tuh li-sttttt." Shey menyimpan telunjuknya tepat di bibir Doyoung sehingga Ucapannya terputus.
"Sini telapak tangan Lo,"
Shansa mengulurkan tangannya kearah Shey, Sedangkan Shey hanya memejamkan matanya sembari memegang telapak tangan Shansa.
"Dia mau Lo,"
Doyoung mengerjapkan kedua matanya, Shey kini membuka kedua matanya.
"Gimana maksudnya?"
"Dia butuh raga buat bisa hidupin lagi seseorang yang udah mati."
"Semacam tumbal maksud Lo?" Pertanyaan Doyoung membuat Shey mengangguk.
"Lebih tepatnya pertukaran jiwa,"
"Kalau misalnya dia Dateng dan nyoba buat bangunin Lo, Lo jangan bangun. Sekalipun dia niruin suara orang yang Lo kenal, pokoknya Lo jangan bangun dan jangan sampe dia tau kalo Lo liat dia. Dia selalu punya cara biar bisa mancing sasarannya buat bangun,"
"Kalo Lo bangun, Lo bakal mati." Lanjut Shey yang membuat Shansa hanya bergeming.
"Lo masih punya waktu buat selamat Shan, karena sekarang orang yang di incer iblis itu bukan Lo, tapi Xiaojun yang lebih dia incer sekarang."
Shan bergeming, ia jadi teringat kembali pada kejadian semalam. Sedangkan Doyoung menatap Shan dan Shey bergantian. Masih belum mengerti dengan semua ini.
"Kenapa jadi Xiaojun yang di incer?"
"I don't know but my feeling says that," Jawab Shey sesekali menatap Shan yang masih asik dengan lamunannya.
"Semalem juga ruh Lo dibawa sama dia, itu semua nyata Shan. Itu bukan mimpi,"
"Jadi kita harus gimana? Gue gamau adek gue kenapa napa."
"Gue tau, tapi gue ga bisa ngasih tau." Jelas Shey yang membuat Doyoung dan Shansa saling menatap.
"Kenapa?"
"Dia ada disini, di belakang Lo Shan."
"Dia melototin gue,"