"Maksud Lo dia udah meninggal?" Tanya Shan tak percaya.
"Iya, gue ngerasa gitu. Kayaknya Lo gausah minta bantuan dia, firasat gue ga baik." Jawab Xiaojun yang membuat Shan tertawa hambar.
"Bentar bentar, gue masih agak kurang percaya sama perkataan Lo yang bilang dia udah meninggal, itu agak ngga masuk akal." Elak Shan yang membuat Xiaojun menatapnya.
"Jadi Lo ga percaya sama insting gue?"
"Bukan bukan gitu, maksud gue kalo misalnya Yoshi emang udah meninggal mana mungkin kan Nakyung sama orang orang kampus bakal liat dia?" Shan menatap Xiaojun dengan tatapan meyakinkan.
"Ini emang ga masuk akal, tapi insting gue bilang gitu."
"Gue kayaknya cape deh Jun kalo harus ikut insting Lo itu, gue masih agak sedikit aneh aja masa iya Yoshi udah meninggal? Menurut gue itu ga masuk akal banget. Lo kalo gengsi bilang aja."
Xiaojun agak sedikit tak terima dengan perkataan Shan tadi, ia agak sedikit memandang Shan kesal.
"Apa? Lo bilang gue gengsi?" Tanya Xiaojun tak terima.
"Iya, Lo gausah gengsi kalo misalnya Yoshi lebih hebat dari pada Lo. Lo gausah gunain insting Lo buat nyuntik pikiran gue biar Yoshi ga jadi bantu gue. Lagian kalo bukan Yoshi yang bantu gue, terus siapa lagi orang yang bisa bantu gue? Bukannya ritual Lo selalu gagal kan? Jadi ga ada salahnya kalo kita minta bantuan sama orang lain kalo emang beneran ga mampu."
"Jadi maksud lo—gue bener bener ga ngerti ya sama pikiran Lo. Bisa bisanya Lo nyangka gue kayak gitu? Gue bilang gitu emang firasat gue sedikit ngga enak pas liat Yoshi." Tutur Xiaojun tak terima.
"Udahlah Jun, kalo misalnya Lo emang gabisa bantu gue Lo gausah serakah so so an mau bantu gue,"
"Kok Lo jadi gitu sih?"
"Jadi gitu gimana? Gue kan emang kayak gini. Lo yang aneh Xiaojun, harusnya Lo seneng dong kalo ada yang mau bantu gue. Otomatis nyawa Lo sama nyawa gue ada kemungkinan buat selamat." Shan tersenyum ketir ke arah Xiaojun.
"Tapi gue ga suka sama cara Lo nuduh gue, Lo kira kayak gini gampang apa? ada banyak energi gue yang gue keluarin cuma buat Lo aja, dan gue ngerasa ga adil aja kalo balesannya Lo nuduh gue kayak gitu."
Sedangkan disana, jauh dari pandangan Shan dan Xiaojun senyuman Yoshi merekah dengan indah.
"Ayo Shan, percaya sama gue. Kita hancurin Xiaojun secara perlahan,"
Shan memandang Xiaojun sekilas lalu saat Xiaojun kembali menatapnya Shan malah membuang pandangannya secara sia sia.
Shan agak sedikit kesal, karena tadinya Xiaojun tidak menyetujui Yoshi untuk membantunya. Rasanya kesal sekali jika Shan harus mengingat adu mulut diantara keduanya tadi.
"Loh kita lakuin ritual disini?" Tanya Shan sembari melihat kearah sekitar, Yoshi membawa dirinya dan Xiaojun kesebuah tempat yang mungkin agak sedikit mirip dengan gua(?) Entahlah yang pasti jalanan disini sangat berbatu dan sedikit gelap.
Yoshi menoleh kearah Shan yang berada di belakangnya, "Iya, Lo bakal di bantu sama kepunyaan gue." Jelas Yoshi sembari tersenyum kecil.
"Kepunyaan Lo? Maksudnya?" Tanya Shan agak bingung.
"Ya—kepunyaan gue. Kayak Malaikat pelindung mungkin entahlah gue gatau namanya." Jelas Yoshi sembari menatap Xiaojun yang lebih memilih untuk bergeming sedari tadi.
"Udah siap kan?" seakan akan mengerti Shan hanya mengangguk lalu Yoshi berada di posisinya.
Ia bersila membelakangi Shan dan Xiaojun, ia bertapa dengan khusyuk, begitu pula Shan dan Xiaojun.
Aku datang kepada tuhanku
Shan membuka kedua matanya, dan kini tempatnya terlihat berbeda dengan tempat sebelumnya.
Sekarang ia entah berada dimana, yang pasti disini banyak lilin yang menyala sama seperti waktu ia didatangi oleh iblis itu.
Bantulah hambamu
Shan berjalan kearah seseorang di depan sana, sosok tersebut tak menampakkan wajahnya. Kepalanya di tutupi oleh tudung hitam dan tubuhnya ditutupi oleh jubah hitam.
Namun Shan bisa melihat jelas jika bibir sosok tersebut merekahkan sebuah senyuman.
Kuserahkan raga dan jiwaku padamu
Hanya engkau yang dapat membantu kami
Hanya kepadamu kami menyembah
Mungkin Shan sudah berada ditempat yang berbeda, namun itu tak membuat suara Yoshi hilang dari pendengarannya.
Tolong
Aku ingin keluar dari tubuhku
sosok tersebut mengulurkan tangannya ke arah Shan, sedangkan Shan masih terdiam sejenak.
"Kenapa?" Tanya Shan sembari menatap sosok tersebut dengan tatapan bingung, dan agak sedikit ragu untuk menerima uluran tangan tersebut.
"Mana tanganmu, aku akan membantumu." Jelasnya dengan suara seraknya.
Meskipun ragu, namun Shan tetap saja mengulurkan tangannya kearah sosok tersebut.
"Kamu, udah masuk ke perjanjian ini dan kamu ga bakal bisa keluar lagi. Aku akan membantumu untuk keluar dari ragamu, namun ada satu syarat yang harus kamu penuhi."
"Apa syaratnya?"
"Kamu tidak boleh mengkhianatiku, jika itu terjadi temanmu Xiaojun tak akan pernah bisa kembali lagi pada raganya."
Shan sedikit mengernyitkan keningnya,
"Berkhianat?"
Sosok tersebut tak menjawab baru saja Shan akan bertanya lagi namun tubuhnya tiba tiba melemas begitu saja, dan setelah berkata seperti itu sosok tersebut tiba tiba menghilang dari pandangan Shan.
"Shan—"
Shan menoleh kearah sebias suara dan mendapatkan Xiaojun Yang berlari kearahnya.
"Gue udah keluar?" Tanya Shan sembari menatap Xiaojun bingung.
"Lo udah berhasil keluar," Jelas Yoshi yang tiba tiba ada datang dari arah berlawanan.
"Kita cuma punya waktu enam hari buat cari dan dapetin Alkitab itu—" Yoshi menggantung ucapannya.
"Kalo ngga, Lo bisa mati Shan."