"Lo pasti bisa kan Bang?" Xiaojun menatap Winwin penuh harap, Winwin hanya menghela nafasnya pelan.
"Gue belum tentu bisa musnahin rohnya Yoshi, mau gimana gimana juga Yoshi itu agak susah buat di kalahin."
"Tapi kan Abang punya segalanya, semua kemampuan omah tuh turunnya ke tangan Abang. Masa iya Abang gak bisa lakuin itu semua?"
Winwin diam sesaat.
"Gue tau Jun, tapi semua kemampuan omah yang menurun ke gue gak bisa menjamin seratus persen kalo gue bakal berhasil singkirin Yoshi."
"Gue gak terlalu yakin,"
Helaan nafas Xiaojun terdengar sedikit kecewa.
"Tapi kenapa kalian bisa ketemu sama Yoshi? Kalian berdua ketemu dia dimana?"
"Kalo gak salah waktu itu kita ketemu di kampus gitu,"
"Terus kenapa bisa jadi sedeket ini?"
"Dia tiba tiba tawarin diri gitu ke Shansa, katanya dia bisa bantu Shansa buat lari dari kejaran iblis sialan itu. Makannya Shansa mau mau aja Deket sama dia."
"Terus Shansa nya sekarang kemana? Kok gak bareng sama Lo?"
"Gue berantem sama dia," Jawab Xiaojun lemas.
"Kok bisa?"
"Gue sama dia beda pendapat bang, kita ribut juga semenjak ada Yoshi dan sekarang dia malah ikut dan percaya sama Yoshi."
"Padahal gue udah kasih tau dia, kalau Yoshi itu agak mencurigakan tapi dia malah gak percaya sama gue dan malah nyangka gue Ngada Ngada dan jelek jelekin Yoshi terus bang."
"Jadi sekarang Shansa cuma berdua sama Yoshi?"
"Ya abisnya gimana bang, gue sakit hati."
"Kalau misalnya dia egois, Lo juga seharusnya jangan ikut egois. Lo ngebiarin dia pergi sama Yoshi sama aja kayak nyuruh Shansa biar cepet mati."
"Yang ada Yoshi malah seneng kalau Lo pergi, karena dia bakal makin leluasa buat hancurin Shansa dan diri Lo juga,"
"Lo tau kan, kalau semua masalah ini gak beres sampai batas waktunya nyawa Lo sama Shansa yang bakal di renggut."
"Ya gue tau itu, gue sadar tapi ya abisnya mau gimana lagi gue kebawa emosi bang. Gue gak terima aja gitu kalau Shansa banding bandingin kemampuan gue sama Yoshi. Gue tau gue emang gak sehebat itu, tapi apa dia gak punya rasa berterima kasih ke gue sedikit aja? Setidaknya meskipun dia gak bilang makasih ke gue juga seenggaknya kan dia hargain usaha gue. Karena gue lakuin ini juga gak gampang, hampir enam bulan gue pisah sama raga gue." Xiaojun benar benar meluapkan semua rasa sebalnya pada Winwin.
"Gue ngerti kok, tapi Lo jangan terus terusan egois kayak gini. Biarin kalau misalnya Shansa lebih percaya sama Yoshi, Lo biarin aja kalau dia maunya kayak gitu. Meskipun dia kayak gitu, Lo jangan nyerah buat bantu tolong dia. Lo harus buktiin kalau disini itu sebenarnya yang mau nolong itu diri Lo bukan Yoshi."
Xiaojun diam, wajahnya masih terlihat sebal.
"Gue bakal bantu Lo buat selamatin Shansa, gue koma buat Lo Xiaojun."
Xiaojun tersenyum samar saat Winwin mengatakan hal itu. Selepas itu Xiaojun langsung memeluk Winwin. Winwin membalas pelukan Xiaojun.
"Kalau misalnya nanti yang bisa selamat diantara kita cuma gue sama Shansa aja Lo gimana bang?"
"Lo percaya sama omongan iblis itu? Lo percaya kalau nanti di akhir cuma ada dua orang yang selamat?"
Xiaojun tidak menjawab.
"Tuhan pasti berpihak ke kita, kita semua pasti selamat." Winwin mencoba menenangkan Xiaojun.
"Kalaupun gue beneran gak selamat, mungkin itu udah takdir hidup gue." Lanjut Winwin lagi.
Winwin mengusap bahu Xiaojun.
"Lo gak usah khawatir,"