Criettt
Suara pintu yang baru saja Lucas buka benar benar terdengar sangat nyaring saling sepinya rumah omah.
Selepas berdebat tadi, Lucas memutuskan untuk pulang lebih dulu. Karena Lucas merasa tak kuat jika harus terus menerus diam di pemakaman. Lucas masih belum bisa menerima ini, ditambah ia kesal saat melihat Hendery tadi yang berakting menjadi seseorang yang sama sama tersakiti.
Lucas benci hal itu, Hendery terlalu banyak drama.
Saat Lucas masuk ke dalam rumah, pikiran Lucas menuju pada puluhan tahun yang lalu.
Dimana Lucas masih berumur lima tahun, dan yang lainnya juga masih seumuran dengan dia."OMAH!!!"
Teriak Lucas kecil antusias di ikuti oleh teriakan yang lainnya. Mereka berenam memeluk omah dengan antusias, omah yang merasa kewalahan dengan semua pelukan itu hanya terkekeh kecil.
"Aduh sabar dong pelukannya gantian, omah kewalahan nih." ucap omah dengan lembut.
"Gatau tuh abang iwin dulu ah!!!" Protes Winwin pada Ten, yang sibuk memeluk omah.
"Siapa cepat dia dapat wlee—" Ten menjulurkan lidahnya pada Winwin dengan tatapan mengejek.
"Omah tuh Abang ten nya!"
"Ten—" Ten menyunggingkan senyumannya lalu menarik Winwin agar memeluk omah bersamaan.
"Ketiak Abang Ten bau omahhh—" rengek Winwin, sedangkan Ten malahtertawa sambil mengeratkan pelukannya.
Omah tertawa kala melihat cucunya yang terlihat lucu itu, lalu omah melirik Yangyang yang tak memeluknya.
"Yangyang kok nggak peluk omah? Yangyang gak kangen sama omah?" Yangyang malah menangis tanpa sebab, membuat Hendery meledeknya.
"Dih cengeng," Ledek Hendery.
"Kayak yang enggak aja, lu!" Lucas malah balik meledek Hendery.
"Gue jantan ya!" Jawaban sengit hendery tadi sukses membuat Yangyang menarik telinga Hendery sebal.
"Teyus Abang anggap ayang peyempuan gitu?"
"Eh nggak gitu loh Yang!!!" Ringis Hendery.
"Udah ah, kalian tuh berantem terus. Omah udah masakin kalian loh. Makan yu?" Ajak omah yang membuat Lucas girang.
"Tapi perut Ucas udah buncit omah!! Nanti Ucas nggak ganteng lagi."
"Loh loh kata siapa Ucas omah gak ganteng lagi? Mau gemuk mau kurus Ucas omah pasti paling ganteng." Omah menggelitik perut Lucas sehingga Lucas tertawa geli.
"Yaudah makan yuk! Ucas cuapin omah ya!!" Lucas menarik tangan omah, sedangkan yang lain sudah berada di meja makan.
"Eh bentar bentar cucu omah hilang satu!!" Mereka semua langsung menoleh pada omah yang terlihat mencari seseorang.
"Ciapa?" Cadel Yangyang.
"Ciapa ciapa, Siapa dek bukan ciapa." Ledek Hendery yang membuat Yangyang mencubit lengannya.
"Ayang biyangin omah Yoh!"
"Dasar bocah, udah ingusan aduan lagi." Yangyang mengusap hidungnya saat Hendery bilang seperti itu.
"Ayang Ndak ingucan anjlit!!" Hendery di cubit terus menerus oleh Yangyang.
"Eh eh ayang kok ngomongnya kasar?" Tegur omah yang membuat Yangyang cemberut lucu.
"Abang Dely tuh nakal!!"
Hendery hanya menjulurkan lidahnya jahil ke arah Yangyang.
"Bentar bentar, satu dua—Loh Bang Kun mana?"
"Omah!!" Omah menoleh ke belakang dan mendapatkan Kun kecil dengan senyumannya yang lebar.
"Wah cucu omah yang satu ini rajin banget, ini buat omah kah?" Omah mengambil alih beberapa kantung kresek yang dibawakan oleh Kun.
Kun mengangguk dan senyumannya yang semakin lebar.
"Loh kamu kok gak gabung sama yang lain?"
"Upah buat Kun manah omah? Tangan Kun pegel tawu."
Sampai sekarang suara tawa omah dapat terbayang dengan jelas di ingatan Lucas. Lucas meraih pigura foto yang berada di dekat radio milik omah.
Disana ada foto mereka yang masih sangat kecil, disana omah tersenyum dengan ceria.
"Kenapa omah malah tinggalin kita semua, padahal kita semua masih butuh omah."
Lucas menyimpan pigura itu, namun matanya tiba tiba melihat ke suatu arah yang menarik perhatiannya.
Lucas mengambil benda yang berada di belakang pigura tadi. Itu keris yang sudah sangat berkarat.
"Ini keris apaan?" Lucas mencoba meneliti keris yang baru saja ia temui itu.
"Buat apa omah nyimpen benda ginian?"