"ABANG!!"
Yangyang berteriak histeris ketika Winwin dicekik habis habisan sampai wajah Winwin benar benar terlihat kehabisan nafas.
"Y—ang."
Yangyang mencoba melepaskan ikatan yang melekat di kedua tangan dan kakinya. Mencoba melepaskan diri dari ikatan yang membuat dirinya sendiri juga terasa tercekik.
Namun nihil, ikatan tali yang melekat di tubuh Yangyang seakan akan terkena sihir sehingga Yangyang tak bisa melepaskan diri dan tidak bisa menolong Winwin yang hampir mati di cekik oleh Xiaojun.
"Bang Lo gila? Lepasin dia!!"
Yangyang berteriak sekeras mungkin, Xiaojun malah tertawa mendengar teriakan Yangyang yang di iringi oleh isakan.
Xiaojun yang berada di posisi membelakangi Yangyang kini menoleh ke belakang melirik Yangyang dengan tangan yang sudah memerah karena ikatan itu. Wajah Yangyang juga dibanjiri oleh keringat, bahkan sepertinya air mata dan keringat itu sudah campur aduk.
Sekeras apapun Yangyang mencoba melepaskan diri, tetap saja ikatan tali itu tak terputus.
"BANG LEPASIN! LO JANGAN GILA! LO MAU BIKIN DIA MATI?"
Yangyang berteriak lagi saat Xiaojun kembali mencekik Winwin yang sudah tak berdaya. Xiaojun lagi lagi tertawa, dan menolehkan kepalanya ke belakang.
Namun wajah Xiaojun kini hancur separuhnya. Yangyang jelas kaget dengan hal itu. Bahkan jika dilihat lebih lama itu bukanlah wajah Xiaojun, melainkan itu adalah wajah orang lain yang memang hancur separuhnya.
"Lo bukan bang Xiaojun?" Jujur Yangyang masih tercengang dengan perubahan yang baru saja dia lihat dengan mata kepalanya sendiri.
"You know that, so why do you ask?"
"SIAPA LO HAH? LEPASIN ABANG GUE ATAU GUE BUNUH LO!"
Sosok itu bertepuk tangan pelan di iringi tawa jahat, sambil berjalan menghampiri Yangyang meninggalkan Winwin yang sepertinya sudah benar benar tak berdaya.
"Lo mau coba bunuh gue?" Tanyanya dengan wajahnya yang di dekatkan pada wajah Yangyang.
Yangyang membuang muka.
"Iya!"
Yangyang langsung terpejam ketakutan saat sosok itu hendak menamparnya. Sosok berwajah hancur itu tertawa saat melihat Yangyang yang kaget saat hendak di tampar.
"Ngerti sekarang?"
Yangyang mengerti apa maksudnya sosok itu tadi menamparnya. Bagaimana Yangyang akan membunuh sosok itu jika sosok berwajah hancur itu saja tidak bisa disentuh oleh Yangyang.
Sosok itu sudah meninggal dan dia adalah hantu.
"Mustahil Lo bisa bunuh gue bodoh!" sosok itu tertawa.
Rahang Yangyang mengeras.
"Terus maksud Lo apa hah pake nyekik Abang gue? Kenapa Lo juga tadi nyamar seolah olah Lo bang Xiaojun? Apa maksud Lo ngelakuin semua hal itu hah?" Teriak Yangyang.
"Lo punya otak?"
Sosok itu menunjuk kepalanya sendiri, menyuruh Yangyang agar sama sama berpikir.
"Coba Lo pikir pake otak Lo,"
Yangyang diam, ia benar benar tak mengerti apa maksudnya.
"Udah Nemu jawabannya?"
Yangyang diam, karena Yangyang tak bisa menelaah semua kode yang diberikan sosok menyeramkan itu.
Sosok itu tersenyum dengan wajah hancurnya. Dia mengeluarkan sebuah kertas foto.
"Lo tau ini siapa?"
Yangyang menatap foto Hendery.
"Jangan bilang kalau Lo—"
Sosok itu mengelus kepala Yangyang.
"Yes, it is true."
Yah prasangka Yangyang ternyata benar.
"Abang Lo bakal celaka, bahkan dia bisa mati besok."
Sosok itu meremas foto Hendery yang ada di genggamannya lalu melempar ke arah Yangyang.
"Gue bakal ambil dia lebih dulu, sebelum gue renggut jiwa Hendery."
"Jadi sekarang Lo ngerti kan apa yang harus Lo lakuin?"
Yangyang menjerit saat sosok itu mengeluarkan sebuah pisau dan hendak menusuk matanya.
Yangyang menjerit sejadi jadinya hingga ia terbangun dari tidurnya. Nafas Yangyang terengah engah, keringat dingin membanjiri tubuhnya.
"Apa maksudnya dari mimpi gue tadi?" Yangyang melirik jam dinding.
"Bang Winwin!"