Aku akan kembali padamu
Shansa tak mengetahui suara tersebut berasal dari mana, meskipun ia lelap dalam tidurnya namun telinga Shansa cukup jelas untuk mendengar dan menangkap semua kata kata tersebut. Suara tersebut begitu nyaring dan cukup menusuk di Indera pendengarannya. Namun suara itu terlalu sulit untuk dikenali.
Menyembahmu
Secara perlahan ia membuka kedua matanya yang sedari tadi terpejam dan mulai melihat keadaan sekitar. Shansa sadar betul jika ini bukan kamarnya, begitu gelap disini, mungkin yang berada disini bukanlah raganya namun melainkan ruhnya.
Dengan segala kesempurnaan
Satu persatu lilin disekitarnya menyala, Shansa tak tahu siapa yang melakukan ini semua. Ini semua terjadi secara sendirinya, tak ada siapa siapa disini selain Shansa dan suara yang entah dari mana asalnya.
Kemarilah
Tanpa meraih lilin tersebut, telapak tangan Shansa tiba tiba saja menggenggam sebuah lilin. Sepasang Kakinya dipaksa berjalan dengan sendirinya untuk menelusuri ruangan gelap yang diterangi redupnya cahaya lilin.
Bantu hambamu
Aku memujamu dengan setia sampai akhir hayatku
Langkah Shansa terhenti saat matanya menangkap seseorang yang tengah duduk bersila di ujung sana.
Namun ia tak bisa melihat lebih jelas, tak bisa memastikan siapa orang tersebut, kedua kakinya seakan akan tak bisa berjalan menghampiri seseorang di ujung sana.
Beri aku raga dan nyawa
Lilin yang berada di genggaman Shansa seketika jatuh hingga padam.
Berilah aku kehidupan
Setelah kalimat terakhir itu terucap, semua menjadi begitu gelap. Lilin disekitarnya padam secara bersamaan, kini hanya tersisa dirinya dan kegelapan.
"Kejutan indah menantimu Shan,"
Bisiknya tepat di telinga Shansa.
"Buka matamu sayang, lihat aku."
Bulu kuduk Shan mulai meremang, keringat dingin mulai membasahi keningnya. Ia penjamkan matanya takut.
"Buka matamu sayang, aku tak akan mencelakai mu."
Shan refleks membuka matanya, ucapan itu seakan akan menghipnotis dirinya.
Seseorang bertudung hitam yang hanya ia lihat disini, seseorang tersebut membentuk bibirnya menjadi lengkung senyumannya selebar mungkin hingga taring yang ia miliki terlihat.
"Shan-"
Plakkkk
Sudut bibir Shan mengeluarkan darah saat pipinya berhasil ditampar dengan kuat.
Shan menatap tajam, menoleh ke arah iblis itu dengan rambutnya yang masih sedikit teracak karena tamparan tadi.
"Don't be afraid, I won't harm you. I am your guardian angel " kekehan kecil sedikit terdengar disela sela kalimat terakhir.
Shan membuang pandangannya.
"Gue gak bodoh, mana ada malaikat pelindung yang wujudnya kayak Lo? Gue tau Lo iblis yang sering Dateng ke kamar gue setiap jam tiga pagi kan?"
Iblis itu tertawa.
"Ternyata kamu ga sebodoh itu,"
tangan kasar itu mengusap pipi Shan. Mengangkat dagu Shan agar pandangan Shan tertuju hanya pada dirinya.
"Lo mau apa? Lo punya urusan apa sama gue?"
Iblis itu membuka tudungnya, memperlihatkan wajahnya yang hancur, wajahnya retak dan dipenuhi darah. Matanya merah pekat, menatap Shan dengan sangat lekat.
"I want you, shan."
"Lo berani sama gue? Siapa Lo hah? Disuruh sama siapa Lo? Bilang sama gue! Lo pikir gue takut apa sama Lo? Gue punya Tuhan, gue ga takut sama Lo!"
Kuku panjang dan tajam itu membenarkan rambut Shan yang sedikit menghalangi mata Shan untuk melihat ke arahnya.
"Kamu tanya, siapa yang nyuruh aku?"
"Iya siapa yang suruh Lo buat ambil raga gue!"
Pekik Shan sedikit nyaring, iblis itu tertawa berjalan mengitari Shan yang duduk di kursi."Kamu mau tau?"
"Iya gue mau tau,"
"Kamu harus mati dulu," Iblis tersebut menggoreskan kukunya yang setajam pisau kearah pipi Shan.
"Akh-"
Ringis Shan, sembari menyeka darah yang bercucuran.
"Aku bakal kasih tau kamu, tapi kamu harus mati sekarang."
"Oke, siapa takut! Kasih liat mana orang yang nyuruh Lo buat ambil raga gue!"
TRAKKK
Cahaya lilin itu tiba-tiba padam, kembali menyisakan Shan dan kegelapan lagi.
"Jangan coba lari dari gue! Cepet keluar!" Tegas Shan yang membuat iblis itu tertawa namun wujudnya kini tak terlihat di penglihatan Shan.
AKH-
Shan memekik kuat saat iblis itu mencekik lehernya dari belakang.
"I won't kill you now, I want to see you suffer before I take your body."
"Ku-rang a-jar. Akh-lepas!"
"Sakit?"
Iblis itu menghempaskan tubuh Shansa hingga jatuh tersungkur.
"still dare to fight me?"
Shan tak menjawab, rasa sakit di lehernya masih membekas.
"when I come to your room, you have to open your eyes okay?"
Iblis itu kembali mencekik Shan.
"Do you want to suffer first or die right away?"
Shan tak menjawab, iblis itu lagi lagi tertawa saat Shan tak merespon apapun.
"Dasar manusia lemah,"
Iblis itu kembali berdiri, sedangkan Shan masih terbaring. Meskipun cekikan itu sudah terlepas, namun rasa mencekik itu semakin terasa sangat kuat.
Brughhh
Iblis itu menghempaskan tubuh seseorang, seseorang tersebut jatuh tepat di samping Shan.
Dengan susah payah Shan melirik kearah seseorang yang tak sadarkan diri itu.
Matanya sedikit terbelalak.
"Xia-ojun? Akhh-"
"I will kill him first, before I kill you-"