"Xiaojun bangun,"
Winwin meraih tangan Xiaojun yang terasa dingin. Sesekali Winwin menepuk nepuk pipi Xiaojun agar laki laki itu tersadar dan terbangun dari pingsannya.
Namun Xiaojun tetap tak terbangun, winwin menangis. Raga yang selama ini ia cari, kini telah berhasil ditemukan.
Xiaojun hilang hampir enam bulan, bagaimana Winwin tak menangis saat melihat raga Xiaojun yang tiba tiba ada terbaring di hadapannya.
"Kenapa Lo lakuin semua ini sih?" Tanya Winwin yang tak mendapatkan balasan.
Winwin mencoba berdiri, ia hendak mencari bantuan agar ada orang yang mau membawa Xiaojun dan dirinya untuk keluar dari sini.
Winwin berhasil berdiri walau tertatih, namun sial kini Winwin malah tak tahu harus pergi ke arah mana.
"Gue harus pergi cari bantuan kemana?" Winwin menatap lorong yang sama gelapnya. Hal itu membuat Winwin tak yakin jika ia akan bertemu dengan orang lain.
Mustahil sekali jika ada orang orang yang melewati area ini, area ini cukup terlihat seram dan menakutkan.
"Tapi apa salahnya gue coba dulu aja? Siapa tau ada orang yang bener bener kebetulan lewat sini kan?" Monolognya sambil berjalan dengan hati hati, karena kakinya terus menerus mengeluarkan darah akibat tersandung tadi.
"Tapi gue harus ke arah mana dulu," Winwin berdiri di antara kedua lorong.
Pukk
Winwin menoleh kaget kearah belakang karena seseorang baru saja menepuk bahunya.
"Xiaojun?" Winwin tercengang.
Xiaojun tersenyum tipis, Winwin melirik raga Xiaojun yang masih terbaring di tempat yang sama.
"Xiaojun apa Lo—"
Xiaojun menggeleng.
"Gue masih hidup kok bang,"
"Tapi—" Winwin menatap ruh dan raga Xiaojun bergantian.
"Pasti Lo mau tanya kenapa gue bisa kayak gini kan bang?" Winwin diam, apa yang tadi Xiaojun ucapkan memang benar.
"Soal gue bisa di urus belakangan bang, gue cuma mau minta tolong tolongin shansa."
"Shansa dimana?"
"Dia di bawa Yoshi,"
"Yoshi?" Xiaojun mengangguk. "Dia itu kan yang—"
"Iya bang, gue gak tau harus minta tolong sama siapa lagi kalau bukan sama Lo bang."
"Tapi apa yang harus gue lakuin biar Shansa selamat dari Yoshi?" Tanya Winwin bingung.
"Lo harus musnahin ruhnya Yoshi, bang."
"BANG KUN!!"
Pintu ruangan di terobos keras oleh Yangyang, sekarang dirinya menjadi pusat perhatian.
"Lo apa apaan sih Yang? Lo kenapa coba maen dobrak dobrak pintu gitu aja, gak sadar apa ini rumah sakit? Tau tempat dong kasian Winwin." Ujar Ten panjang.
"Sorry, gue panik!"
Kun melihat wajah Yangyang yang terlihat seperti bangun tidur.
"Lo baru bangun tidur?" Yangyang menoleh pada Kun.
"Iya, dan gue mimpi buruk soal Winwin."
"Mimpi apaan?" Lucas yang sedari tadi menyimak sambil makan pun kini ikut nimbrung.
"Winwin besok bakal mati?"
Lucas tersedak, "Lo gila bilang gitu?" Protes Lucas tak terima.
"Loh, gue cuma nanya aja. Gue mimpi dia bakal kayak gitu."
"Bukan apa apa kali, itu cuma keresahan Lo doang. Udah gausah di pikirin Winwin pasti baik baik aja, berdoa aja."
"Gak gitu loh bang," Yangyang membantah ucapan Ten. "Gue bilang gitu karena gue ketemu iblisnya Hendery,"
Lagi lagi mereka bertiga dibuat kaget.
"Serius?"
Yangyang mengangguk dan mulai menceritakan mimpi yang baru saja dia alami beberapa menit yang lalu. Ten, Kun dan Lucas hanya bisa menyimak dengan setiap ucapan yang keluar dari mulut Yangyang.
"Tapi gue gak tau apa maksud dari semua mimpi itu bang, gue juga bingung. Tapi jelas jelas iblis itu bilang kalau dia bakal ambil bang Winwin sebelum dia ambil jiwa bang Hendery. Tapi soal dia yang tadinya nyamar jadi Xiaojun gue gak ngerti apa maksudnya." Panik Yangyang.
Kun terdiam, mencoba berpikir sejenak.
"Lo tadi bilang kan kalau iblis itu mau celakain Winwin?" Tanya Kun dengan suara tenang.
"Iya,"
"Bisa jadi gak sih sebenernya itu kode,"
"Iya gue juga tau itu kode bang, tapi apa maksudnya? Jujur gue dari tadi dengerin dia cerita gue kaga ngerti apa apa." Jelas Ten.
"Mungkin aja, iblis itu mau celakain Winwin cuma dia nyamar jadi Xiaojun gak sih biar dia bisa hancurin Winwin dan jalanin rencananya tanpa di curiga sama Winwin. Lo semua mikir gitu juga gak sih?"
"Gue gak paham sih, tapi omongan Lo kayaknya ada benernya juga bang." Itu Lucas yang berbicara.
"Maksud Lo iblis itu sekarang nyamar jadi Xiaojun?"
Kun mengangguk, lalu melirik Winwin Yang belum terbangun dari komanya.
"Jadi kita harus selamatin Winwin kayak gimana? Secara kan dia lagi koma,"
"Gue juga mikir gitu Ten, gue juga bingung apa yang harus kita lakuin biar kita bisa sampein mimpi Yangyang tadi ke dia. Karena kalo Winwin beneran Deket sama iblis itu dan iblis itu beneran nyamar jadi Xiaojun bisa bisa ya Winwin gak selamat karena iblis itu licik banget."
Setelah berpikir sejenak akhirnya Yangyang mendapatkan ide yang cukup bagus.
"Gue tau gimana caranya biar kita bisa sampein ini ke bang Winwin."
Ketiganya menatap Yangyang serius.
"Gimana?"